Partai sayap kanan Jerman, AfD, diberi label sebagai "entitas mencurigakan" oleh badan intelijen domestik, menurut keputusan pengadilan. Atas dasar itu, akan dilakukan penyelidikan terhadap partai secara lebih intensif.
Iklan
Pengadilan Jerman mendukung badan intelijen internal Jerman dan memutuskan untuk mengklasifikasikan partai populis sayap kanan terbesar Jerman, Alternative für Deutschland (AfD), sebagai "entitas yang mencurigakan."
Keputusan pengadilan yang dikeluarkan pada hari Selasa (08/03), menolak gugatan AfD terhadap Kantor Perlindungan Konstitusi Jerman, yang bertugas memantau kelompok-kelompok ekstremis di Jerman.
Memberi label AfD sebagai entitas mencurigakan memungkinkan agensi untuk mengerahkan intelijen, seperti informan, untuk mengawasi partai. Namun, dalam praktiknya, ada perselisihan hukum tambahan yang harus diselesaikan sebelum alat penyelidikan tersebut dapat diterapkan.
Fakta-fakta persidangan
Partai AfD telah berulang kali mengecam pejabat negara dan media Jerman karena menggambarkan mereka sebagai kelompok ekstremis. Namun, pengadilan menemukan bahwa anggota AfD menunjukkan "indikasi faktual yang cukup" dari kecenderungan anti-konstitusional.
Para juri memusatkan perhatian pada faksi "Sayap" (Flügel) yang kontroversial, yang secara resmi dibubarkan dua tahun lalu, dengan mengatakan bahwa para pemimpinnya masih memiliki pengaruh yang cukup besar di AfD. Mereka juga menunjuk organisasi pemuda partai, JA, dan kegiatannya.
Pengadilan menemukan bahwa untuk kedua kelompok ini, pemahaman tentang kebangsaan Jerman yang berakar pada etnisitas adalah tujuan utama dalam berpolitik. Ada sebuah keyakinan bahwa orang Jerman "harus dilestarikan dalam kondisi etnis mereka dan 'orang asing' harus dikecualikan sebanyak mungkin," di saat yang sama juga menunjuk pada "agitasi xenofobia." Dikatakan bahwa ide-ide seperti itu bertentangan dengan definisi konstitusional Jerman.
Pemilu Jerman 2021: Inilah Para Kandidat Utama
Enam fraksi di parlemen Jerman Bundestag sudah memperkenalkan kandidat utamanya untuk menggalang kampanye menuju pemilu 26 September mendatang. Siapa berpeluang menggantikan Angela Merkel?
Armin Laschet (CDU)
Armin Laschet (60 tahun) adalah ketua CDU dan saat ini menjabat sebagai perdana menteri Nordrhein Westfalen (NRW), negara bagian dengan penduduk terpadat di Jerman. Di parlemen, CDU bergabung dengan partai kecil CSU dan membentuk fraksi CDU/CSU. Laschet dikenal sebagai pendukung utama Angela Merkel. Dia dikenal sebagai politisi yang berusaha merangkul semua dan siap berkompromi.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
Annalena Baerbock (Partai Hijau)
Annalena Baerbock, 40 tahun, adalah salah satu ketua Partai Hijau sejak 2018. Ahli hukum lulusan London School of Economics ini dikenal sebagai pekerja keras yang kompeten. Lawan politiknya mengatakan dia kurang cocok memimpin Jerman karena belum punya pengalaman di pemerintahan. Tapi di bawah pimpinannya, popularitas Partai Hijau terus naik dan sekarang berada di peringkat kedua setelah CDU.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler
Olaf Scholz (SPD)
Olaf Scholz, 62 tahun, punya segudang pengalaman di pemerintahan. Saat ini dia menjabat sebagai Menteri Keuangan sekaligus wakil kanselir. Mantan walikota Hamburg ini memang tidak jago pidato, tetapi selalu siap dengan data dan analisa. Tapi dalam jajak pendapat, popularitas SPD terus turun, bahkan jauh tertinggal dari Partai Hijau.
Foto: Imago Images/R. Zensen
Christian Lindner (FDP)
Pemimpin Liberaldemokrat FDP berusia 42 tahun ini selalu siap tampil prima di depan kamera. Dia masuk FDP pada usia 16 tahun dan memimpin partai itu sejak 2013. Lindner bermaksud menggiring partainya ke dalam koalisi pemerintahan setelah pemilu September nanti. Tapi untuk memiliki daya tawar, FDP harus memenangkan suara di atas 10 persen.
Janine Wissler dan Dietmar Bartsch (Partai Kiri Die Linke)
Partai kiri mengajukan dua kandidat utama, Janine Wissler (39 tahun) dan Dietmar Bartsch (63 tahun). Wissler dikenal sebagai tokoh sayap kiri, sedangkan Bartsch lebih moderat dan sudah lama lalu lalang di panggung politik. Sayap kiri di Partai Kiri mengambil posisi jauh lebih radikal dari kubu moderatnya. Mereka misalnya menuntut pembubaran NATO dan penarikan pasukan Jerman dari luar negeri.
Partai ultra kanan AfD memilih Alice Weidel (42) dan Tino Chrupalla (46) sebagai kandidat utama. AfD pada pemilu lalu berhasil menembus ambang batas 5 persen dan masuk parlemen. Mereka terutama akan mengangkat isu pengungsi dan politik migrasi. Kedua politisi yang terpilih sebagai kandidat utama mendapat dukungan besar dari kelompok-kelompok yang berhaluan lebih radikal. (hp/gtp)
Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance
6 foto1 | 6
Bagaimana reaksi AfD?
Keputusan pengadilan masih dapat diajukan banding, dan partai mengisyaratkan akan mencari solusi hukum. Mengomentari putusan itu, salah satu Wakil Ketua AfD, Tino Chrupalla, mengaku terkejut dengan langkah pengadilan.
"Kami akan menunggu penjelasan tertulis dari putusan pengadilan dan kemudian memutuskan apakah kami akan mengambil tindakan hukum lebih lanjut," katanya.
AfD memperoleh 10,3% suara dalam pemilihan parlemen September 2021, hampir melampaui 2% dari pemilihan sebelumnya pada tahun 2017. Partai tersebut telah dilanda perpecahan internal, dengan salah satu pemimpin puncaknya, Jörg Meuthen, mundur pada Januari lalu.