Upaya Pariwisata Jerman Beradaptasi dengan Perubahan Iklim
Martin Koch
16 September 2021
Banjir dahsyat musim panas ini di Jerman bagian barat melanda beberapa tempat liburan paling populer. Para ahli mengatakan, sektor pariwisata harus cepat berubah beradaptasi dengan kondisi ini.
Iklan
Sebelum banjir dahsyat melanda barat Jerman pada pertengahan Juli dan menewaskan 184 orang, lembah Ahr adalah salah satu tujuan populer bagi pecinta anggur dan penjelajah alam. Tapi sekarang, hanya sedikit yang tersisa untuk dijelajahi wisatawan.
Kebun-kebun anggur hancur, jalan-jalan setapak hanyut terserat arus. Perlu bertahun-tahun bagi pariwisata di kawasan itu untuk bisa pulih. Bagi kawasan wisata yang mengandalkan alam, ini adalah peringatan bahwa perubahan iklim bisa punya dampak besar dan biaya risiko tinggi.
Perubahan iklim memang nyata dan dapat digambarkan dengan fakta dan angka, kata Peter Hoffmann dari Institut Penelitian Dampak Iklim - PIK di Potsdam. "Kekeringan yang berlangsung selama bertahun-tahun, atau banjir yang menghancurkan, sudah terjadi jauh lebih sering daripada yang diperkirakan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu," katanya.
Asosiasi Pariwisata Jerman DTV memang sudah lama berkomitmen untuk membantu kawasan tujuan wisata untuk beradaptasi dengan situasi perubahan iklim, jelas direkturnya Dirk Dunkelberg. "DTV telah mempromosikan keberlanjutan selama 30 tahun - saat itu sering disebut "pariwisata lunak."
"Sepuluh tahun yang lalu, kami bekerja dengan Badan Lingkungan Jerman untuk menyelenggarakan acara tentang bagaimana daerah pegunungan dan dataran rendah harus menyesuaikan wisata musim dingin mereka karena akan ada lebih sedikit salju di masa depan akibat perubahan iklim."
Cuaca Ekstrem Mematikan Kejutkan Dunia
Dari Jerman, Kanada hingga Cina, gambar-gambar dramatis dari dampak buruk cuaca ekstrem telah mendominasi kepala berita baru-baru ini. Apakah krisis iklim yang menjadi penyebabnya?
Foto: AFP/Getty Images
Banjir bandang dahsyat di Eropa
Banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya ini disebabkan oleh hujan lebat selama dua hari berturut-turut. Aliran air yang sempit meluap menjadi amukan banjir hanya dalam hitungan jam dan menghantam perumahan warga. Sedikitnya 209 orang tewas di Jerman dan Belgia. Upaya pemulihan rumah, bisnis, dan infrastruktur yang rusak diperkirakan menelan biaya miliaran euro.
Foto: Thomas Lohnes/Getty Images
Musim hujan ekstrem
Banjir juga melanda sebagian wilayah di India dan Cina bagian tengah. Hujan turun sangat lebat, bahkan lebih deras dari yang biasanya turun di musim hujan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan curah hujan yang lebih sering dan intens, karena udara yang lebih hangat menahan lebih banyak air, sehingga menciptakan lebih banyak hujan.
Foto: AFP/Getty Images
Banjir menggenangi Cina bagian tengah
Curah hujan yang memecahkan rekor selama berhari-hari menyebabkan banjir dahsyat di seluruh provinsi Henan, Cina, pada akhir Juli. Puluhan orang tewas, ratusan ribu lainnya mengungsi, dan banyak warga masih dilaporkan hilang. Di Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan, warga terjebak di rel kereta bawah tanah ketika banjir datang. Daerah pedesaan dilaporkan terkena dampak lebih parah.
Foto: Courtesy of Weibo user merakiZz/AFP
Rekor suhu panas di AS dan Kanada
Suhu yang semakin panas juga menjadi lebih umum terjadi. Seperti di negara bagian Washington dan Oregon di AS dan provinsi British Columbia di Kanada pada akhir Juni lalu. Ratusan kematian terkait suhu panas dilaporkan terjadi di sana. Desa Lytton di Kanada bahkan mencatat suhu tertinggi hingga 49,6 Celcius.
Foto: Ted S. Warren/AP/picture alliance
Kebakaran hutan memicu badai petir
Gelombang panas mungkin sudah berakhir tetapi kondisi kering telah memicu salah satu musim kebakaran hutan paling intens di Oregon, AS. Kebakaran yang dijuluki Oregon’s Bootleg Fire itu menghanguskan area seluas Los Angeles hanya dalam waktu dua minggu. Saking besarnya, asap dari kebakaran dilaporkan sampai ke New York.
Foto: National Wildfire Coordinating Group/Inciweb/ZUMA Wire/picture alliance
Amazon mendekati ‘titik kritis’?
Brasil bagian tengah dilaporkan mengalami kekeringan terburuk dalam 100 tahun, sehingga meningkatkan risiko kebakaran dan deforestasi lebih lanjut di hutan hujan Amazon. Menurut para ilmuwan, sebagian besar wilayah tenggara Amazon telah berubah fungsi dari yang awalnya menyerap emisi, kini berubah menjadi memancarkan emisi CO2, menempatkan Amazon lebih dekat ke ‘titik kritis’.
Foto: Andre Penner/AP Photo/picture alliance
‘Di ambang bencana kelaparan’
Setelah bertahun-tahun alami kekeringan, lebih dari 1,14 juta orang di Madagaskar mengalami kerawanan pangan. Beberapa dari mereka terpaksa memakan kaktus mentah, daun liar, dan belalang, dalam kondisi yang mirip seperti ‘wabah kelaparan’. Nihilnya bencana atau konflik membuat situasi di sana disebut sebagai kelaparan pertama dalam sejarah modern yang semata-mata disebabkan oleh perubahan iklim.
Foto: Laetitia Bezain/AP photo/picture alliance
Melarikan diri dari bencana
Tahun 2020, jumlah orang yang melarikan diri dari konflik dan bencana alam mencapai level tertinggi dalam 10 tahun. Jumlah orang yang berpindah di dalam negera mereka sendiri mencapai rekor 55 juta, sementara 26 juta lainnya melarikan diri hingga melintasi perbatasan. Sebuah laporan dari pemantau pengungsi pada bulan Mei menemukan tiga perempat dari pengungsi internal adalah korban cuaca ekstrem.
Foto: Fabeha Monir/DW
London terendam banjir
Tidak hanya negara-negara di Eropa utara, Inggris juga dilanda banjir bandang. Beberapa bagian London dibanjiri oleh air yang naik dengan cepat karena hujan lebat dalam satu hari. Stasiun kereta bawah tanah dan jalan-jalan juga terendam banjir. Menurut Wali Kota London Sadiq Khan, banjir bandang menunjukkan bahwa “bahaya perubahan iklim kini bergerak lebih dekat ke rumah.”
Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images
Yunani ‘meleleh’ akibat gelombang panas
Sementara negara-negara di Eropa utara mengalami banjir, negara di bagian selatan seperti Yunani justru dicengkeram oleh gelombang panas di awal musim panas. Di minggu pertama bulan Juli, suhu melonjak hingga 43 derajat Celcius. Tempat-tempat wisata seperti Acropolis terpaksa ditutup pada siang hari, sementara panas ekstrem memicu kebakaran hutan di luar kota Thessaloniki.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Sardinia dilanda kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya
“Ini adalah kenyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Sardinia,” kata Gubernur Sardinia Christian Salinas tentang kebakaran hutan di sana. “Sejauh ini, 20.000 hektar hutan yang mewakili sejarah lingkungan selama berabad-abad di pulau kami telah hangus menjadi abu," tambahnya. Sedikitnya 1.200 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut. (gtp/hp)
Foto: Vigili del Fuoco/REUTERS
11 foto1 | 11
Niat baik saja tidak cukup
Sejak itu, daerah pegunungan seperti Schwarzwald dan Harz telah memperluas penawaran wisata mereka dengan menawarkan lebih banyak kegiatan dalam ruangan, spa, bersepeda dan jalur hiking, kata Dirk Dunkelberg.
Iklan
Mengingat tingginya risikoya bencana alam - termasuk kebakaran, kekeringan dan banjir, jelas bahwa industri pariwisata harus mulai beradaptasi dengan kondisi perubahan iklim. Namun beberapa pengamat mengatakan, ini beerlangsung terlalu lambat.
Wolfgang Günther dari Institute for Tourism Research in Northern Europe - NIT di Kiel menyerukan agar adaptasi itu dilakukan lebih cepat lagi. Dia mengatakan penting untuk memiliki "lebih banyak fleksibilitas" agar lebih siap menghadapi perubahan kondisi cuaca. Penawaran wisata harus dimodifikasi dan dikembangkan baru di wilayah-wilayah berisiko.
Di masa depan, situasi akan menjadi menjadi lebih ekstrem, kata Peter Hoffmann. Masa cuaca panas akan bertahan lebih lama, hujan lebat akan menjadi lebih deras, dan badai jadi lebih ganas, jelasnya. Mereka yang bergerak dan bertanggung jawab di sektor wisata perlu memiliki kreativitas untuk sebuah pendekatan baru.
Contoh positif
Terkadang, perlu memandang melampaui karakteristik geografis suatu area untuk menemukan solusi, kata Hans-Joachim Hermann. Dia mengepalai departemen strategi keberlanjutan internasional di Badan Lingkungan Jerman.
Dia menunjuk contoh dari Swiss, di mana pada tahun 2003, Stockhornbahn AG - sebuah perusahaan perjalanan - memutuskan untuk menghentikan pengoperasian lereng ski, dan sebagai gantinya fokus pada jenis wisata musim dingin yang berbeda. Menawarkan wisata ski tidak menguntungkan lagi, "jadi mereka mengembangkan model bisnis baru yang berfokus pada tamasya, menambah keahlian memasak, serta berbagai kegiatan musim panas dan musim dingin yang berorientasi alam, sambil mengurangi operasional wisata musim dingin hanya dari Rabu sampai Minggu."
Badan Lingkungan Jerman, bersama dengan Asosiasi Pariwisata, PIK dan asosiasi-asosiasi lainnya, sudah menyusun panduan "Adapting to Climate Change: Shaping the Future in Tourism." Juga menawarkan lokakarya untuk manajer pariwisata untuk menambah wawasan dan ide-ide tentang bagaimana membuat daerah liburan masing-masing sukses di masa depan dengan mengembangkan strategi pariwisata yang baru.
Namun Wolfgang Günther juga menyadari, bahwa masih banyak destinasi wisata yang belum menerima kenyataan ini. "Beberapa akan berhasil, yang lain akan terjebak dalam kegagalan mereka," katanya. "Semakin cepat kita membalikkan tren, makin banyak hal-hal positif yang akan terlihat."