Di bawah Suhardi, BNPT menggunakan pendekatan humanis buat mengikis bibit terorisme. Kesan itu bertolak belakang dengan reputasi lembaga anti teror lain, Densus 88, yang dibayangi tuduhan pelanggaran HAM
Iklan
Wawancara Dengan Kepala BNPT Komjen Pol Drs. Suhardi Alius
18:10
Syahdan Suhardi Alius mendapat tantangan menyambangi desa teror Tenggulun di Jawa Timur ketika baru diangkat sebagai kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, BNPT, 2016 silam. Saat itu dia menghubungi Ali Fauzi, terpidana Bom Bali yang juga berasal dari Tenggulun.
"Mas Ali ini kebanyakan (mantan napi teror) tinggal di Tenggulun, kan? Boleh saya kesana?"
"Wah, yang benar, Pak? Belum pernah ada pejabat yang mau ke sana," jawab Ali Fauzi.
"Insya Allah," pungkas Suhardi.
Adik kandung Amrozi itu lalu menghubungi abangnya yang lain, Ali Imron, yang mendekam di Lapas Kerobokan Bali seumur hidup lantaran terbukti terlibat dalam pelaksanaan Bom Bali.
"Li, Pak Hardy akan datang ke desa kita," ucap sang adik di ujung telepon.
"Kamu dibohongi. Kalau dia datang, aku gendong kamu," kata Ali Imron dengan nada tak percaya.
Namun Suhardi tetap datang dengan penjagaan longgar aparat berbaju preman.
Sekilas, Tenggulun menyerupai desa petani lain di Jawa Timur. Ratusan rumah berhimpitan di antara ladang dan sawah, dua masjid megah berdiri kokoh di jantung desa dan sebuah pondok pesantren berpagar semen menjadi oase spiritual kaum muda. Di tempat ini bersemayam makam Amrozi, teroris yang dieksekusi mati pada 2008 setelah terbukti ikut meluluhlantakkan Bali pada 2002 silam.
Menurut Suhardi, Tenggulun saat itu dihuni oleh 38 mantan narapidana terorisme beserta keluarganya. Sejak dulu desa kecil ini masuk dalam daftar zona berbahaya buat aparat kepolisian.
Ironisnya bersama BNPT, desa yang dulu dikenal sebagai sarang teroris itu membidani kelahiran salah satu program penanggulangan terorisme paling humanis di dunia. Karena di sini lah Suhardi Alius untuk pertamakalinya memupuk kepercayaan mantan teroris pada lembaga negara, terutama kepada kepolisian.
"Begitu saya datang, mereka menangis. Sampai Mahendra mencium tangan saya dan bilang ingin menjadi orang baik," kisahnya tentang Zulia Mahendra yang merupakan putra Amrozi. "Semua berubah dalam tempo singkat. Itu dicapainya dengan hati," kata dia. "Jangan ditakuti dengan senjata."
Sejak itu BNPT menciptakan berbagai terobosan program penanggulangan terorisme di Indonesia. Mantan teroris yang dulu cendrung diacuhkan, malah dijadikan ujung tombak program deradikalisasi. Suhardi bahkan ikut membantu mencarikan dana pembangunan pesantren anti teror di Tenggulun dan mempekerjakan kaum remaja sebagai duta damai untuk menangkal ideologi radikal melalui media sosial.
Sebelumnya lembaga yang dibentuk pada 2010 itu berfungsi layaknya badan intelijen yang berusaha mengendus rencana serangan lewat narapidana terorisme. Fungsi ini dijalankan oleh Ansyaad Mbai hingga Saud Usman Nasution. Pendekatan humanis pada isu terorisme baru mulai dikembangkan Tito Karnavian yang hanya memimpin selama beberapa bulan sebelum digantikan Suhardi.
Anak Mantan Teroris Merajut Masa Depan di Pesantren al-Hidayah
Seorang mantan teroris mendidik anak-anak terpidana terorisme agar menjauhi faham radikal. Mereka kerap mengalami diskriminasi lantaran kejahatan orangtuanya. Kini mereka di tampung di pesantren al-Hidayah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Ujung Tombak Deradikalisasi
Seperti banyak pesantren lain di Sumatera, pesantren Al-Hidayah di Deli Serdang, Sumatera Utara, didirikan ala kadarnya dengan bangunan sederhana dan ruang kelas terbuka. Padahal pesantren ini adalah ujung tombak program deradikalisasi pemerintah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Mantan Teroris Perangi Teror
Perbedaan paling mencolok justru bisa dilihat pada sosok Khairul Ghazali, pemimpin pondok yang merupakan bekas teroris. Dia pernah mendekam empat tahun di penjara setelah divonis bersalah ikut membantu pendanaan aktivitas terorisme dengan merampok sebuah bank di Medan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Tameng Radikalisme
Bersama pesantren tersebut Al-Ghazali mengemban misi pelik, yakni mendidik putra mantan terpidana teroris agar menjauhi faham radikal. Radikalisme "melukai anak-anak kita yang tidak berdosa," ujar pria yang dibebaskan 2015 silam itu. Jika tidak dibimbing, mereka dikhawatirkan bisa terpengaruh ideologi teror.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Derita Warisan Orangtua
Saat ini Pesantren al-Hidayah menampung 20 putra bekas teroris. Sebagian pernah menyaksikan ayahnya tewas di tangan Densus 88. Beberapa harus hidup sebatang kara setelah ditinggal orangtua ke penjara. Menurut Ghazali saat ini terdapat lebih dari 2.000 putra atau putri jihadis yang telah terbunuh atau mendekam di penjara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Uluran Tangan Pemerintah
Pesantren al-Hidayah adalah bagian dari program deradikalisasi yang digulirkan pemerintah untuk meredam ideologi radikal. Untuk itu Presiden Joko Widodo mengalihkan lebih dari 900 milyar dari dana program Satu Juta Rumah untuk membantu pembangunan pondok pesantren yang terlibat dalam program deradikalisasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Perlawanan Penduduk Lokal
Meski mendapat bantuan dana pemerintah buat membangun asrama, pembangunan masjid dan ruang belajar di pesantren al Hidayah tidak menggunakan dana dari APBN. Ironisnya keberadaan Pesantren al-Hidayah di Deli Serdang sempat menuai kecurigaan dan sikap antipati penduduk lokal. Mulai dari papan nama yang dibakar hingga laporan ke kepolisian, niat baik Ghazali dihadang prasangka warga.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Peran Besar Pesantren Kecil
Al-Hidayah adalah contoh pertama pesantren yang menggiatkan program deradikalisasi. Tidak heran jika pesantren ini acap disambangi tokoh masyarakat, entah itu pejabat provinsi atau perwira militer dan polisi. Bahkan pejabat badan antiterorisme Belanda pernah menyambangi pesantren milik Ghazali buat menyimak strategi lunak Indonesia melawan radikalisme.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Trauma Masa Lalu
Melindungi anak-anak mantan teroris dianggap perlu oleh Kepala BNPT, Suhardi Alius. Abdullah, salah seorang santri, berkisah betapa ia kerap mengalami perundungan di sekolah. "Saya berhenti di kelas tiga dan harus hidup berpindah," ujarnya. "Saya dikatai sebagai anak teroris. Saya sangat sedih." Pengalaman tersebut berbekas pada bocah berusia 13 tahun itu. Suatu saat ia ingin menjadi guru agama.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Stigma Negatif Bahayakan Deradikalisasi
Stigma negatif masyatakat terhadap keluarga mantan teroris dinilai membahayakan rencana pemerintah memutus rantai terorisme. Terutama pengucilan yang dialami beberapa keluarga dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada kondisi kejiwaan anak-anak. Ghazali tidak mengutip biaya dari santrinya. Ia membiayai operasional pesantren dengan beternak dan bercocok tanam, serta menjual hasil panen.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
9 foto1 | 9
Ketika Pondok Pesantren al-Islam yang ikut didirikannya diresimkan pada 2017 silam, belasan mantan teroris mengikrarkan sumpah setiap kepada negara dan Pancasila - sesuatu yang bertolakbelakang dengan ideologi ekstremisme Islam yang menganggap aparat pemerintah sebagai musuh yang wajib diperangi.
Konsep penanggulangan terorisme yang dijalankan BNPT kini mulai dilirik dunia internasional. Juli silam Lembaga Kriminal Federal Jerman, Bundeskriminalamt, datang ke Indonesia untuk mempelajari pendekatan lunak yang digunakan BNPT, antara lain dengan mengunjungi pesantren al-Hidayah di Sumatera.
Ironisnya pendekatan Suhardi bertolakbelakang dengan reputasi Detasemen Khusus 88 yang tak segan membunuh terduga teroris jika dianggap melawan. Belum lama ini Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyebut fakta di lapangan mengindikasikan pelanggaran HAM oleh satuan elit Polri itu.
Suhardi mengelak ketika ditanya apakah model pendekatan personal yang ia jadikan strategi diBNPT akan berakhir setelah masa jabatannya berakhir. Menurutnya dia telah memberikan contoh kepada para pejabat BNPT, tinggal mereka yang melaksanakannya. "Saya harapkan siapapun yang menggantikan saya bisa mengedukasi masyarakat, jangan pakai kekerasan. Mari kita bangun dengan hati dan kejujuran."
Daftar Serangan Teror JAD di Indonesia
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Islamic State alias ISIS adalah kelompok teror paling mematikan di Indonesia saat ini. Berikut serangan teror yang dilakukan anggota JAD di Indonesia sejauh ini.
Foto: REUTERS
Bom Thamrin, Jakarta
Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta
Serangan di Mapolres Surakarta
Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya
Bom Molotov di Samarinda
Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/P. Utama
Bom Kampung Melayu
Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto
Ledakan di Bandung
Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Arbi
Kerusuhan di Mako Brimob
Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.
Foto: picture alliance / Photoshot
Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Gagal di Riau
Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sutisna
Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar
Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan. (rzn/yf - detik, kompas, tribun, ap)