1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Badan Intelijen: Spionase Rusia di Jerman Makin Agresif

22 Juni 2023

Badan intelijen Jerman, Bundesamt für Verfassungsschutz (BfV), memperingatkan bahwa operasi spionase Rusia di Jerman makin agresif. Juga kegiatan ekstremisme kanan meningkat, dipicu isu perang di Ukraina.

Foto ilustrasi operasi spionase
Foto ilustrasi operasi spionaseFoto: Leon Neal/Getty Images

Badan intelijen Jerman untuk Perlindungan Konstitusi, Bundesamt für Verfassungsschutz (BfV), dalam laporan tahunannya mengatakan, operasi spionase dan disinformasi Rusia di Jerman meningkat tajam pada tahun 2022, serta dipekirakan akan makin agresif tahun ini.

Dalam laporan terbaru yang dirilis hari Selasa (20/06), BfV mengatakan Rusia juga menunjukkan peningkatan minat dalam kampanye disinformasi. Selain itu, Cina juga disebut-sebut sebagai salah satu "pemain utama" dalam operasi spionase di Jerman, tetapi dalam bidang berbeda dengan Rusia.

"Di masa depan, kita memperkirakan lebih banyak operasi spionase yang agresif dan terselubung oleh Rusia, serta aktivitas dunia maya yang berasal dari Rusia," kata laporan itu. Serangan dunia maya "secara teratur ditujukan untuk mendapatkan informasi, tetapi juga dapat ditujukan untuk serangan sabotase atau melayani tujuan lain untuk memperkuat pengaruh."

"Perang Rusia di Ukraina juga berarti titik balik bagi keamanan dalam negeri," tulis Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser dalam kata pengantar laporan tersebut. "Terutama di masa perang, kepemimpinan di Kremlin bergantung pada kerja dinas intelijen Rusia."

Presiden BfV Thomas Haldenwang mengatakan, laporan BfV "sekali lagi menyoroti bahaya terhadap keamanan internal Jerman: spionase, operasi dunia maya, dan upaya dinas intelijen asing yang makin sulit dimonitor dan makin canggih."

Haldenwang selanjutnya mengatakan, berbeda dengan Rusia, kegiatan spionase Cina terutama untuk mengumpulkan informasi tentang industri, lembaga ilmiah, dan militer Jerman. "Pada tahun 2022, tersangka (instansi) negara atau pelaku yang diarahkan oleh negara terus melakukan serangan siber yang ditargetkan terhadap bisnis, lembaga pemerintah, dan individu, serta terhadap institusi politik," katanya.

Bangkitnya ekstremisme kanan

Laporan BfV juga mendokumentasikan peningkatan jumlah ekstremis kanan di Jerman, yang sekarang mencapai 38.800 orang, naik dari 33.900 orang pada tahun 2021. Sekitar 14.000 di antaranya dianggap berpotensi melakukan kekerasan.

Laporan itu juga mencatat bahwa gerakan sayap kanan telah mengubah penampilan mereka di muka umum. Sementara pada awal tahun 2022, BfV melaporkan bahwa kelompok ekstremis kanan masih fokus pada aksi protes terhadap langkah-langkah pembatasan COVID-19, sekarang mereka mencoba memanfaatkan sentimen penentangan terhadap dukungan militer Jerman untuk Ukraina dan potensi protes krisis energi.

Jika isu-isu ini gagal mendapat resonansi publik yang luas, kata BfV, gerakan ekstremis kanan berharap bisa membangkitkan lagi sentimen anti-imigran. Salah satu partai politik berhaluan kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD), saat ini sedang dalam pengamatan BfV. Badan intelijen itu memperkirakan, sekitar 10.200 dari 29.000 anggota AfD adalah ekstremis kanan.

"Bagian AfD ini menyebarkan kebencian dan agitasi terhadap semua jenis minoritas di Jerman, terutama kaum migran, dan ada bagian AfD juga yang menyebarkan posisi antisemit," kata Thomas Haldenwang. Dia juga mengatakan bahwa ada bagian dari AfD yang "sangat dipengaruhi oleh Moskow."

Ekstremisme sayap kiri juga dipantau

BfV juga mencatat peningkatan jumlah ekstremis sayap kiri di Jerman. Badan tersebut menghitung total 36.500 ekstremis kiri tahun lalu, naik dari 34.700 pada tahun 2021. Lebih dari seperempatnya dianggap berpotensi melakukan kekerasan.

Thomas Haldenwang mengatakan bahwa BfV juga memperhatikan "kelompok-kelompok kecil rahasia yang secara khusus menyerang ekstrimis sayap kanan. Mereka juga melihat aparat negara sebagai musuh, termasuk menggunakan kekerasan brutal terhadap aparat kepolisian."

Satu kelompok yang tidak disebut sama sekali dalam laporan setebal 380 halaman itu adalah kelompok aktivis iklim radikal yang menamakan diri Letzte Generation (generasi terkahir). Kelompok ini belakangan gencar melakukan aksi-aksi yang mengganggu kelancaran lalu lintas dan kegiatan publik. Polisi Jerman telah melakukan rangkaian penggerebekan terhadap kelompok itu dan menahan beberapa anggotanya. Namun, Thimas Haldenwang mengatakan, BfV tidak menganggap mereka sebagai kelompok ekstremis.

(hp/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait