1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Jika Ginjal Tidak Berfungsi Lagi

Christine Kath-Lauterbach
14 April 2023

Penyakit ginjal kerap tidak menyulut rasa sakit sehingga sulit didiagnosis. Tekanan darah tinggi dan diabetes jadi faktor risiko yang paling besar. Oleh sebab itu pemeriksaan diri secara berkala di dokter sangat penting.

Nieren Nierentransplantation Niere Operation
Foto: Ben Schonewille/Zoonar/picture alliance

René Kauff sebelumnya tidak bisa membayangkan bekerja di kantor. Ia bekerja selama 20 tahun, menjadi perawat. Tapi René Kauff menderita sakit ginjal kronis. Akhirnya profesi itu terlalu berat baginya.

Ia menjelaskan, sebagai perawat, orang harus selalu kuat dari segi fisik dan bekerja dengan penuh konsentrasi. Itu tidak bisa ia penuhi lagi sejak saya mulai sakit ginjal. "Saya tidak kuat lagi. Rekan-rekan jadi harus membantu saya dalam pekerjaan tertentu."

Ketika berusia enam tahun, di ginjalnya ditemukan beberapa kista. Sejak itu, dia harus secara teratur ke dokter, tapi selama bertahun-tahun dia tetap bisa berolahraga. Masalahnya, penyebab penyakit ginjal, bermacam-macam, dan tidak selalu bisa diketahui pasti.

Ginjal yang di dalamnya terdapat kista, seperti pada René Kauff, ditemukan pada sekitar 7% kasus sakit ginjal. Konsumsi obat dan penyalahgunaannya menyebabkan 12% penyakit ginjal. Peradangan juga bisa merusak ginjal. Tapi penyebab utama penyakit ginjal kronis adalah tekanan darah tinggi dan diabetes.

Mengenali ginjal yang sakit tidak mudah, karena gejala nyeri ginjal jarang muncul. Ginjal adalah bidang keahlian Professor Julia Weinmann‑Menke. Dia kepala bagian nefrologi di Universitas Kedokteran Mainz.

Ia mengungkap, biasanya baru setelah penyakit menjadi berat, simtom bisa dilihat. Yaitu berupa keletihan, lesu, kadang ada rasa gatal-gatal, kadang bisa dilihat bahwa jumlah urin berkurang, atau warnanya berubah. Tapi tidak ada simtom yang jelas menunjukkan, seseorang menderita sakit ginjal, kata Prof. Weinmann-Menke.

Petunjuk bisa ditemukan di laboratorium.

Protein di dalam urin bisa jadi petunjuknya. Dengan penelitian terhadap urin atau darah, orang bisa memastikan adanya penyakit diabetes, yang juga jadi faktor risiko.

Prof. Weinmann-Menke menjelaskan lebih lanjut, "Kami mencari faktor risiko." Jadi: apakah pasien menderita tekanan darah tinggi, atau gula darah? Apa pasien mengonsumsi obat-obatan, yang mungkin berbahaya bagi ginjal? Atau ada penyakit turunan? Bagaimana dengan penyakit autoimun, yang ikut berperan dalam fungsi ginjal?

Jika penyakit-penyakit itu terdeteksi, mereka akan mengobatinya, dan dengan demikian mencegah agar fungsi ginjal tidak semakin menurun, atau setidaknya memperlambat perkembangan penyakit.

Dialisis jalan terakhir

Jika fungsi ginjal menurun tajam atau jika ginjal tidak berfungsi lagi, yang menolong hanyalah dialisis, atau cuci darah. Pada kasus René Kauff, tekanan darah yang tinggi jadi petunjuk utama penyakit ginjal. Ia kemudian harus memeriksakan diri secara teratur setiap tahun ke seorang ahli ginjal, dan ketika ia berusia 30 tahun, dia harus mulai melakukan dialisis. Sekarang bahkan tiga kali sepekan.

René Kauff mengatakan, ia merasa senang pergi cuci darah setelah akhir pekan, karena ia tahu, air di dalam darah akan disedot dan berbagai zat beracun akan dipisahkan dari darah. "Dan setelah dialisis saya juga merasa lebih sehat," ungkap René Kauff.

René Kauff tidak bisa menghindari penyakit turunan yang dideritanya. Tapi dalam banyak kasus, orang bisa mencegah sakit ginjal, yaitu dengan mencegah penyakit darah tinggi dan diabetes. Juga memeriksakan diri secara teratur. Hanya dengan cara itu, penyakit ini, juga penyakit ginjal kronis bisa ditemukan dalam waktu cepat dan ditangani. (ml/as)