1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Bertahan Hidup di Planet Mars?

Zulfikar Abbany
11 Mei 2021

Ahli genetika Amerika Chris Mason berkata bahwa manusia memiliki kewajiban moral untuk melestarikan kehidupan dalam segala bentuknya. Dia mengusulkan rencana 500 tahun untuk meretas kehidupan dan bertahan hidup di Mars.

Foto ekspedisi Life on Mars oleh Stasiun Ares Astroland, yang merupakan simulasi membangun kehidupan di Planet Mars
Foto ekspedisi Life on Mars oleh Stasiun Ares AstrolandFoto: Astroland

DW: Ketika berbicara tentang manusia yang tinggal di planet lain, seperti Mars, kami cenderung berbicara tentang solusi teknologi seperti pakaian luar angkasa dan habitat pelindung. Namun dalam buku Anda, The Next 500 Years: Engineering Life to Reach New Worlds, Anda mengusulkan perubahan biologis yang lebih mendasar pada spesies kita. Anda juga berbicara tentang tugas filosofis untuk melestarikan semua bentuk kehidupan. 

Christopher Mason: Kita biasanya memikirkan tindakan perlindungan fisik atau mekanis di luar angkasa, atau farmakologis, seperti mengonsumsi obat untuk membantu kita bertahan hidup. Kita sudah melakukannya. Saya mengusulkan untuk memperluasnya dengan menggunakan mekanisme perlindungan dan keamanan biologis.

Contohnya, ada sel CAR-T, sejenis sel T yang direkayasa, yang kami gunakan di lab dan secara rutin di tempat lain. (Manusia) dengan sengaja menyusun dan menggunakan evolusi terarah dan desain sel terarah untuk menjaga orang bebas dari kanker. Dan tidak ada yang memperhatikan itu.

Ada uji coba yang menggunakan CRISPR (teknologi gunting genetika) pada pasien saat ini. Bukan hanya satu atau dua, ini puluhan, dan ratusan.

Alat untuk bertahan hidup di Mars

Saya melihat ini setiap hari, jadi (ide saya) hanyalah perpanjangan logis dari cara hidup terapeutik kita saat ini ... Orang-orang melakukan segala yang mereka bisa untuk membuat sel terbaik, mulai dari memodifikasi mikrobiom hingga memodifikasi sel kekebalan kita, dan semua ini untuk penyembuhan atau mencegah penyakit.

Ahli genetika Prof. Christopher E. MasonFoto: Pershing Square Sohn Cancer Research Alliance

Yang kita coba lakukan hanyalah menggunakan teknologi itu untuk menyediakan alat tambahan untuk membantu kita bertahan hidup di planet lain. Ini bukan satu-satunya cara. Saya berbicara tentang metode mekanis dan farmakologis lainnya. Dan masih butuh waktu 20 tahun untuk melakukannya dengan benar. Itulah mengapa ini adalah sebuah rencana 500 tahun!

Sangat menarik bahwa Anda belajar banyak dari ekstremofil - organisme yang beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan ekstrem, seperti di kedalaman ekstrem di lautan dan di rekahan bawah laut. Bagaimana hal itu memengaruhi masa depan kita dalam lingkungan ekstrem yaitu luar angkasa?

Sangat menarik mempelajari ekstremofil, termasuk yang ada di ruang hampa atau di stasiun luar angkasa. Kami terus menemukan banyak gen untuk ketahanan radiasi, ketahanan kekeringan, serta perbaikan DNA pada ekstremofil, dan tampaknya ada fitur yang konsisten untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrem.

Semakin banyak kami mencari, kami menemukannya di tempat-tempat di mana salinitas atau suhu atau tingkat radiasi yang biasanya Anda pikir tidak mungkin bagi kehidupan untuk bertahan dan kita terbukti salah.

Ekstremofil dapat hidup di lingkungan ekstremFoto: Science Photo Library/imago images

Katakanlah kita menjawab semua pertanyaan etis dan teknis tentang rekayasa genetika, bagaimana cara kerjanya?

Ya, dengan asumsi bahwa pertanyaan-pertanyaan itu telah terpecahkan, jika menurut kita itu dapat berfungsi dan itu harus dilakukan - dua pertanyaan penting. Tapi secara fungsional, kami telah mempelajari gen dari tardigrade yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap radiasi sekitar 80%, jadi secara teknis itu mungkin.

Orang-orang merasa khawatir saat mengedit atau menambahkan gen. Jadi, kami juga melihat "aktivasi sementara" dari gen - mengaktifkan dan menonaktifkannya lagi. Jika saya hanya mengambil gen Anda yang ada dan sedikit menaikkan atau menurunkannya saat Anda terpapar radiasi dan mematikannya lagi nanti, saya pikir itu akan berbeda.

Seks di luar angkasa

Salah satu masalah terbesar adalah bagaimana kita akan menumbuhkan populasi di Mars. Anda berpendapat bahwa manusia tidak akan lahir di Mars selama 200 tahun lagi.

Ya, itu benar untuk penduduk asli Mars yang pertama, di mana kedua orang tuanya lahir di sana dan kemudian keturunan mereka lahir di sana.

Saya yakin kita akan memiliki orang yang lahir di Mars sebelum itu. Katakanlah orang-orang berada di sana pada pertengahan tahun 2030-an atau 2040-an, mungkin akan ada seorang anak yang lahir dalam waktu 10 tahun sejak orang-orang berada di sana, hampir tak terelakkan, jika Anda memiliki kedua jenis kelamin di sana dan orang-orang bosan…itu akan terjadi.

Kita telah melakukannya di lingkungan buruk lainnya selama jutaan tahun, jadi itu juga akan terjadi di sana. Tapi generasi kedua Mars, atau warga Mars, memiliki bayi, itu akan memakan waktu lebih lama.

Bagaimana dengan masalah cahaya di luar angkasa, atau kehidupan di bawah tanah? Misalnya, Anda menulis tentang "sintesis vitamin".

Ya, cahaya di Mars akan berbeda…Itu adalah bagian yang menyenangkan untuk ditulis, seperti daftar keinginan: Bagaimana jika kita memiliki mata yang berbeda?

Tardigrade memiliki gen yang melindungi mereka dari radiasiFoto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library/Last Refuge

"Hati-hati, kita bisa mengacaukannya"

Sebagian besar sejarah evolusi terjadi secara kebetulan. Tetapi bagaimana jika kita memiliki agen, evolusi terarah ketimbang yang tidak, jika ada cara untuk membuat segalanya sedikit lebih baik?

Ada juga kemungkinan Anda benar-benar bisa mengacaukannya, jadi Anda harus berhati-hati.

Tetapi Anda dapat membayangkan bhawa Anda dapat melihat dalam panjang gelombang yang berbeda, atau mensintesis semua vitamin atau asam amino Anda sendiri, yang hari ini, sayangnya, tidak dapat kita lakukan, lagi. Saya menyebutnya "ketidakmampuan molekuler". Mengapa kita tidak membuat asam amino kita sendiri atau bahkan Vitamin C? Primata berhidung basah masih melakukannya, tetapi kita kehilangan kemampuan, dan belum lama ini, secara relatif. Itu hanya karena kita mendapatkan cukup dari makanan kita.

Tapi itu hal yang sangat menarik - bahwa ini bukan hanya tentang berevolusi ke depan, tetapi juga tentang kembali ke cara kita dulu. Apakah Anda tidak khawatir jika orang mengira Anda gila?

Tidak, tidak sama sekali! Beberapa dekade mendatang akan sangat eksploratif, bagaimanapun, kita tidak dapat melakukannya saat ini. Tetapi itu adalah tugas yang perlu, tugas penting untuk spesies kita. Jika alat-alat itu membiarkan kita bertahan dan menjalankan tugas perwalian kita, maka saya mendukungnya.

Tugas perwalian

Mungkin kita akan beruntung, kita akan mengirim orang ke Mars dan mereka akan beradaptasi. Itu akan bagus. Tapi saya pikir itu tidak mungkin diberikan lingkungan, dan tidak etis juga, karena jika kita memiliki alat untuk melindungi seseorang dan kita tidak menggunakannya...itu akan lebih buruk, saya pikir.

Manusia adalah satu-satunya spesies yang memiliki kesadaran akan kepunahan.

Tapi saya akan menolak bahwa ini bukan hanya perspektif manusia. Saya akan mengatakan hal yang sama jika gurita menjadi sadar dan mulai mengajukan pertanyaan, atau kecerdasan buatan. Tetapi sampai mereka memiliki hak pilihan dan rasa tanggung jawab, tidak ada orang lain yang akan melakukannya.

Jadi, ini juga tentang melestarikan kehidupan seperti yang kita ketahui. Tetapi Anda berpendapat bahwa alam semesta mungkin telah ada dalam bentuk lain sebelum Big Bang, seperti yang kita pikirkan, bahwa kita mungkin sudah menjadi "Versi 2".

Pertanyaan terbesarnya adalah: Apa yang harus kita lakukan jika ini versi kedua? Apakah salah jika menghentikan alam semesta agar tidak meledak lagi dan kita mengalami Big Bang ketiga? Apakah kita hanya berharap kehidupan terulang kembali? Atau kita (mencoba) mencegah akhir alam semesta kita? Dan saya pikir kita mungkin harus melakukannya karena tidak ada jaminan bahwa itu akan terjadi lagi. Ini mungkin saja. (rap/vlz)

Christopher E. Mason adalah ahli genetika dan ahli biologi komputasi, serta profesor di Weill Cornell Medicine, New York. Bukunya "The Next 500 Years: Engineering Life to Reach New Worlds" diterbitkan oleh MIT Press (April 2021).

Wawancara telah diedit sesuai konteks.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait