Keterlibatan dan motif terorisme tiap individu berbeda-beda. Tak semua pelaku suka rela. Seringkali mereka berada dalam struktur sosial yang menyebabkan mereka terseret aksi terorisme. Berikut ulasan Noor Huda Ismail.
Iklan
Menteri Koordinatoor Politik dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan dalam acara buka puasa akhir Juni 2016 yang diadakan oleh Wahid Institute di masjid Al Fataa, Menteng Jakarta Pusat menyatakan bahwa negara akan merangkul mantan narapidana teroris untuk program deradikalisasi.
Dalam acara yang menghadirkan Ali Imron, mantan pelaku utama bom Bali 2002 dan beberapa mantan kombatan Afghanistan ini menarik untuk dicermati paling tidak karena tiga hal.
Pertama: Pemilihan masjid Al Fataa sebagai tempat acara, seolah-olah memberi pesan kuat bahwa: negara dan masyakarat telah berhasil “membersihkan” masjid ini dari pengaruh kelompok Islam yang mempunyai tafsir keagamaan berbeda dengan mayoritas umat Islam di Indonesia.
Dalam film dokumenter, “Jihad Selfie”, terekam dalam kamera bagaimana di masjid yang berjarak tidak kurang dari 700 meter dari kedutaan Amerika Serikat ini, pada awal tahun 2015 pernah dilakukan untuk diskusi masalah konflik di Suriah.
Menariknya, dalam acara yang dihadiri puluhan aktifis Islam ini juga diikuti dengan baiat atau sumpah setia kepada Abu Bakar Baghdadi. “Ini adalah bentuk nyata dukungan terhadap hadirnya khilafah Islam” jelas Fauzan Al Anshori, pemimpin baiat dalam wawancara di depan kamera.
Pada tahun 80an, dari masjid ini pula beberapa aktifis Islam, termasuk Hambali, otak serangan bom Bali 2002 yang sekarang mendekam di penjara Guantanamo Amerika Serikat, melakukan mobilisasi masa untuk mengikuti pelatihan militer di Pakistan. Mobilisasi tersebut haruslah difahami dengan konteks global perang dingin antara blok barat Amerika dan blok timur Rusia.
Invasi komunis Rusia pada Desember 1979 ke Afghanistan telah digunakan oleh CIA untuk melakukan “proxy war” dengan memfasilitasi ribuan mujahidin seluruh dunia, termasuk Osama bin Laden dan 350-an dari Indonesia untuk melawan Rusia.
Mereka yang sering oleh rezim Orde Baru disebut sebagai “kelompok ekstrem kanan” ini ketika masih berada di Indonesia digunakan oleh negara untuk melawan ancaman “kelompok ektrim kiri” yaitu komunisme. Ini berarti, pada tingkat politik lokal, “kelompok kanan” pernah menjadi teman negara untuk menghadapi hantu komunisme. Di tingkat politik global, Rusia dan Amerika pada masa itu juga sedang getol memaikan pengaruhnya.
Runtuhnya presiden Soekarno yang cenderung ke blok kiri melapangkan jalan bagi Amerika bermain mata dengan presiden Soeharto yang seolah-olah tutup mata dengan proses mobilisasi aktifis Islam ini ke Afghanistan.
Kedua: Terobosan berani dari negara merangkul mantan narapidana teroris seperti Ali Imron dan yang lain-lainnya. ini tentu haruslah diapresiasi dan didukung. Namun bukan tanpa catatan! Terutama dari tingkatan praktis operasionalisasi. Bagaimana mekanisme merangkul mereka? Dalam kapasitas sebagai apa mereka bisa dimanfaatkan? Apakah sebagai penyampai pesan-pesan perdamaian? Atau untuk kepentingan inteljen semata?
Benar bahwa Ali Imron, Nasir Abas dan juga Umar Patek telah menyatakan bahwa Indonesia bukanlah medan jihad yang tepat. Namun apakah kemudian bagi mereka konflik di Suriah dan Irak itu bisa menjadi medan jihad yang tepat?
Serangan Maut Teror Global 2016
Memasuki bulan ke 7 tahun 2016 tercatat rekor serangan teror terbanyak. Ratusan tewas dan cedera. Serangan teror di Baghdad, Ankara dan Brussel catat korban terbanyak.
Foto: Imago/Science Photo Library
Serangan Truk ke Pasar Natal Berlin
Serangan teror mengguncang Jerman di penghujung 2016. 19 Desember 2016 pukul 20:00 Sebuah truk curian ditabrakkan sengaja ke pasar Natal di tengah kota Berlin. Akibat aksi teror ini 12 orang tewas dan 50 lainnya cedera. Teroris pelakunya Anis Amri (24) warga Tunisia yang disebut berafiliasi dengan ISIS ditembak mati polisi Italia 4 hari kemudian saat buron.
Foto: Reuters/F. Bensch
Serangan Truk Maut di Nice
14 Juli 2016 truk maut dengan kecepatan tinggi menabrak kerumunan orang yang sedang menonton pertunjukan kembang dalam rangka perayaan Hari Nasional Perancis di Nice. Lebih dari 84 orang tewas, termasuk sejumlah besar anak. Pengemudi truk dikenal polisi tetapi tidak dikategorikan mungkin melaksanakan serangan.
Foto: Getty Images/AFP/V. Hache
Pemboman Brussels: 22 Maret
Serangan bom bunuh diri terkoordinasi di bandara Brussels dan stasiun trem Maelbeek dekat markas Uni Eropa di ibukota Belgia, menewaskan sediktnya 34 orang dan melukai lebih 300 lainnya. Para pelakunya anggota jaringan Islamic State-ISIS di Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Serangan Teror Simultan Arab Saudi: 4 Juli
Tiga serangan bunuhdiri mengguncang tiga kota di Arab Saudi, yakni di Jeddah, Madinah dan Qatif. Laporan resmi menyebut 4 anggota polisi di dekat mesjid Nabawi di Madinah tewas bersama pelaku yang meledakkan ikat pinggang bom. Islamic State diduga keras berada di balik serangan di negara pusat Islam Sunni itui.
Foto: Reuters
Serangan Bom Baghdad: 3 Juli
Sedikitnya 215 orang tewas dan lebih 200 cedera dalam sebuah serangan teror di pusat perbelanjaan Karrada di kawasan pemukiman kaum Syiah di ibukota Irak, Baghdad di penghujung bulan Ramadhan. Teroris Islamic State lagi-lagi dituduh jadi dalang serangan berdarah ini.
Foto: Reuters/Khalid al Mousily
Pembantaian di Dhaka: 2 Juli
Aksi penyanderaan dan pembunuhan terarah yang diakhiri baku tembak dengan aparat keamanan di sebuah cafe di ibukota Bangladesh, Dhaka menewaskan 28 orang. Rinciannya: 20 korban tewas adalah pebisnis asing yang disandera, 2 korban lainnya polisi dan sisanya 6 pelaku teror. ISIS mengaku bertanggung jawab, tapi klaim ini dibantah oleh pemerintah Bangladesh.
Foto: Getty Images/AFP
Bandara Ataturk Istanbul: 28 Juni
Sedikitnya 45 tewas dan ratusan cedera akibat serangan bom bunuh diri simultan yang dilancarkan tiga orang pelaku di bandara Ataturk. Pemerintah di Ankara menuding Islamic State-ISIS sebagai dalang serangan teror kesekian kalinya yang menerpa kota metropolitan Turki berpenduduk terbanyak itu.
Foto: Getty Images/AFP/O. Kose
Bom Bunuh Diri Lahore: 27 Maret
Serangan bom bunuh diri di Lahore, Pakistan yang menyasar taman bermain anak-anak saat perayaan Paskah tewaskan sedikitnya 72 orang dan 200 lainnya cedera. Banyak korban anak-anak dan perempuan Muslim. Taliban nyatakan bertanggung jawab. Motivnya, kebencian terhadap orang yang rayakan libur Paskah.
Foto: picture alliance/dpa/R. Dar
Bom Mobil Ankara: 13 Maret
Ankara kembali berdarah. Sebuah mobil yang dimuati bom meledak di kawasan pusat keramaian ibukota Turki ini. Sedikitnya 37 orang tewas dan 127 cedera. Kelompok separatis Kurdistan Freedom Falcons kembali nyatakan bertanggung jawab atas serangan teror itu.
Foto: Reuters/U. Bektas
Serbuan di Grand-Bassam: 13 Maret
Kelompok bersenjata yang terkait Al Qaida di kawasan Maghreb menyerbu Hotel Etoile du Sud di Grand Bassam, Pantai Gading. Sedikitnya 18 orang tewas dan 33 cedera. Hotel yang diserbu adalah hunian pekerja ahli asing di negara Afrika Barat itu.
Foto: Reuters/L. Gnago
Serangan Bom Mobil Mogadishu: 26 Februari
Pelaku serangan bunuh diri menabrakkan mobil berisi bom ke sebuah Hotel di distrik Hamarweyne, ibukota Somalia, Mogadishu. Setelah itu penyerang bersenjata api menyerbu gedung Hotel. Sedikitnya 15 tewas dan puluhan cedera. Pelakunya: militan afilisi kelompok teror Al Shabab.
Foto: Reuters/F. Omar
Bom Ankara: 17 Februari
Turki kembali diguncang serangan teror. Sebuah konvoi bus militer di ibukota Ankara diserang bom saat jam sibuk di petang hari . Akibatnya 29 tewas, kebanyakan anggota militer, dan 60 lainnya cedera. Kelompok separatis Kurdistan Freedom Falcons nyatakan bertangung jawab atas serangan teror itu.
Foto: Reuters/Ihlas News Agency
Ouagadougou Splendid Hotel: 15 Januari
Sehari setelah serangan Jakarta, serangan teror melanda Ouagadougou, ibukota Burkina Faso. Splendid Hotel yang sebagian besar dihuni warga asing diserang. Sedikitnya 23 orang dari 18 negara tewas dan puluhan cedera. Operasi militer bersama Perancis berhasil membebaskan puluhan sandera. Pelaku serangan: kelompok militan yang berafiliasi dengan Al Qaida.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Elsen
Serangan Teror Jakarta: 14 Januari
Hanya terpaut dua hari, sebuah serangan teror mengguncang Jakarta. Beberapa pelaku meledakkan sejumlah bom dan terlibat baku tembak dengan polisi di ibukota Indonesia. Akibat serangan, 8 orang tewas dan 24 cedera. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Serangan Bom Istanbul: 12 Januari
Memasuki tahun 2016, dunia sudah diguncang serangan teror. Sebuah serangan bom bunuh diri di kawasan turis di Istanbul, Turki, tewaskan 13 orang dan lukai puluhan lainnya. Kebanyakan korban tewas adalah turis asing. Pelaku serangan: Nabil Fadli, warga Suriah pendukung Islamic State (ISIS).
Foto: Reuters/O. Orsal
15 foto1 | 15
Lalu, bagaimana jika mantan narapidana teroris yang dirangkul itu hanya sebatas “disengage” (menolak) menggunakan kekerasan tapi belum “de-radicalised”. Atau dengan kata lain, mereka masih berfikiran “ekstrem” seperti menolak berbagi ruang publik dengan kelompok minoritas.
Pertanyaan diatas perlu dicermati dengan seksama oleh negara dan masyarakat agar niatan baik itu justru bisa menjadi “blunder” dengan menjadikan para mantan ini seolah-olah menjadi “artis” dadakan di media.
Hadir di media itu sebagai sarana edukasi itu sangatlah penting. Tapi kegiatan ini harus tepat “dosis”nya. Karena jika berlebihan, justru bisa mengkerdilkan potensi besar mereka sebenarnya sebagai agen perubahan pada kelompok mereka sendiri dan pada masyarakat luas.
Ketiga: Berdasarkan wawancara dengan berbagai narapidana teroris di dalam penjara dan juga di luar penjara, saya belum menemukan “profil” yang serupa.
Tingkat keterlibatan dan motif dalam tindakan terorisme setiap individu berbeda-beda. Lebih penting lagi, tidak semua pelaku terlibat karena “volunteerism” atau suka rela. Seringkali mereka berada dalam struktur sosial yang menyebabkan mereka terseret dalam aksi terorisme.
Ada di antara mereka itu terlibat karena faktor keluarga, pertemanan, balas dendam , tekanan kelompok (peer pressure), perkawinan, atau tergiur dengan janji mendapat kehidupan yang lebih baik dengan berhijrah ke Suriah yang disampaikan secara “one on one” (individu) ataupun melalui sosial media seperti YouTube, WhatsApp, Facebook, Telegram dll.
Untuk bisa “merangkul” para mantan narapidana agar mereka kembali menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang bisa merayakan keberagaman diperlukan payung hukum yang kuat. Sehingga mempunyai kebijakan tersebut mempunyai daya tekan kepada instansi terkait dalam negara.
Tidak kalah pentingnya adalah juga faktor koordinasi antar instansi perlu diatur dengan baik agar tidak tumpang tindih dan terkesan seremonial saja dalam pelaksanaan nantinya.
Secara global, permasalahan terorisme di Indonesia itu relatif kecil dan masih bisa diatur jika dibandingkan dengan misalnya di Filipina, Nigeria, Afghanistan dan Pakistan di mana aksi terorisme sangat terkait erat dengan politik lokal negara tersebut.
Negara benar bahwa memojokkan mantan narapidana terorisme itu jelas bukanlah pilihan solusi yang tepat.
Penulis :
Noor Huda Ismail adalah produser dan sutradara film Jihad Selfie yang telah ini diluncurkan di Jenewa pada Juni 2016.
@abuilmi @noorhuda2911
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP