1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIsrael

Bagaimana Partai Buruh Israel Bangkit dari Kematian

3 Februari 2021

Hingga pekan lalu, partai yang ikut merumuskan solusi dua negara itu seakan ditakdirkan punah. Sampai terpilihnya seorang perempuan di pucuk pimpinan memutar nasib partai, dan menjadi harapan bagi kaum kiri-tengah

Pendukung Partai Buruh Israel saat merayakan terpilihnya Avi Gabbay sebagai ketua umum, Juli 2017.
Pendukung Partai Buruh Israel saat merayakan terpilihnya Avi Gabbay sebagai ketua umum, Juli 2017.Foto: Getty Images/AFP/J. Guez

Partai Buruh Israel yang sejak lama sekarat, tiba-tiba mendapat kehidupan baru menyusul pemilihan Merav Michaeli sebagai ketua umum. Bersamanya, pamor partai yang dulu mendominasi politik Israel dan ikut mencetak tokoh-tokoh pendiri bangsa itu mulai merangkak naik jelang pemilu legislatif, Maret mendatang

Michaeli adalah seorang pengacara perempuan yang dikenal progresif. Dia menyebut diri sebagai seorang feminis dan gemar mengkampanyekan isu yang belakangan mulai jarang terdengar di politik Israel, yakni kesetaraan hak, keadilan sosial dan perdamaian dengan Palestina.

Namun begitu dia juga enggan menutup kemungkinan berkoalisi dengan partai-partai kanan, jika berarti bisa menggeser Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Anda bisa bertentangan secara ideologi dengan saya, tapi yang jelas saya ada di sini dan saya akan berjuang demi kesetaraan dan perdamaian,” katanya kepada kantor berita AP melalui sambungan telepon. "Saya yakin Partai Buruh belum mati. Partai ini bernilai penting bagi masa depan Israel.”

Terpilihnya Michaeli menciptakan momentum positif bagi Partai Buruh. Menurut jajak pendapat teranyar, Buruh diprediksi memperoleh setidaknya lima dari 120 kursi di Knesset pada pemilu mendatang.

Dalam percaturan politik Israel yang cair, perolehan itu bisa menempatkan Michaeli dalam posisi penentu dalam pembentukan koalisi.

Sejarah Partai Buruh

Partai Buruh mengawal Israel menuju kemerdekaan pada 1948. Selama tiga dekade berikutnya, semua perdana menteri Israel berafiliasi dengan gerakan kiri tengah itu. Hingga kini, prinsip-prinsip sosialisme yang ditanamkan Partai Buruh masih hidup di dalam konstitusi dan layanan publik, antara lain dalam jaminan kesehatan nasional.

Meski ikut merumuskan Perjanjian Oslo yang membumikan solusi dua negara untuk Palestina, Partai Buruh pula yang pertama kali mengizinkan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan.

Perolehan kursi di parlemen berdasarkan hasil pemilihan umum legislatif terakhir di Israel.

Selama dua dekade terahir, Partai Buruh mengalami kemunduran, seiring mandeknya proses damai antara Israel dan Palestina, dan kemunculan Benjamin Netanyahu yang mempopulerkan ideologi garis keras.

Kejatuhan terbesar bagi Partai Buruh terjadi pada pemilu legislatif 2019 lalu, saat hanya mendapat 4,43% suara atau enam kursi di parlemen. Popularitas partai kian anjlok ketika Ketua Umum Avi Gabbay saat itu bermain mata untuk bergabung dengan koalisi pimpinan Netanyahu, meski berjanji sebaliknya. Akibatnya tidak sedikit anggota senior partai yang mengundurkan diri.

Pembaruan dari barisan oposisi

Michaeli sejak awal menentang kebijakan Gabbay bergabung dengan koalisi kanan. Dia menegaskan tidak akan bekerjasama dengan Netanyahu, dan meyakini keputusan partai menjauhi koalisi pemerintah, digabung dengan pesan-pesan keadilan sosial, akan mengembalikan kepercayaan pemilih.

"Apakah saya berhasil mengangkat pamor Partai Buruh, masih terlalu dini. Tapi saya kira kepercayaan masyarakat sekarang lebih besar,” kata dia.

Ketika membawa partai ke barisan oposisi, Michaeli berjanji dirinya "tidak akan membiarkan Partai Buruh mati.” Kini dia punya kesempatan memulihkan stabilitas di tubuh partai yang mengalami enam kali pergantian kepemimpinan sejak Netanyahu berkuasa pada 2009 silam.

Yossi Beilin, bekas petinggi Partai Buruh, meyakini pemilihan Michaeli membuat obituari tentang partainya menjadi "prematur.” 

"Merav adalah sosok cerdas dan berideologi solid. Dia sudah membuktikan diri di Knesset,” katanya.

Langkah pertama Michaeli adalah menarik diri dari koalisi pemerintah, yang membuat dua menteri Partai Buruh mengundurkan diri dari partai. Dia juga berjanji akan menambahkan jumlah perempuan dalam daftar kandidat, serta lebih sering mengangkat isu-isu sosial.

Michaeli menuduh "hasutan dan delegitimasi” dari Netanyahu dan kelompok kanan mempercepat kemunduran koalisi kiri-tengah di Israel. Dia juga mengakui, petinggi partai juga ikut bertanggung jawab, seperti saat berkoalisi dengan rival ideologi demi bergabung dengan pemerintahan.

"Mereka ikut membidani pemerintahan sayap kanan,” kata dia. "Tapi juga cukup jelas bahwa partai telah kehilangan kredibilitas dan kemampuannya untuk menawarkan alternatif, dan ini harus dibangun kembali.”

Tal Schneider, koresponden politik untuk harian Times of Israel, mengatakan kendati Michaeli berhasil merevitalisasi Partai Buruh, pencapaiannya tidak memperbaiki kekacauan di kubu kiri-tengah Israel.

"Masalahnya terletak lebih dalam,” tuturnya. "Tapi tidak diragukan bahwa dia menyelamatkan Partai Buruh dari kepunahan.”

rzn/gtp (ap, rtr, jpost)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait