1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Nasib Minoritas Sunni di Iran?

Andreas Gorzewski 6 Januari 2016

Iran mengecam praktik diskriminasi terhadap kaum Syiah di Arab Saudi. Tapi apakah negeri para mullah itu punya otoritas moral buat mengritik represi minoritas di negara lain? Bagaimana dengan nasib kaum Sunni di Iran?

Betende Sunniten im Nordiran
Foto: Mehr

Ketika Arab Saudi mengeksekusi mati Nimr al Nimr lantaran membela hak minoritas Syiah, pemimpin sipiritual Ali Khamenei mengancam Riyadh bakal mendapat "pembalasan tuhan," yang setimpal.

Padahal Teheran juga tidak lebih baik memperlakukan kaum minoritas Sunni di negaranya. Demikian dilaporkan para pembela hak asasi manusia.

Kaum Sunni di Iran mewakili 10 persen populasi penduduk. Selain itu ada kaum minoritas lebih kecil Kristen,Yahudi dan agama lainnya. Kendati persamaan hak dijamin dalam pasal 12 Undang-undang Dasar, "pada praktiknya kaum Sunni sering dianaktirikan," tutur wartawan Iran Bahman Nirumand kepada DW.

Menurut catatan organisasi HAM, saat ini terdapat 27 terpidana mati Sunni di Iran. Mereka didakwa membahayakan keamanan negara dan juga melakukan tindak "permusuhan terhadap tuhan." Namun para tahanan mengaku cuma mempropagandakan Islam Sunni di masjid-masjid.

Kaum minoritas dibidik aparat keamanan

Penyebaran ajaran Sunni atau aliran lain selama ini ditanggapi dengan sikap antipati oleh penguasa di Iran. Tahun lalu kepolisian misalnya membidik kelompok Sufi, Ordo Gonabadi. Aparat berulangkali menghancurkan rumah ibadah milik ordo minoritas tersebut. Juga aksi protes yang digelar sekitar 800 orang simpatisan Gonabadi di Teheran dibubarkan paksa oleh kepolisian.

Di Iran terdapat sekitar 10.000 masjid Sunni. Dibandingkan dengan masjid Syiah yang berjumlah 60.000, sebenarnya berdasar rasio jumlah penganut, terdapat lebih banyak rumah ibadah buat kaum Sunni ketimbang buat pemeluk aliran mayoritas Syiah. Tapi angka tersebut menipu, kecam organisasi HAM Human Rights Watch.

Dalam laporan tahunannya 2015 silam, HRW mencatat pemerintah kota tidak lagi mengizinkan pembangunan masjid Sunni di Teheran. Kepada televisi Perancis, France24, dua penduduk Sunni Iran mengklaim mereka harus beribadah di masjid rahasia jika tidak ingin beribadah di masjid Syiah.

Bukan sekedar faktor agama

Namun begitu HRW menilai agama bukan menjadi faktor utama maraknya diskriminasi terhadap minoritas di Iran. Sebagian besar kaum Sunni berasal dari etnis yang berbeda, Kurdi, Turkmen, Arab atau suku Baloch.

Mereka hidup di wilayah pinggir yang kental oleh gerakan separatis atau otonomi. Ironisnya, menurut Nirumand, pemerintah di Teheran mengkhawatirkan pengaruh Wahabi dari Arab Saudi terhadap kelompok Sunni di negeri sendiri, serupa dengan ketakutan penguasa di Riyadh terhadap minoritas Syiah di negaranya.

Namun begitu situasi minoritas di Iran perlahan mulai membaik. Sejak beberapa dekade parlemen Iran mulai diisi oleh perwakilan Sunni. Tahun lalu Teheran untuk pertamakalinya menunjuk seorang Sunni sebagai duta besar di luar negeri.