Tanpa Bulan, pendamping Bumi yang eksis sejak masa awal penciptaan, kehidupan di Bumi akan binasa.
Iklan
Di malam purnama, bulan kerap tampak sebagai obyek yang paling menonjol di langit. Segalanya seperti terselubung pendar cahaya magis, dan orang merasakan bagaimana seluruh dunia berada di bawah pengaruhnya.
Kalau soal serigala, yang katanya melolong saat bulan purnama, hanya mitos saja. Tapi memang benar bahwa banyak hewan yang aktif di malam hari menggunakan bulan sebagai penentu waktu.
Setepat apa jam bulan berfungsi bisa dilihat pada terumbu karang Great Barrier Reef di Australia. Setiap tahun, bulan menjadi penentu mulai berkembangbiaknya karang di awal musim panas. Pada hari tertentu, setelah bulan purnama, mereka melepas telur dan sperma hampir bersamaan ke lautan terbuka. Itu menjamin pembuahan.
Sebagai sumber cahaya yang memegang peran terpenting di malam hari, bulan memberikan orientasi bagi kehidupan di Bumi. Tapi apa peranannya dalam mekanika di langit? Misalnya, bagaimana jika bulan tidak berrotasi mengitari Bumi? Itu tentu perubahan yang membawa dampak fatal.
Bulan penting bagi perhitungan waktu
Bumi akan terjebak dalam lingkaran dalam perhitungan ribuan tahun. Semuanya akan berubah, tidak ada yang sama. Jika sudut kecondongan poros Bumi berubah sangat besar, maka kutub utara tidak akan melihat matahari selama tiga bulan. Lalu, setengah tahun kemudian, kutub yang sama berada di titik puncak matahari baik pagi maupun malam.
Iklan
Artinya, dingin dan panas yang ekstrem saling bergantian! Bagi mahluk hidup hampir tidak mungkin bisa menyesuaikan diri dengan kedua suhu ekstrem. Badai besar di atmosfir juga jadi konsekuensinya, dengan curah hujan yang menyebabkan banjir bandang. Jadi, tanpa adanya bulan, tidak ada kehidupan di Bumi!
Hanya dengan eksistensi bulan, poros rotasi Bumi bisa stabil. Daya saling menarik memberikan mekanika di langit stabilitas dan keberlangsungan. Oleh sebab itu, zona iklim bisa terbentuk di Bumi. Dingin, hangat atau kawasan yang beriklim moderat, sehingga flora dan fauna bisa menyesuaikan hidup mereka.
Akibat gaya gravitasi bulan yang sangat kuat, masa air laut, bahkan dasar laut ikut tertarik. Akhirnya terbentuk gelombang besar, dan daratan terangkat sekitar setengah meter. Bulan bisa dibilang memegang Bumi dengan erat saat Bumi berrotasi.
Mengapa Kita Mengirim Wahana ke Planet, Bulan, dan Asteroid?
Kita mengirim wahana untuk terbang dari planet ke planet dan bulan ke bulan dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa di antaranya bahkan sudah terbang melampaui tata surya. Namun, mengapa kita melakukannya?
Foto: NASA/New Horizons
Aksi ganda luar angkasa
Sekedar lewat? Itu biasa. Namun, jika dua wahana terbang hanya berbeda sehari? Itu baru spesial! Untuk pertama kalinya di luar angkasa, dua wahana terbang di sekitar Venus pada Agustus lalu. BepiColombo mengarah ke Merkurius dan Solar Orbiter mengarah ke matahari. Mereka tidak akan sampai ke tujuannya tanpa bantuan gravitasi. Sayangnya, mereka tidak saling berpapasan.
Foto: ESA
Gravitasi membantu lajunya pesawat luar angkasa
BepiColombo mengambil gambar Venus ini. Namun, pengambilan gambar tersebut hanya misi sekunder. Wahana itu terbang melewati Venus untuk memperlambat lajunya. BepiColombo harus menyamai “energi orbit”nya dengan energi orbit milik Merkurius, untuk mencapai orbit planet tersebut. Mudahnya, wahana itu melaju ke Venus dan dengan bantuan gravitasi, sama layaknya seperti ketapel antar planet.
Foto: ESA
Perang dingin di Venus
Perang dingin dimulai seiring dengan perlombaan luar angkasa pertama. Rusia merupakan yang pertama mencoba terbang melewati Venus pada 1961, tapi gagal. Mereka merasa terpukul ketika AS mencoba hal yang sama setahun kemudian dan berhasil dengan wahana Mariner 2. Ketika Rusia mengantongi keberhasilan pertama pada 1978, Amerika sudah mencapai Merkurius, Mars, dan Jupiter.
Foto: NASA/JPL
Berpetualang melampaui batas
Meluncur pada 1977, wahana Voyager 1 dan 2 dikirim untuk menjelajah luar tata surya. Setiap wahana membawa piring emas berisikan suara Bumi. Wahana terbang melewati Jupiter, di mana Voyager 1 memfoto bintik merah besar, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Mereka sekarang berada jauh di luar angkasa dan menjadi barang buatan manusia dengan jangkauan terbang terjauh yang pernah ada.
Orang-orang sering membahas bulan yang penuh dengan keajaiban dan cinta. Namun, tahukah kalian kalau Jupiter memiliki 79 bulan? Wahana Voyager 2 menemukan satu diantaranya. Ditemukan juga bahwa Europa, bulan Jupiter, memiliki tanda kehidupan lain selain di Bumi. Tertarik dengan lautan asin Jupiter, NASA ingin mencari tahu lebih lanjut dengan wahana Europa Clippernya.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Hancur dan terbakar dalam kemenangan
Tak kalah dengan Jupiter, Saturnus memiliki 82 bulan. Wahana Cassini merupakan misi kolaborasi Amerika dan Eropa penjelajah Saturnus, menargetkan sekitar 162 target terbang melewati bulan Saturnus, termasuk Titan dan Enceladus. Setelah 13 tahun menjelajah tata surya, Cassini mengambil satu eksplorasi terakhir di Saturnus, mendata hasil observasinya hingga akhir.
Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Hingga ke Pluto
Voyager 1 dan 2 memiliki rekan di ujung tata surya, yakni New Horizon. Setelah mampir ke Jupiter untuk mendapatkan dorongan, wahana itu terbang mengitari Pluto selama enam bulan untuk mempelajarinya lalu berkelana ke Sabuk Kuiper. Pioneer 10 dan 11 adalah wahana lain yang berhasil sampai ke Pluto. Misi ini membantu kita memahami geologi dan kehidupan di luar angkasa.
Foto: NASA/New Horizons
Luar angkasa tak berujung
Masih ada misi terbang lain yang penting, seperti Rosetta, yang melakukan misi terbang lintas Bumi dan Mars, sebelum pergi ke komet Chury, Giotto di komet Halley, Deep Space 1, Deep Impact, Stardust, dan di masa depan Hera, yang akan menjadi wahana pertama yang mencapai sistem asteroid biner, Dydimos. Mengapa? Karena manusia ingin tahu asal usul dan posisinya di alam semesta ini. (mn/hp)
Foto: ESA
8 foto1 | 8
Bulan menahan rotasi Bumi
Tanpa bulan, Bumi juga akan berrotasi tiga kali lipat lebih cepat. Fase bulan bisa diamati jelas dengan pasang dan surut. Yang berhasil untuk menyesuaikan diri dengan ritme pasang dan surut bisa hidup di sini dengan tenang. Karena tanah lumpur mengandung 10 kali lipat lebih banyak mahluk hidup, dibanding dasar laut.
Bulan juga menentukan lahan mana di Bumi, yang kadang tertutup air. Karena: katakanlah, jika jarak bulan ke Bumi hanya berbeda satu per dua puluh dari jaraknya sekarang, semua kawasan pantai di tepi samudera di Bumi akan terrrendam air, setiap kali laut pasang.
Jadi jika bulan di malam hari tampak sekuat dan sekuasa seperti matahari di siang hari, memang begitulah maknanya bagi kehidupan di Bumi. (ml/as)