Ketika Jerman dan negara lain di Eropa mulai melonggarkan lockdown, penyebaran lokal di seantero benua bermunculan. Seberapa mengkhawatirkan hot spot baru COVID-19 ini?
Iklan
Kota Gütersloh di wilayah barat Jerman, dengan populasi 103.000 jiwa, jarang mendapatkan sorotan internasional. Tetapi penyebaran COVID-19 di pabrik pengolahan daging Tönnies, yang berlokasi di sana, telah menjadi berita utama dalam beberapa hari terakhir.
Daerah lain di Jerman juga menghadapi hal serupa: 370 rumah tangga telah dikarantina di distrik Neukölln, Berlin, di mana hampir 100 penduduknya dinyatakan positif, dan pihak berwenang di Göttingen telah menutup sebuah apartemen di mana sekitar 120 penghuninya terinfeksi virus. Penyebaran virus corona besar-besaran juga dilaporkan terjadi di sejumlah layanan gereja di seluruh negeri.
Di Wales, sedikitnya 175 pekerja di sebuah pabrik unggas di Anglesey dinyatakan positif COVID-19, dan pihak berwenang telah memperingatkan bahwa penguncian lokal dapat diberlakukan. Seain itu, pekerja di pabrik-pabrik di Yorkshire dan Wrexham juga dinyatakan positif COVID-19.
"Ketika kita mulai melonggarkan lockdown di masyarakat, kluster seperti itu akan terjadi dan kita telah menduganya," kata Dr. Giri Shankar dari Institut Kesehatan Masyarakat Wales. "Jadi kita tidak perlu terkejut, tetapi kita harus khawatir dan mengambil tindakan cepat."
Di sebuah fasilitas perawatan lansia di kota Liesing, Austria, dekat Wina, 6 warga, yang beberapa di antaranya memiliki penyakit bawaan, meninggal dunia dalam dua minggu pertama bulan Juni akibat COVID-19. Pada bulan Mei, lebih dari 70 pegawai fasilitas penyortiran surat di Wina dan wilayah selatan Austria positif COVID-19. Dan lebih dari seminggu yang lalu, setelah sebuah acara pertemuan Rotary Club di Salzburg, 14 peserta dinyatakan positif. Ratusan orang yang melakukan kontak dengan orang-orang ini pun tengah diidentifikasi dan diperiksa.
Di Israel, pemerintah memberlakukan lockdown nasional pada masa-masa awal pandemi, bahkan mengerahkan dinas intelijen domestik untuk membantu menangani situasi tersebut. Jumlah kasus tetap relatif rendah, dan kebijakan lockdown perlahan dilonggarkan pada pertengahan Mei. Namun, sekarang, Israel dihadapkan dengan ancaman gelombang kedua di mana sedikitnya ada 300 kasus positif per hari yang terkonfirmasi. Akibatnya sekolah-sekolah di negara itu kembali ditutup.
Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown
Kehidupan publik di Eropa perlahan-lahan kembali normal setelah pemberlakuan lockdown berminggu-minggu. Kini sekolah, toko, dan restoran sudah kembali dibuka. Berikut negara-negara yang melonggarkan lockdown.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Karadjias
Selamat Datang Kembali!
Toko-toko di seluruh Eropa terpaksa ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19, termasuk toko pakaian ini di Makarios Avenue di Nikosia, Siprus. Perintah untuk tetap di rumah juga diberlakukan sejak akhir Maret. Namun, Presiden Nicos Anastasiades sekarang mengizinkan situs konstruksi dan toko retail kembali dibuka mulai tanggal 4 Mei. Warga juga dapat bergerak secara bebas lagi mulai 21 Mei.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Karadjias
Bermain Kembali di Pantai
Setelah penyebaran COVID-19 secara global, pantai, toko, dan restoran di Protugal ditutup pada tanggal 18 Maret, namun masyarakat masih diizinkan ke luar dan berolahraga. Sekarang, orang sudah bisa berjalan-jalan lagi di pantai. Mereka juga dapat pergi ke toko-toko dan penata rambut secara bebas, tetapi wajib menggunakan masker di ruang tertutup.
Foto: picture-alliance/Zuma/SOPA Images/Diogo Baptista
Gaya Rambut Baru setelah Lockdown
Penata rambut di Yunani diizinkan kembali berbisnis pada 4 Mei. Bisnis lain yang dibuka termasuk toko bunga, toko buku, dan toko kecil lainnya. Namun restoran dan bar baru bisa beroperasi kembali akhir Mei. Masyarakat Yunani juga dapat keluar rumah tanpa surat izin, tetapi masyarakat wajib mengenakan masker saat menggunakan transportasi umum.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Stavrakis
Wajib Mengenakan Masker
Peraturan yang mewajibkan warga untuk mengenakan masker pada saat naik transportasi umum kini diberlakukan di seluruh Eropa. Di ibu kota Hungaria, Budapest, pekerja transportasi menawarkan masker bagi para pelancong di alun-alun Nyugati. Budapest. Kota-kota lain di Hungaria juga mulai membuka sebagian toko, museum, dan ruang publik.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Z. Balogh
Berolahraga di Ruang Publik
Ruang publik di Spanyol ditutup selama 48 hari untuk mengurangi penyebaran virus. Penduduk tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli makanan, alasan medis, atau berjalan-jalan dengan anjing. Sekarang warga Spanyol dibolehkan keluar untuk berolahraga, walaupun pembatasan dan aturan social distancing tetap berlaku secara ketat.
Foto: Reuters/J. Medina
Kembali Bekerja
Italia, negara Eropa yang paling parah terkena dampak virus corona, telah mengalami lockdown mulai awal Maret. Warga hanya diizinkan keluar karena alasan yang mendesak. Mulai 4 Mei, warga mulai kembali bekerja. Para pekerja di pabrik sepatu di Castelnuovo Vomano, di Provinsi Teramo, diwajibkan mengenakan masker dan dipisahkan oleh tirai plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Stinellis
Menghadiri Pemakaman
Meskipun Italia mulai melonggarkan lockdown, pemerintah hanya mengizinkan 15 orang menghadiri pemakaman dan mereka wajib mengenakan masker. Selama lockdown, Italia melarang acara pemakaman dan melarang warga mengucapkan selamat berpisah kepada orang yang dicintai.
Foto: Reuters/A. Parrinello
Sekolah Kembali Dibuka
Pemerintah Austria memastikan 100.000 siswa di tahun terakhir dapat kembali ke sekolah sebelum masa ujian. Guru-guru seperti Richard Fischer di Wina membagikan masker kepada siswa sebelum pelajaran dimulai. Pemerintah Austria sekarang juga mengizinkan warga mengunjungi kerabat di rumah perawatan. Toko-toko kecil dan bisnis lain sudah mulai dibuka kembali pada tanggal 14 April.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Bundesliga Jerman Dilanjutkan
Pemain sepak bola profesional di Jerman tetap berlatih meskipun saat ini pertandingan sedang dihentikan. Juara Bundesliga, Bayern München, mulai berlatih kembali dalam kelompok kecil. Bundesliga akan dimulai lagi tanggal 15 Mei. Namun penggemar belum diizinkan menonton pertandingan di dalam stadion. (fs/hp)
Foto: Reuters/A. Gebert
9 foto1 | 9
Identifikasi kluster
Ketika jumlah kasus mulai melonjak sekali lagi, penting untuk mengidentifikasi jenis kluster, ujar Peter Klimek, seorang peneliti di Complexity Science Hub di Wina.
"Jika kluster kecil, itu tidak begitu mengkhawatirkan, karena kita dapat melacak kontak," katanya. "Jika sebuah kluster muncul di acara besar, memproses dan melacak kluster menjadi jauh lebih sulit."
Klimek mengatakan setiap kasus akan menjadi berbeda, apakah kasus berasal dari satu kelompok di mana penyebaran rantai infeksi dapat dilacak, atau apakah 50 orang di seluruh negara menemui dokter karena mereka sudah mulai menunjukkan gejala. Menurutnya, jika beberapa kelompok yang sulit dilacak muncul dalam waktu singkat, kebijakan lockdown di seluruh negeri dapat kembali diterapkan.
Langkah-langkah paling penting untuk dilakukan ketika muncul kluster baru adalah 4T, kata Klimek: tracking, tracing, testing, dan treatment (mengikuti, melacak, memeriksa, merawat).
Ketika seseorang dinyatakan positif COVID-19, kontak terakhirnya harus dilacak dengan cepat. Mereka yang telah terinfeksi harus diisolasi dan dirawat, dan orang lain di sekitarnya juga harus diperiksa. Jika proses ini berhasil, penyebaran lokal dapat dikendalikan dengan baik, kata Klimek.
Kembali lockdown?
Jika melihat lebih dekat pada tingkat infeksi di Eropa dan Israel, 4T ternyata tidak selalu cukup. Di Bulgaria, pemerintah baru-baru ini kembali mewajibkan penggunaan masker wajah di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, toko, bioskop dan teater, hanya dalam waktu singkat setelah melonggarkan persyaratan masker wajah. Meningkatnya angka infeksi dalam beberapa hari terakhir mendorong pemerintah untuk mengambil langkah ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah memperingatkan warganya tentang meningkatnya jumlah infeksi. "Jika kita tidak segera mengubah perilaku kita tentang menggunakan masker dan menjaga jarak, kita akan membawa diri kita sendiri, melawan kehendak kita, kembali ke lockdown. Tidak ada dari kita yang menginginkan ini," katanya, Minggu (21/06). Beberapa daerah di distrik Jaffa, Tel Aviv, telah ditutup.
Di Luksemburg, pemerintah telah memutuskan untuk memeriksa seluruh warganya dalam upaya untuk mencegah gelombang kedua infeksi virus corona. Sebanyak 628.000 penduduk dan 300.000 komuter lintas batas negara itu telah dibagi menjadi beberapa kelompok untuk diperiksa secara berkala, untuk mengidentifikasi rantai infeksi baru dan dengan cepat menghentikannya.
“Belum ada obatnya”
Langkah-langkah yang diambil untuk mencegah hot spot baru, atau dengan cepat mengatasi penyebaran lokal yang sudah terjadi, berbeda dari satu negara ke negara, kata Klimek. "Belum ada obat untuk semuanya, melainkan gabungan tindakan," katanya.
Yang ditekankan oleh semua wilayah adalah pentingnya tindakan menjaga jarak secara fisik, bersama dengan protokol kebersihan yang ketat dan lingkaran kontak yang terbatas. Penutupan sekolah dan restoran dinilai efektif, seperti juga pemakaian masker wajah, kata Klimek. Dan semakin cepat langkah-langkah seperti itu dipraktikkan di masa pandemi ini akan semakin efektif, pungkasnya.
rap/gtp
Melindungi Diri dari Virus Corona dengan Masker Kain Buatan Sendiri
Beberapa negara di Eropa mewajibkan masyarakat untuk mengenakan masker jika berada di ruang publik. Inilah kreatifitas warga dan perusahaan membuat masker kain sendiri, alias masker DIY (Do-It-Yourself).
Foto: picture-alliance/dpa/S. Schuldt
Desain Masker Sendiri
Pemberlakuan lockdown membuat orang menjadi lebih kreatif, salah satunya membuat masker wajah dari kain dengan desain yang unik. Hal ini bertujuan agar masker kain yang dipakai dapat digunakan lebih dari satu kali dan cara mencucinya pun mudah, yaitu hanya ditempatkan di air mendidih untuk menghilangkan bakteri dan virus, kemudian masker dibiarkan kering.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel
Cocok dengan Dasi Kupu-Kupu
Sebuah pabrik di Berlin menawarkan masker eksklusif untuk pria elegan yang ingin tetap bergaya selama pandemi. Masker ini terbuat dari kain sutera yang ditenun, mereka juga menawarkan dasi yang serasi dengan masker. Tak perlu waktu lama, masker dan dasi tersebut langsung terjual habis.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Koall
Masker yang Terinspirasi dari Raja Ludwig
Peraturan wajib mengenakan masker baru mulai berlaku di seluruh Jerman tanggal 27 April lalu. Namun, setiap negara bagian berwenang menentukan aturan spesifiknya masing-masing. Di negara bagian Bayern, ada masker yang terinspirasi dari bendera nasional mereka, bahkan juga dari gambar Raja Ludwig dan Permaisurinya.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Hörhager
Masker Warna-Warni
Dunia ekonomi mengalami pukulan berat akibat krisis virus corona. Banyak perancang busana yang beralih membuat masker wajah, untuk menggantikan kerugian yang mereka alami. Beberapa perusahaan yang baru dirintis di Berlin, Köln, dan München saat ini memproduksi masker yang berwarna-warni. Mereka mungkin ingin menjadi bagian dari pameran adibusana yang muncul selama krisis corona.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Masker Sesuai dengan Hari
Memiliki koleksi masker yang lebih banyak juga memungkinkan Anda mengenakan masker yang berbeda-beda setiap hari, sambil menunggu masker lainnya untuk dicuci. Orang-orang mungkin akan membuat masker berbeda-beda yang dapat dipakai bergantian setiap hari dalam seminggu.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Monumen yang Bermasker
Di kota Bremen, ikon terkenalnya, patung "Musisi Kota Bremen" juga mengenakan masker, mungkin untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona. Tokoh-tokohnya: Keledai, anjing, kucing, dan ayam jantan yang menjadi figur utama dalam dongeng Bersaudara Grimm yang terkenal di seluruh dunia. (fs/hp/pkp)