Mitos Makanan Memperparah Malnutrisi Perempuan Indonesia
12 Juni 2018
Kepercayaan terhadap tahyul dan mitos seputar makanan ditengarai memperparah kondisi gizi perempuan Indonesia. Terutama banyak remaja perempuan yang tidak menyadari pentingnya gizi terhadap prestasi di sekolah.
Iklan
Apakah mengkonsumsi sayap ayam bisa mengurangi peluang bertemu suami atau nanas merusak kesuburan? Tidak sedikit kaum perempuan muda Indonesia yang percaya tahyul makanan semacam itu. Celakanya menurut pemerintah kepercayaan tersebut memperparah fenomena malnutrisi di kalangan perempuan.
Saat ini Indonesia termasuk negara dengan tingkat malnutrisi paling tinggi di dunia, menurut UNICEF. Dua dari lima perempuan muda di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Hal ini terutama mengkhawatirkan lantaran banyak perempuan yang menikah dini dan hamil saat usia muda.
Pakar nutrisi mengklaim tidak sedikit perempuan yang enggan mengkonsumsi protein, sayur-sayuran atau buah-buahan, dan sebaliknya lebih suka memakan nasi atau makanan ringan yang mengandung gula dalam jumlah besar. "Perempuan Indonesia cendrung tertinggal soal nutrisi," kata Kecia Bertermann dari Girl Effect, organisasi nirlaba yang menggunakan internet untuk memberdayakan perempuan.
"Mereka tidak mengerti pentingnya kesehatan pribadi atau bagaimana gizi berpengaruh pada prestasi di sekolah, di pekerjaan atau untuk masa depan mereka," imbuhnya.
Demi Pendidikan, Ibu Ini Pangku Bayi Saat Ujian Masuk Universitas
Di sebuah negara di mana sebagian besar perempuan buta huruf dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua, seorang perempuan menggendong bayinya saat ujian masuk universitas. Fotonya viral di jejaring sosial.
Foto: Getty Images/AFP/W. Kohsar
Saat sebuah foto mengundang perhatian
Petani Afganistan, Jahantab Ahmadi duduk di lantai, bayinya bersandar di pangkuannya. Ibu muda ini pada ujian masuk universitas yang ia harap akan membantunya memenuhi mimpinya. Foto itu diambil oleh seorang profesor di universitas swasta Nasir Khusraw di Afghanistan tengah. Gambar itu telah memicu luapan kekaguman dan tawaran bantuan keuangan untuk ibu berusia 25 tahun beranak tiga ini.
Foto: twitter.com/ChannelNewsAsia
Ingin jadi dokter
"Saya tidak ingin kehilangan studi saya," kata Ahmadi, yang berasal dari desa pertanian terpencil di provinsi Daikundi di mana gandum, jagung dan kentang memberikan penghasilan sedikit, katanya kepada AFP di Kabul. "Saya ingin bekerja di luar rumah. Saya ingin menjadi dokter, seseorang yang melayani para perempuan di komunitas atau masyarakat saya."
Foto: Getty Images/AFP/W. Kohsar
Dua jam jalan kaki plus 9 jam di angkot ke tempat ujian
Ahmadi lulus ujian setelah melakukan perjalanan yang sulit untuk mencapai ibukota provinsi Nili - dua jam berjalan kaki melalui pegunungan dan sembilan jam berkendara dengan angkutan umum di jalanan yang naik turun.
Foto: DW/N. Behzad
Mengumpulkan ongkos kuliah
Sebuah kampanye online GoFundMe yang diluncurkan oleh Asosiasi Pemuda Afganistan untuk membantu membayar biaya universitasnya sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 14.000 dollar AS. Jumlah yang cukup besar di sebuah negara di mana sekitar 39 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Foto: imago/Winfried Rothermel
Bayinya menderita sakit telinga
Pada awal tes, yang diadakan di luar ruangan, Ahmadi duduk di meja dengan Khizran di pangkuannya. Tetapi bayi itu menderita sakit telinga dan tidak mau berhenti menangis. Untuk membuatnya tenang dan tidak mengganggu orang lain, Ahmadi duduk di tanah dan terus menulis. "Saya harus berkonsentrasi pada bayi dan mengerjakan ujian," katanya.
Foto: Getty Images/AFP/W. Kohsar
Dukungan berbagai pihak
Aktivis hak-hak perempuan Afghanistan Zahra Yagana menghubungi Ahmadi dan meyakinkannya datang ke Kabul untuk belajar. "Kami akan memberinya rumah (di Kabul). Ada banyak teman yang telah berjanji membantunya. Kami berusaha mencari pekerjaan untuk suaminya dan juga mengumpulkan uang untuk anak-anaknya sekolah." Bagi Ahmadi, ini adalah pemenuhan impiannya.
Foto: Getty Images/AFP/W. Kohsar
Tingkat buta aksara tinggi
Tingkat keaksaraan di Afghanistan adalah salah satu yang terendah di dunia - hanya 36 persen orang yang bisa membaca, demikian menurut angka resmi. Angka ini jauh lebih rendah untuk perempuan. Ed: ap/vlz (afp,channelnewsasia)
Foto: Getty Images/AFP/M. Hossaini
7 foto1 | 7
Salah satu mitos yang banyak dipercaya adalah bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran kandungan pada perempuan. Studi yang digalang Girl Effect mendapati perempuan di kawasan urban jarang menyarap pada pagi hari dan mengkonsumsi "makanan tak bergizi" sepanjang hari. Celakanya kebanyakan meyakini pola makan semacam itu cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Untuk meningkatkan asupan gizi pada kaum perempuan, Girl Effect meluncurkan aplikasi ponsel yang mencoba membangkitkan kesadaran makanan sehat lewat konten interaktif. Jika berhasil, aplikasi yang saat ini baru diluncurkan di Indonesia itu akan diujicoba di Filipina dan Nigeria.
Sejumlah pakar mengatakan Indonesia menghadapi "beban ganda malnutrisi" menyusul tingginya angka penduduk yang mengalami gejala kekerdilan dan kegemukan. Marion Roche, pakar kesehatan remaja di Nutrition International, mengatakan minimnya pengetahuian gizi di kalangan perempuan mengejutkan, terutama jika mengingat tingkat gizi balita yang banyak membaik.
"Remaja perempuan tidak mengerti apa itu kesehatan. Kesehatan dipahami dengan tidak adanya penyakit," ujarnya. "Kita harus memberikan mereka pengetahuan tentang bagaimana membuat pilihan yang sehat."
Campak dan Kurang Gizi Renggut Nyawa Balita Papua
Diperkirakan sekitar 100 orang terutama bayi dan balita meninggal dunia akibat campak dan kekurangan gizi yang melanda Asmat dan kabupaten lainnya di Papua.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Kurang gizi dan campak
Wabah campak dan kekurangan gizi, serta terjadi di Kabupaten Asmat, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan lainnya. Sudah sekitar 100 orang terutama balita meninggal dunia akibat komplikasi ini.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Penanganan lintas sektor
Menindaklanjuti bencana rawan pangan dan kejadian luar biasa campak di Papua, pemerintah mengirimkan bantuan lintas sektor. Pangan dan relawan diterjunkan.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Akses dalam menjangkau lokasi bencana terbatas
Lokasi wilayah yang sukar diakses menyulitkan penyaluran bantuan. Posko bantuan dipusatkan di ibukota Kabupaten Asmat, Agats. bantuan berupa makanan dan obat-obatan juga dikirim dengan menggunakan perahu ke desa-desa terpencil.
Foto: Getty Images/AFP/M. Aidi
Fasilitas medispun terbatas
Foto yang diambil pada bulan Januari 2018 ini menunjukkan seorang dokter di dinas militer tengah menangani pasien, seorang balita di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Aidi
Beberapa kali tertimpa tragedi kemanusiaan
Masalah malnutrisi bukan pertama kalinya terjadi di Bumi Cendrawasih ini. Sebelumnya juga terjadi berkali-kali bencana kelaparan di Papua. (ap/ml)