Tahun 2017, lebih dari 450 juta orang di dunia menderita diabetes. Gaya hidup yang sehat dapat membantu mencegah diabetes tipe 2. Hasil dua penelitian yang baru dipublikasikan mengungkap caranya.
Iklan
Dalam penelitian yang menggunakan tikus, peneliti di Toho University Graduate School of Medicine di Jepang menemukan bahwa kehilangan hanya satu malam atau enam jam tidur sudah mampu meningkatkan risiko diabetes Tipe 2.
Kelompok tikus yang kekurangan tidur memiliki kadar gula darah yang jauh lebih tinggi, dan produksi trigliserida di hati juga meningkat. Trigliserida adalah lemak yang terkait dengan resistensi insulin, ciri khas diabetes.
Selain itu, kurang tidur menyebabkan perubahan dalam enzim hati yang bertanggung jawab untuk mengatur metabolisme hati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur jelas merupakan faktor risiko diabetes. Oleh karena itu, rutinitas tidur yang baik penting untuk mencegahdiabetes pada orang dengan risiko yang sudah meningkat.
Tanda-tanda Umum Gejala Diabetes
Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan racun. Diabetes sering disebut ‘pembunuh senyap’ jika gejalanya terabaikan. Jika Anda memiliki gejala ini, segera tes gula darah.
Foto: Fotolia/Dmitry Lobanov
Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi lebih sering kencing daripada orang normal dan mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing sehari. Ini berlanjut bahkan di malam hari. Penderita terbangun beberapa kali untuk buang air kecil. Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa ekstra dalam darah.
Foto: Fotolia/Zsolt Biczó
Rasa haus berlebihan
Karena hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh Anda mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa haus berlebihan merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola gula darah tinggi," jelas Dr. Collazo-Clavell seperti dikutip dari Health.com.
Foto: Fotolia/Artusius
Penurunan berat badan
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber alternatif bahan bakar.
Foto: Fotolia/PeJo
Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
Foto: Colourbox
Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
Foto: picture-alliance/dpa
Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu pembuluh darah sembuhkan luka.
Foto: picture-alliance/dpa/K. Rose
Infeksi jamur
"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr. Collazo-Clavell menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.
Foto: picture-alliance/OKAPIA KG, Germany
Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
Foto: Colourbox
Keletihan dan mudah tersinggung
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.
Foto: Colourbox
Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut eksudat.
Foto: Fotolia/MAST
Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi permanen. (Ed: ap/as/health/curejoy)
Foto: Colourbox/L. Dolgachov
11 foto1 | 11
Dosis harian gandum atau gandum hitam juga dapat mengurangi risiko terkena diabetes. Dalam sebuah penelitian besar, para peneliti di Chalmers University of Technology di Swedia dan Pusat Penelitian Masyarakat Kanker Denmark menganalisis kebiasaan makan lebih dari 55.000 peserta bebas diabetes.
Para peserta diminta untuk membuat daftar jenis produk gandum yang mereka konsumsi setiap hari. Barang-barang yang tercantum, termasuk roti, muesli dan bubur.
Setelah 15 tahun, para peneliti melanjutkan eksperimen dengan para peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan gandum setiap hari memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes Tipe 2.
"Pada gandum hasil penelitiannya jelas. Di antara banyak penelitian yang telah dilakukan, dalam berbagai kelompok orang di seluruh dunia, belum ada satu studi pun yang telah menunjukkan efek kesehatan negatif," ini kesimpulan Rikard Landberg, peneliti senior studi ini. (vlz/ml)
10 Fakta Pahit Tentang Gula
Gula ternyata banyak memicu masalah kesehatan. Diabetes, obesitas dan Alzheimer adalah beberapa penyakit yang dipicu konsumsi gula berlebihan. Tapi konsumsi gula perkapita terus naik di seluruh dunia.
Foto: Colourbox
Memicu Diabetes
Gula diubah jadi lemak dua hingga lima kali lebih cepat dibanding karbohidrat. Kandungan fruktosa dari gula juga dimetabolisme dalam hati menjadi lemak hati yang bisa memicu resistensi insulin. Akibatnya: muncul Diabetes tipe 2 yang diidap seumur hidup.
Foto: Colourbox
Meningkatkan Risiko Alzheimer
Konsumsi tinggi gula meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Hasil riset 2013 menunjukkan, resistensi insulin dan tingginya kadar darah yang memicu diabetes, terbukti juga meningkatkan risiko degeneratif sistem saraf yang berkait erat dengan Alzheimer.
Foto: Colourbox
Merusak Flora Usus
Flora usus yang sehat membantu pencernaan dan melindungi organ pencernaan dari bakteri perusak. Makin banyak gula di dalam usus, membantu bakteri penyebab penyakit, jamur dan parasit berkembang biak cepat. Dampaknya: perut kembung, sembelit hingga buang air terus-menerus.
Foto: Colourbox
Risiko Kanker Naik
Sel tumor perlu banyak gula untuk berkembangbiak. Professor Lewis Cantley dari Harvard Medical School meneliti peran gula dan munculnya kanker. Ahli biokimia ini berasumsi konsumsi, tinggi gula mendorong munculnya kanker. Saran Cantley: sedapat mungkin kurangi konsumsi gula.
Foto: Colourbox
Mempercepat Penuaan
Glykation adalah penggulaan jaringan kulit. Dampaknya: molekul gula menempel pada serat kolagen yang memicu pengapuran jaringan. Elastisitas kulit menurun drastis, unsur beracun sulit dibuang lewat kulit dan sel menua dengan cepat. Dengan kulit kering dan mengerut, kita kelihatan lebih tua dari umur sebenarnya.
Foto: Colourbox
Membuat Kecanduan
Otak pengidap obesitas bereaksi terhadap gula mirip seperti pada pecandu alkohol. Untuk mengetes apakah Anda tidak kecanduan gula, jangan konsumsi minuman ringan bergula tinggi dan makanan manis-manis. Jika setelah puasa makanan dan minuman manis dua hari Anda sakit kepala, jantung berdebar dan merasa perlu makan yang manis-manis, artinya Anda kecanduan gula.
Foto: Colourbox
Mempengaruhi Emosi
Gula dalam jumlah sedikit memicu serotonin unsur yang membuat perasaan gembira. Tapi jika terlalu banyak, gula justru memicu perubahan mendadak pada nilai gula dalam darah, yang bisa menyebabkan mudah tersinggung dan emosi tak stabil. Juga bisa muncul depresi dan rasa takut tak beralasan.
Foto: Colourbox
Membuat Agresif
Terlalu banyak konsumsi gula membuat agresif. Pada anak-anak pengidap sindrom hiperaktivitas dan kesulitan konsentrasi (ADHD), asupan gula kadar tinggi makin membuat mereka tak mampu berkonsentrasi, tidak bisa diam dan cenderung agresif.
Foto: Colourbox
Melemahkan Kekebalan Tubuh
Kadar gula terlalu tinggi, membuat sistem kekebalan tubuh kesulitan memerangi bibit penyakit. Sesaat setelah konsumsi gula, efektifitasnya turun hingga 40 persen. Gula juga memusnahkan khasiat Vitamin C yang dibutuhkan sel darah putih untuk memerangi bibit penyakit. Gula juga cenderung memicu munculnya peradangan dalam tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa
Menurunkan Kinerja Memori
Riset di RS Charité di Berlin menunjukkan, tingginya kadar gula darah sebabkan mengecilnya Hipocampus, yakni bagian otak yang penting bagi memori jangka panjang. Dalam ujicoba, orang yang kadar gula darahnya normal menunjukkan prestasi mengingat jauh lebih baik dibanding yang kadar gula darahnya tinggi.