Bagaimana ‘Kubah Besi’ Israel Menghalau Roket Hamas
Uta Steinwehr
13 Mei 2021
Dari seribuan roket yang ditembakkan Hamas ke Israel, cuma beberapa yang mendarat, sisanya hancur oleh kubah besi yang melindungi negeri Yahudi itu dari jangkauan militan Palestina. Bagaimana cara kerjanya?
Iklan
Sejak kekerasan antara Israel dan Palestina kembali memuncak, langit malam di seputaran Gaza dan Tel Aviv makin sering merona merah oleh roket-roket yang berterbangan. Lebih dari seribu roket ditembakkan dari Jalur Gaza dan terbang tanpa kendali di langit teritorial Israel. Sebagian besar meletup di udara, tanpa membahayakan warga sipil.
Adalah sistem pertahanan Iron Dome atau kubah besi yang mematahkan hujan roket Hamas, dan sebabnya dirayakan sebagai juru selamat oleh warga Israel.
Iron Dome adalah sistem pertahanan anti serangan udara yang terdiri dari sebuah radar dan sebuah pusat kendali, yang mampu melayani hingga empat unit peluncur roket, yang masing-masing berisi 20 roket.
Sistem ini bertugas menganalisa arah dan lintasan terbang roket musuh dan mengirimkan informasi tersebut ke sistem peluncur roket penangkal. Proses ini terjadi dalam hitungan hanya beberapa detik. Bergantung dari lokasi tembakan, Warga Israel hanya punya waktu antara 15 hingga 90 detik untuk menyelamatkan diri sejak sirene bahaya dibunyikan.
Lantaran ukurannya yang kecil dan ringan, Iron Dome bisa berpindah lokasi dengan relatif cepat. Saat ini terdapat sekitar 10 unit yang disebar di sekitar Israel, menurut pembuatnya, Rafael Defence Systems, sebuah perusahaan negara.
Iron Dome didesain untuk hanya mengintervensi roket yang mengancam pemukiman penduduk. Roket penghalau tidak membidik langsung, melainkan meledak di dekat roket sasaran, dan itu sebabnya menyisakan serpihan yang jatuh ke Bumi.
Efektif, namun mahal
Sistem ini bisa menghalau roket yang ditembakkan dari jarak hingga 70 kilometer. Satu unit Iron Dome mobile yang diperkuat 60 buah roket dianggap bisa melindungi sebuah kota beukuran sedang. Untuk melindungi semua wilayahnya Israel diyakini memerlukan 13 unit.
Iklan
Rafael Defense Systems mengklaim sistem buatannya memiliki tingkat keberhasilan 90 persen. Kepala otoritas pertahanan udara, Moshe Patel mengatakan selama sepuluh tahun terakhir, Iron Dome sudah menghancurkan 2400 roket.
"Setiap roket yang dihancurkan adalah yang mengarah ke pemukiman warga sipil,” tulis Kementerian Pertahanan di situs internetnya.
Menurut keterangan militer Israel, dalam eskalasi teranyar Hamas menembakkan lebih dari 1.000 roket, dengan sekitar 200 di antaranya mendarat di Jalur Gaza. Hujan roket yang dilancarkan dari satu lokasi Jalur Gaza memaksa sistem Iron Dome beroperasi hingga batasan kapasitas. Sebabnya meski efektif, sebagian roket masih berhasil menghujam pemukiman warga.
Salah satu kelemahan terbesar Iron Dome adalah harganya yang mencapai Rp 1,1 miliar per tembakan. Hal ini pula yang membatasai penggunaan sistem yang ikut dikembangkan oleh Amerika Serikat itu.
rzn/as (rtr,ap,dw)
Eskalasi Kekerasan Israel-Palestina Korbankan Rakyat di Kedua Pihak
Aksi kekerasan terus memuncak antara Israel dan kelompok Hamas. Kehancuran melanda Jalur Gaza, roket menghantam Tel Aviv. Korban terbanyak adalah warga sipil, di kedua belah pihak.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Gaza hadapi horor
Asap membumbung dan api membakar perumahan di Khan Yunis di Jalur Gaza yang jadi target serangan Israel Rabu (12/5). Aksi kekerasan dan saling serang kembali memuncak sejak beberapa hari terakhir.
Foto: Youssef Massoud/AFP/Getty Images
Warga mengungsi dalam kepanikan
Warga dievakuasi dari gedung di Jalur Gaza yang jadi target serangan Israel. Sedikitnya 56 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan Israel. Roket yang ditembakkan militan dari Jalur Gaza menewaskan 6 orang di Israel.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Kehancuran di Gaza City
Israel menurut pernyatan sendiri menyebutkan, miiternya menyerang secara terarah bangunan di Gaza City yang dijadikan kantor kelompok militan atau dihuni pimpinannya.
Foto: Suhaib Salem/REUTERS
Roket di langit Tel Aviv
Kelompok militan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza menembakkan sejumlah roket ke Tel Aviv. Sistem pertahanan rudal Israel melindungi kota dan menghancurkan sebagian besar proyektil di udara atau mengalihkan jalurnya, untuk meminimalkan kerusakan.
Foto: AnAs Baba/AFP/Getty Images
Berlindung dengan cemas
Tapi sistem pertahanan udara "Iron Dome" tidak mempu melindungi 100%. Jika sirene mengaung, itu tanda bagi warga Israel untuk secepatnya mengamankan diri di "shelter perlindungan", tidak peduli apakah itu tengah malam atau dinihari.
Foto: Gideon Marcowicz/AFP/Getty Images
Bahaya tetap mengancam
Juga jika roket bisa dihancurkan atau dihalau, runtuhan puing bangunan tetap berbahaya. Seperti sebuah rumah di Yehud dekat bandara Ben Gurion yang hancur dihantam roket. Militer Israel melaporkan, sejak Senin (10/5) sedikitnya 1.000 roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel.
Foto: Gil Cohen-Magen/AFP/Getty Images
Cari perlindungan
Jika saat alarm berbunyi, warga tidak sempat mencari bunker perlindungan, mereka berusaha melindungi diri sebaik mungkin. Seperti warga di kota Ashkelon sekitar 10 km di utaraperbatasan ke Jalur Gaza ini.
Foto: Jack Guez/AFP/Getty Images
Batu dilawan gas air mata
Dalam beberapa hari terakhir, aksi bentrokan berat antara demonstran Palestina melawan militer Israel terjadi di berbagai kota. Di Hebron, kota di tepi barat Yordan yang diduduki Israel, demonstran melemparkan batu yang dibalas tembakan gas air mata oleh tentara Israel.
Foto: Hazem Bader/AFP/Getty Images
Ambil posisi dan bidik
Aparat keamanan Israel menembakkan gas air mata, peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan demonstran. Pemicu demonstrasi warga Palestina antara lain ancaman pengusiran paksa di kawasan timur Yerusalem. Aksi ini akhirnya bermuara pada konflik terbuka.
Foto: Hazem Bader/AFP/Getty Images
Sampai kapan konflik berlangsung?
Saat ini tidak terlihat ada pertanda deeskalasi kekerasan. Warga Palestina di Gaza City ini mencari perindungan di halaman kantor perwakilan PBB, karena ketakutan akan jadi sasaran serangan Israel berikutnya.