Bagaimana Larangan Visa Israel buat WNI Merugikan Palestina
1 Juni 2018
Menghilangnya wisatawan Indonesia dari Yerusalem Timur dikhawatirkan bakal semakin menyudutkan sektor pariwisata Palestina yang babak belur. Mulai 9 Juni turis Indonesia tidak lagi bisa memasuki Israel.
Iklan
Tidak sedikit umat muslim yang meyakini kunjungan ke Yerusalem berarti pengakuan terhadap kedaulatan Israel. Adalah ulama Mesir Yusuf Qardawi yang pertama mengeluarkan fatwa haram tersebut dan masih berlaku hingga kini. Namun jika menuruti keinginan Otoritas Palestina, selayaknya umat Muslim mengabaikan fatwa Qardawi dan menyempatkan diri berkunjung ke kota suci.
Pasalnya sektor pariwisata Palestina berada dalam posisi pelik. Terutama Yerusalem Timur yang menjadi tulang punggung pariwisata Palestina hingga 2016 mencatat kemunduran jumlah wisatawan. Dengan banyaknya pos-pos pemeriksaan di Tepi Barat yang membatasi ruang gerak wisatawan, sektor Pariwisata Palestina banyak bergantung dari kebijakan pemerintah di Tel Aviv.
Kepada Reuters, Mufti Besar Palestina Mohammad Hussein, mengeluhkan rendahnya tingkat kunjungan wisatawan muslim di Yerusalem Timur, "jumlahnya wisatawan yang berkunjung ke Al-Aqsa bertambah. Mungkin angkanya tidak setinggi seperti yang kami harapkan. Tapi kami berharap jumlahnya akan terus bertambah," ujarnya pada 2017 silam.
Saat ini jumlah wisatawan muslim tergolong kecil. Dari sekitar 3,8 juta pelancong asing yang datang ke Israel 2017 silam, hanya 115.000 yang berasal dari negara muslim alias 3%.
7 Situs Bersejarah Penting di Yerusalem Bagi Umat Beragama
Yerusalem adalah kota yang punya makna simbolis bagi umat berbagai beragama. Sekaligus simbol ketegangan antara Israel dan Palestina serta Dunia Arab. Inilah 7 situs bersejarah yang penting di kota ini.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Cupolo
Bukit Zaitun
Dari Bukit Zaitun para turis bisa melihat kawasan Kota Tua Yerusalem, yang punya makna penting bagi umat Nasrani, Yahudi dan umat Islam. Bukit Zaitun adalah lini pertahanan Arab-Yordania pada perang tahun 1967 yang kemudian berhasil direbut oleh Israel. Di latar belakang tampak Kubah Shakrah, tempat suci bagi umat Yahudi dan Muslim.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kubah Shakhrah
Bagi warga Yahudi, kubah Shakhrah di kompleks Al-Haram menyimpan batu besar, tempat di mana Bumi menurut kepercayaan mereka, diciptakan dan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya. Sementara bagi umat Muslim, dari tempat inilah Nabi Muhammad melakukan perjalanan langit yang dikenal dengan Isra Mi'raj. Setelah Perang tahun 1967, Israel menyerahkan kompleks Al-Haram kepada umat Muslim.
Foto: picture-alliance / dpa
Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga terpenting bagi umat Islam, setelah Mekkah dan Medinah. Sedangkan bagi umat Yahudi, tempat ini punya makna simbolis karena disinilah Kabah pertama dan kedua mereka didirikan. Sejak 1967, Israel bertanggung jawab atas keamanan di tempat ini, sedangkan sebuah yayasan Islam bertanggung jawab untuk segala urusan sipil dan urusan peribadahan.
Foto: Reuters/A. Awad
Sabil Qaitbay
Mata air Qaitbay dianggap sebagai salah satu sudut paling cantik di kompleks Al-Haram. Meski dibangun dengan gaya Islam dengan membubuhkan ayat-ayat Al-Quran, menara mata air ini didesain oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Foto: Reuters/A. Awad
Tembok Ratapan
Tembok ratapan adalah situs terpenting kaum Yahudi. Di sinilah mereka berdoa, terpisah antara lelaki dan perempuan. Umat Yahudi punya tradisi meninggalkan secarik kertas berisi harapan-harapan mereka di sela-sela batu dinding. Tradisi itu sekarang diikuti juga oleh umat beragama lain.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Gerbang Damaskus
Gerbang Damaskus adalah pintu masuk utama menuju kota tua Yerusalem dan praktis menjadi perbatasan antara kawasan Kristen dan kawasan Arab. Tahun 2011, Israel merestorasi menara dan sebagian besar tembok yang hancur akibat Perang 1967. Kini Gerbang Damaskus menjadi salah satu atraksi wisata paling digemari turis mancanegara.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kota tua
Melewati Gerbang Damaskus, pengunjung akan tiba di kota tua yang dipenuhi para pedagang yang menjajakan barangnya di jalan-jalan sempit. Di bagian Kota Tua warga Yahudi, Arab dan Armenia hidup berdampingan. Tembok benteng yang mengelilingi Kota Tua dibangun pada abad ke 16 di masa Kesultanan Utsmaniyyah. Tahun 1981, bagian Kota di Yerusalaem dideklarasikan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Foto: Reuters/A. Awad
7 foto1 | 7
Meski demikian, kaum muslim mencatat pertumbuhan angka kunjungan tertinggi di Israel. Tahun lalu Indonesia menjadi negara dengan jumlah wisatawan terbanyak, yakni 26.700, disusul Turki dengan 23.000 dan Yordania dengan 17.700 wisatawan. Menurut laporan harian Haaretz dan Yerusalem Post, wisatawan Indonesia juga membelanjakan uang paling banyak, yakni US$ 310/hari. Rata-rata setiap wisatawan muslim menghabiskan hingga US$ 1.133 pada setiap kunjungan.
Saat ini jumlah wisatawan asing ke Israel mulai membaik dan bahkan meroket di 2018. Namun para pelancong yang datang kebanyakan bukan berasal dari negara muslim, melainkan dari Eropa, Amerika Serikat dan terutama Brazil dan India.
Ketika Palestina Belajar Mencintai Kemakmuran
Melalui kota Rawabi milyarder Bashar Masri mengajak warga Palestina menikmati kehidupan sebagai bahasa perlawanan. Kota yang baru berusia sembilan tahun itu menjadi oase kemewahan di tengah tandusnya medan perang.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Mengubah Wajah Muram Palestina
Selama ini Tepi Barat Yordan lebih dikenal lewat adegan kekerasan dan perang, ketimbang damai dan kemakmuran. Namun citra muram tersebut gugur oleh keberadaan kota Rawabi, metropolitan pertama milik Palestina. Adalah milyarder Bashar Masri yang pertama kali menggagas proyek raksasa senilai 1,4 milyar Dollar AS tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Perlawanan Lewat Pembangunan
Melalui Rawabi, Masri ingin melawan aneksasi lahan demi pemukiman Yahudi. Namun bukannya mengangkat senjata, ia memilih menawarkan oase kemakmuran yang dilengkapi infrastruktur kelas dunia untuk menyaingi kota dan pemukiman buatan Israel. Kini warga Palestina tidak perlu lagi pergi ke Israel untuk menikmati kehidupan yang layak.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Oase Kemewahan di Tepi Barat Yordan
Tata kota Rawabi memang serupa kota metropolitan modern Eropa. Selain pemukiman, penduduk juga dimanjakan lewat adanya pusat perbelanjaan mewah, bioskop, restoran, perkantoran, cafe, sekolah, rumah sakit dan arena hiburan Wadina seluas 135.000 meter persegi yang diharapkan bakal menyedot 100.000 wisatawan lokal setiap harinya. "Kami ingin melawan dengan bata, bukan peluru," kata Masri.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Minim Penduduk
Namun meski telah sembilan tahun berdiri, baru sekitar 4.000 penduduk menetap di Rawabi. Pengembang meyakini kota ini bisa menampung hingga 40.000 penduduk dan telah memiliki rancangan tata kota untuk perluasan lebih lanjut. Sayangnya sikap acuh pemerintah Palestina dan keengganan Israel melihat keberhasilan pembangunan Rawabi mempersulit upaya Masri.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Musuh di Dua Sisi
Salah satu kegagalan pemerintahan Fatah di Tepi Barat adalah menuntaskan pembangunan infrastruktur listrik dan air untuk Rawabi. Akibatnya aliran air dan ketersediaan listrik di kota tersebut bergantung sepenuhnya dari Israel yang berulangkali memblokir pasokan untuk Palestina. Akibatnya banyak calon pembeli rumah atau penyewa ruang usaha yang membatalkan niatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Ehl
Rencana Perluasan di Masa Depan
Untuk menampung lonjakan penduduk, pengembang sudah menyiapkan rancangan 22 pemukiman dengan masing-masing 8.000 rumah dan 25.000 penduduk. Masri juga menyambut warga Kristen Palestina dan bahkan Yahudi untuk tinggal di Rawabi, selama mereka bukan penduduk pemukiman ilegal. Toleransi diyakini bakal menjadi pondasi kemakmuran Palestina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Normalisasi Kehidupan di Tengah Perang
Rawabi mewakili pergeseran paradigma di Palestina - sebuah perlawanan damai. "Kami akan berusaha menjalankan kehidupan normal, sampai kehidupan kami benar-benar menjadi normal," kata Masri. Menurutnya Rawabi menandakan gelora hidup bangsa Palestina. "Kota ini menunjukkan bahwa kami adalah bangsa beradab dan menginginkan yang terbaik," ujarnya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
7 foto1 | 7
Situs Arabnews melaporkan saat ini Yerusalem Timur memiliki 2.000 kamar hotel yang dikelola warga Palestina. Sementara di Bethlehem jumlahnya 3.900 kamar. Namun rendahnya tingkat hunian membuat pengembang mengurungkan niat membangun fasilitas tambahan. Menurut Departemen Pariwisata Israel, turis Indonesia jarang menginap di Yerusalem dan hanya menghabiskan waktu satu hari, sementara wisatawan Turki rata-rata menginap selama tiga hari.
Sebab itu Otoritas Palestina banyak mengkampanyekan program pariwisata di Turki, Indonesia, Malaysia dan sejumlah negara Arab lain. Penyedia wisata diharapkan menggunakan akomodasi dan jasa milik warga Palestina ketika berkunjung ke Yerusalem. Namun sayangnya pemerintah di Ramallah tidak memublikasikan data statistik jumlah kunjungan turis muslim di Yerusalem Timur dan Tepi Barat Yordan.
Harapan Palestina mendapat pemasukan tambahan dari wisatawan muslim kian menyusut setelah Israel melarang kunjungan warga Indonesia. Kebijakan yang mulai berlaku per tanggal 9 Juni tersebut diberlakukan setelah Indonesia membatalkan visa untuk 53 warga Israel sebagai reaksi atas pembantaian di Jalur Gaza.
Laut Mati Yang Menolak Mati
Permukaan Laut Mati surut satu meter per tahun akibat aktivitas manusia. Meski terancam binasa, perairan kuno ini memiliki mekanisme alami buat mencegah kepunahan. Bagaimana bisa?
Foto: picture-alliance/Photoshot
Rumah Tiga Agama
Selama beribu tahun Laut Mati menjadi simbol spiritualitas tanah suci tiga agama. Di pesisirnya Nabi Daud dan Musa pernah berjejak menggores tinta sejarah. Kini Laut Mati terancam punah lantaran salah satu keunikannya, yakni air dan kandungan mineral yang ditambang manusia selama berpuluh tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Kern
Ancaman dari Utara
Lonceng kematian mulai berdentang ketika penduduk mengalihkan aliaran air di Sungai Yordan untuk keperluan pertanian di dataran tinggi Golan dan selatan Libanon berabad-abad silam. Situasi ini diperparah ketika aliran air buat Sungai Yordan yang berasal dari Sungai Yarmouk di Suriah berkurang akibat puluhan bendungan yang dibangun pemerintah Damaskus.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Kern
Menguap dan Meranggas
Akibat berkurangnya volume air dari Sungai Yordan, permukaan Laut Mati surut dengan kecepatan tinggi, yakni lebih dari satu meter per tahun.
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten
Pantai Menjauh
Pada awal 1930an luas Laut Mati melebihi 1.000 kilometer persegi dengan tinggi permukaan sekitar 390 meter di bawah permukaan laut. Kini luasnya hanya mencapai 605 kilometer persegi dengan ketinggian permukaan 418 meter di bawah permukaan laut. Ketika air menyurut, karakter geografis kawasan peisisirnya ikut berubah.
Foto: EcoPeace
Bencana Lingkungan
Surutnya permukaan air Laut Mati diikuti dengan berkurangnya volume air tanah. Ketika endapan garam di dalam tanah ikut tergerus, permukaan tanah mengalami depresi. Akibatnya kini kawasan pesisir Laut Mati kini dipenuhi oleh lubang menganga yang memaksa pemerintah menutup sejumlah garis pantai untuk alasan keamanan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Kahana
Lubang Tanda Kiamat
Jika 40 tahun lalu kawasan pesisir Laut Mati masih utuh, kini wilayah yang sama dipenuhi oleh lebih dari 5.500 lubang runtuhan. Tahun 2016 silam saja Israel melaporkan lebih dari 700 lubang terbentuk. Padahal pada awal dekade 1990an jumlahnya hanya belasan per tahun.
Foto: Getty Images/AFP/M. Kahana
Proyek Besar di Ufuk Timur
Situasi ini memaksa pemerintah Yordania dan Israel bertindak cepat. Sejak 2009, Amman menyedot 300 juta kubik meter air dari Laut Merah untuk dimurnikan dan membuang air yang telah diolah ke Laut Mati melalui pipa bawah tanah. Tahun 2013 Palestina, Israel dan Yordan sepakat membangun pipa sepanjang 180 km yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Mati.
Foto: Reuters
Tiga Menghadang Kematian
Namun proyek tersebut bukan tanpa tantangan. Air garam dari Laut Merah harus terlebih dahulu dimurnikan sebelum dipompa ke Laut Mati. Pasalnya air laut dapat merusak struktur kimia air Laut Mati yang tergolong paling unik di Bumi. Terlebih, proyek tersebut melibatkan tiga pihak yang selama ini saling memerangi satu sama lain.
Foto: ddp images/AP Photo/Dan Balilt
Kebal Hingga Akhir
Ilmuwan meyakini Laut Mati tidak akan punah. Pasalnya kandungan mineral di Laut Mati memiliki karakter hygroskopi, yakni mampu menyerap molekul air dari udara dan lingkungan sekitar, seakan ia memiliki mekanisme kekebalan tubuh sendiri. Keberadaan mineral tersebut pula yang menyelamatkan kawasan perairan ini dari kepunahan beribu tahun silam.