1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahJerman

Politisi Jerman Lolos dari Skandal Antisemitisme

4 September 2023

Hubert Aiwanger hindari pemakzulan, usai dituduh membuat selebaran yang mengundang “pengkhianat negara” untuk “mendaftarkan diri” di kamp konsentrasi. Kasusnya menyulut kritik terhadap pendidikan sejarah Nazi di Jerman.

Hubert Aiwanger
Hubert Aiwanger, orang nomer dua terkuat di negara bagian Bayern, Jerman.Foto: Tobias Schwarz/AFP/Getty Images

Pada akhirnya, orang terkuat kedua di negara bagian Bayern itu selamat dari skandal antisemitisme yang meruak sejak beberapa pekan silam. 

Keputusan Perdana Menteri Bayern, Markus Söder, untuk tidak memecat rekan koalisinya itu jelang pemilihan umum, dia akui "tidak akan disukai oleh banyak orang,” katanya, Minggu (3/9). "Tapi saya tegaskan, keputusan ini telah dibuat secara adil dan sesuai prosedur.”

Aiwanger dituduh membuat selebaran pada 1987, yang berisi reklame untuk sebuah kontes gadungan demi mencari "pengkhianat terbesar negara.” Ia menawarkan "penghargaan” berupa "penerbangan gratis melalui cerobong Ausswchitz,” merujuk ke kamp konsentrasi Nazi terbesar di Polandia.

Aiwanger diselamatkan saudara laki-lakinya, Helmut. Dia membuat pengakuan bahwa dirinyalah yang mengetik selebaran tersebut. Nasibnya kini bergantung pada proses hukum, karena di Jerman, tindakan menyangkal atau mengolok-olok pembantaian Yahudi oleh Nazi diancam hukuman penjara.

Holocaust survivors in post-war Germany

52:15

This browser does not support the video element.

Bantahan dan sindiran politik

Kontroversi tidak mereda ketika sejumlah bekas teman sekolah membeberkan tendensi nazisme pada diri Aiwanger, mulai dari memberikan salam ala Adolf Hitler, mengimitasi pidato-pidato petinggi Nazi atau membuat lelucon bernada antisemitisme.

Namun hal itu dibantahnya. "Saya bukan seorang antisemit atau ekstremis. Saya adalah seorang demokrat, teman kemanusiaan, bukan musuh kemanusiaan,” tukasnya.

Dia balik menuduh skandal antisemitisme yang bergulir sebagai serangan politis. "Apa yang didiskusikan di sini sedikit mengejutkan saya, betapa hal-hal yang terjadi di masa muda bisa ditafsirkan dengan satu atau lain cara.”

"Tapi yang bisa saya katakan adalah bahwa sejak berusia dewasa hingga kini, saya belum pernah memiliki pandangan antisemitisme.”

'I survived — Hitler didn't': The story of Joseph Alexander

12:36

This browser does not support the video element.

Pengakuan sebagai jalan keluar

Komisioner antisemitisme Jerman, Felix Klein, mengecam respons Aiwanger, karena dinilai "menorpedo” upaya sekolah dan lembaga peringatan dalam mendidik masyarakat seputar Holocaust.

"Reaksi yang benar,” kata dia seyogyanya berupa pengakuan. "'Ya, saya berpartisipasi dalam pendistribusian selebaran ini. Saya merasa malu dan sejak lama mengakui kesalahan saya.' Begitulah dia seharusnya menjawab,”  imbuh Klein.

Kritik juga datang dari Dewan Sentral Yahudi, yang berpengaruh besar dalam diskursus antisemitisme di Jerman. "Selebaran itu tidak boleh cuma dianggap sebagai dosa anak muda, karena meremehkan konfrontasi dengan sejarah Sosialisme Nasional yang penting bagi bangsa kita,” kata Josef Schuster, direktur dewan sentral.

Bagi Uni Mahasiswa Yahudi Jerman JSUD, skandal Aiwanger menunjukkan lemahnya pendidikan sejarah di Jerman.

"Kita harus mengakui bahwa kasus ini bukan satu-satunya,” kata Presiden JSUD, Hanna Veiler. "Skandal ini berkaitan dengan kegagalan Jerman dalam berkonfrontasi dengan sejarah Nazi dan awetnya gerakan ultra kanan di Jerman.”

"Perilaku semacam itu adalah bagian dan warisan kebudayaan bagi kita bangsa Jerman. Adalah tugas bersama untuk berkonfrontasi dengan masa lalu ini,” tukasnya.

rzn/hp 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya