Populer melalui K-pop, serial TV Squid Game dan film Parasite yang meraih Piala Oscar, Korea Selatan sekali lagi jadi sorotan dengan penghargaan Nobel Sastra untuk Han Kang.
Iklan
Namanya tidak tercantum di antara para favorit, tetapi penulis Korea Selatan Han Kang ternyata mendapat penghargaaan Nobel Sastra 2024. Kemenangannya menambah daftar pengakuan internasional untuk Korea Selatan dalam bidang budaya.
Terobosan internasional bagi Han Kang datang tahun 2016 dengan Penghargaan Internasional Man Booker untuk novelnya "The Vegetarian," yang pertama kali diterbitkan dalam bahasa Korea pada tahun 2007.
Penghargaan juga dibagikan kepada penerjemah novel itu, Deborah Smith, yang kemudian secara langsung berkontribusi dalam menerjemahkan lebih banyak buku sastra Korea ke dalam bahasa Inggris.
Menyusul keberhasilan "The Vegetarian," Smith mendirikan Tilted Axis Press, sebuah penerbit nirlaba Inggris yang mengkhususkan diri dalam penerbitan sastra Asia kontemporer.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Setelah memenangkan Booker Prize, Han Kang juga memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi Eropa lainnya, termasuk Prix Medicis 2023 Prancis untuk novel terbarunya, "We Do Not Part," yang akan diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 2025.
K-pop awalnya menyebar di Asia
Ekspor budaya pop Korea Selatan yang paling menonjol di Barat adalah serial populer Netflix "Squid Game," grup K-pop seperti BTS dan Blackpink, dan film pemenang Oscar tahun 2019 "Parasite" karya Bong Joon-ho.
Keberhasilan budaya pop Korea Selatan menyebar ke negara lain sudah dirintis beberapa dekade sebelumnya. Istilah Cina "Hallyu," yang secara harfiah berarti "Gelombang Korea" diciptakan pertengahan 1990-an.
Meningkatnya media satelit selama dekade itu memungkinkan drama dan sinema Korea menyebar ke seluruh Asia Timur dan sebagian Asia Tenggara, lalu dengan cepat melompat ke bagian lain dunia.
"Hallyu dengan cepat menguasai pasar Cina, tetapi industri ini terutama mengincar pasar AS, di mana mereka awalnya menghadapi banyak kegagalan," kata Michael Fuhr, direktur divisi Musik Dunia di Institut Musik dan Musikologi di Universitas Hildesheim, Jerman. Pada 2008, ekspor budaya Korea Selatan telah melampaui nilai ekonomi impor budayanya, katanya kepada DW.
Namun, terobosan besar bagi musik Korea Selatan di Barat terjadi pada tahun 2012, dengan hit global "Gangnam Style" oleh rapper Psy. Video YouTube-nya diklik lebih dari satu miliar kali dalam beberapa bulan, dan sampai hari ini videonya mencatat lebih dari 4,2 miliar penayangan.
Agensi yang membentuk grup K-pop secara sadar memilih anggota band dengan ciri-ciri karakter yang berbeda, tujuannya untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin anak muda dapat mengidentifikasi diri dengan mereka.
"Grup-grup musik itu juga diharuskan memiliki kehadiran yang aktif di media sosial, untuk memungkinkan penggemar merasakan bahwa mereka adalah bagian dari kehidupan idola mereka," jelas Michael Fuhr. "Itu adalah paket yang dijual."
"Squid Game," yang kembali untuk sequel kedua pada akhir tahun 2024 setelah serial pertamanya menjadi sensasi global pada tahun 2021, juga memperbarui gaya visual yang sudah mapan. Estetika warna-warni dari Netflix terasa familiar bagi audiens yang lebih muda yang terbiasa dengan video-game.
Iklan
Kisah-kisah kesenjangan sosial
Di luar dunia fiksi, cerita-cerita yang diangkat juga banyak menunjukkan masalah sosial di Korea Selatan. Ada orang-orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan, sering kali tanpa listrik dan air atau di ruang bawah tanah, seperti keluarga miskin dalam film "Parasite", yang berusaha keras untuk masuk ke dalam lingkupan kehidupan orang kaya.
Menurut organisasi kerja sama pembangunan OECD, sekitar 15% dari 52 juta penduduk Korea Selatan memiliki pendapatan di bawah rata-rata. Kemiskinan di usia tua di Korea Sleatan diperkirakan sekitar 40%.
Pada saat yang sama, orang-orang yang kurang mampu di Korea Selatan umumnya dipandang rendah. "Masyarakatnya sangat dibentuk oleh nilai-nilai kapitalis," kata Michael Fuhr. Di sana ada "mentalitas kerja yang kuat dan di beberapa bagian ada hierarki nilai neo-Konfusianisme."
K-Pop, Diplomasi Budaya ala Korsel
Anda penggila K-Pop? Fenomena hiburan Korea Selatan bukan hanya tetap bertahan hingga kini di Indonesia, namun di berbagai belahan dunia lainnya. Bagi Korsel, diplomasi budaya sama pentingnya dengan diplomasi politik.
Foto: picture alliance/Geisler-Fotopress
Crayon Pop
Konser-konser yang digelar kelompok gadis-gadis muda yang tergabung dalam "Crayon Pop" selalu dipadati penggemar. Tampilannya selalu menggemaskan. Kerja keras adalah bagian dari keberhasilan mereka. Dalam sebuah wawancara tentang persaingan yang ketat dalam dunia musik pop di Korea Selatan, mereka menceritakan bahwa mereka bisa latihan hingga 14 jam dalam sehari.
Foto: picture alliance/Geisler-Fotopress
Psy
Di antara orang-orang Asia, Korea Selatan dikenal sebagi negara pekerja keras. Tak hanya manufaktur dan teknologi, musik pop Korea Selatan makin global. Pada tahun 2012 video musik "Park Jae-Sang" yang akrab dengan "Gangnam Style"-nya menjadi sorotan dunia. Dimana-mana orang berjoget ala Psy. Namun kelompok-kolompok musik lainnya tak kalah terkenal.
Foto: AP
Wonder Girls
Bagaimana dengan yang satu ini? Perusahaan industri untuk dengan cepat mengidentifikasi talenta para gadis ini dalam ajang pencarian bakat di Korea Selatan. Mereka langsung mendapatkan kontrak. Namun kepiawaian mereka dalam berkesenian bukan datang tiba-tiba, melainkan hasil latihan selama bertahun-tahun. Majalah Time menulis, K-Pop merupakan ekspor Korsel terbesar.
Foto: picture alliance/dpa/C.Xs
Shinee
Pada awal tahun 2000-an, K-Pop menemukan momentumnya seiring dengan perkembangan jejaring sosial. Boyband beranggota lima orang: "Shinee" yang terbentuk sejak tahun 2008 ini tidak hanya karena dikenal dengan musik popnya. Para pria ini juga telah disebut sebagai ikon mode. Lihat model rambut dan warnanya. Ada yang Anda sukai?
Foto: picture alliance/Yonhap
IU
"Lee Ji-Eun", penyanyi dan artis dengan nama panggung "IU" ini amat terkenal. Ia juga merupakan komponis, aktris, gitaris, penari dan pembawa acara. Dia tidak hanya menjadi kaya raya melalui musik, namun kontrak-kontrak iklan promosi jutaan dolar semakin membuatnya makmur.
Foto: picture alliance/dpa
Beast
Musik dari kelompok ini punya magnet menarik perhatian orang-orang muda. Kelompok "Beast" berjaya bukan hanya di Asia, namun juga banyak mengadakan konser di Amerika. Kelompok ini telah mengantungi berbagai macam penghargaan musik.
Foto: picture alliance/dpa/K.HeeChul
Choi Si-won
Artis Korea Selatan yang satu ini merupakan salah satu bintang dengan bayaran tertinggi dalam industri musik pop. Dia terlibat dalam beberapa film Cina. Dia merupakan salah satu artis Korea Selatan pertama yang muncul di perangko Tiongkok. Ia berpose dengan artis Korea, Yoona dan desainer Karl Lagerfeld.
Foto: picture alliance/AP Photo
BoA
Kwon Boa yang ngetop dengan nama panggung "BoA" melepaskan lagu pertamanya pada usia 13 tahun. Superstar Korea Selatan ini juga telah mencapai keberhasilan besar di Jepang. Album kompilasinya yang berjudul Best Soul sukses besar dan menjadikan BoA sebagai penyanyi Asia non-Jepang pertama yang albumnya laku lebih dari satu juta keping di Jepang.
Foto: picture alliance/Zumapress
Girls Generation
Kelompok "Girls 'Generation" sejak tahun 2007 telah memperoleh penggemar di seluruh dunia. Girls Generation juga mencari peruntungan di Jepang. SNSD atau SoShi memulai debutnya di kancah musik Jepang pada tahun 2010 dengan merilis versi bahasa Jepang dari lagu hits mereka "Tell Me Your Wish (Genie)". Sudah pernah nonton konsernya?
Foto: picture alliance/Yonhap
JYJ
Kim Jae Joong "JYJ" tidak hanya mencari peruntungan di bidang tarik suara. Ia juga mengasah bakat di dunia akting dan fesyen. Kreatif bukan?
Foto: picture alliance/Yonhap
Kara
Grup "Kara" bubar pada tahun 2016, tetapi anggotanya secara individu tetap melenggang sendiri-sendiri di atas panggung hiburan. K-Pop bukan hanya digandrungi oleh remaja di Indonesia, tetapi juga anak-anak dan bahkan orang dewasa.
Foto: picture alliance/dpa
Big Bang
Kelompok "Big Bang” dibentuk pada tahun 2006. Grup ini merupakan salah satu kelompok musik pop yang paling penting di Koera Selatan. Anggota kelompoknya terdiri dari G-Dragon, T.O.P, Taeyang, Daesung dan Seungri. Lagu- lagu awal mereka yang didominasi hip hop dan kemudian makin berkembang. Berbagai penghargaan musik telah mereka kantungi.
Foto: picture alliance/dpa/K.Hee-Chul
G-Dragon
Kwon Ji Young akrab disebut "G-Dragon" disebut "Justin Bieber"-nya Korea Selatan. Dalam foto ia tampil bersama penyanyi Korsel Lee Hee. Rambutnya cukup heboh bukan?
Foto: picture alliance/AP Photo/L.Seng Sin
Ailee
Amy Lee yang bernama panggung Ailee merupakan penyanyi blasteran Korea Selatan-Amerika Serikat. Sebelum debut K-popnya, Ailee adalah artis di bawah label Muzo Entertainment, agensi independen yang bermarkas di AS. Ia juga telah berkolaborasi dengan para bintang AS.
Foto: picture alliance /dpa/K.HeeChul
BTS
Grup musik Bangtan Sonyeondan, BTS, jadi salah satu boyband paling top di dunia. Grup musik ini terdiri dari Jin, Suga, J-Hope, RM, Jimin, V, dan Jungkook. Para fans mereka menyebut diri sebagai Army (Adorable Representative MC for Youth). Pengaruh BTS pada penjualan produk sangat kuat. Baru-baru ini di Indonesia, antrean ojek online untuk beli BTS Meal McD membludak dan sempat viral.
Foto: picture alliance/AP Photo/T.Camus
Sistar
Girl band yang terdiri dari empat orang ini terbentuk pada tahun 2010 dan sekarang berada di bawah manajemen Starship Entertainment. Kemunculan mereka menarik perhatian dengan cepat. Penulis : Saleh (ap/vlz)
Foto: picture alliance/dpa/K.Hee-Chul
16 foto1 | 16
Gaya novel-novel karya Han Kang tentu saja lain dari gaya "Squid Game" atau bintang-bintang K-pop. Cerita-ceritanya cenderung mengungkap masalah sosial di tengah masyarakat.
Penindasan patriarki tampak jelas dalam "The Vegetarian," di mana seorang perempuan yang dihantui oleh mimpi-mimpi penuh darah, mengadopsi kehidupan seperti tumbuhan sebagai bentuk perlawanan terhadap kekerasan gender.
Kesedihan, rasa bersalah, kebrutalan, dan ketidakadilan juga dieksplorasi dalam "Human Acts" yang mengambil dampak brutal dari Pemberontakan Gwangju tahun 1980 sebagai titik awalnya.
Han Kang melihat novel-novelnya sebagai bentuk perlawanan terhadap kekerasan. Dalam sebuah pidato tahun 2023 dia mengatakan "meneliti sejarah kekerasan adalah mempertanyakan sifat manusia. Bahkan jika adegan-adegan kekerasan digambarkan, itu bukan demi kekerasan. Itu adalah upaya untuk berdiri di pihak lain."