Industri kripto mengkhawatirkan aksi peretas Korea Utara mencuri uang virtual dalam jumlah besar. Bisnis kripto curian penguasa di Pyongyang dikabarkan mendanai 40 persen program senjata pemusnah massal Korea Utara.
Iklan
Laporan teranyar panel PBB, yang dibentuk untuk memantau kepatuhan Korea Utara kepada sanksi internasional, menyimpulkan betapa Pyongyang mensponsori aksi pencurian mata uang virtual senilai USD 3 miliar selama enam tahun hingga tahun 2023.
Kepada DW, para analis mengatakan bahwa industri kripto mengaku "sangat prihatin” terhadap aktor negara yang beroperasi secara efisien, tanpa sekalipun bisa disentuh penegakkan hukum. Situasi tersebut dinilai menggarisbawahi betapa hukum internasional telah tertinggal oleh pesatnya laju pengembangan pasar mata uang kripto.
Analis menilai aksi peretas Korut membuat rentan jajaran pimpinan di negeri jiran terhadap serangan siber, terutama di Korea Selatan dan Jepang atau juga Amerika Serikat.
Laporan panel PBB, yang dirilis 20 Maret lalu, merekam aktivitas digital Korea Utara dan mencatat 58 kasus pencurian mata uang kripto antara tahun 2017 dan 2023 yang diyakini dilakukan oleh Pyongyang.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa Korea Utara menggiatkan peretasan terhadap lembaga-lembaga keuangan untuk menghindari sanksi PBB dan sebagai sumber dana untuk pengembangan senjata nuklirnya.
Inilah Sanksi PBB Pada Korea Utara
PBB jatuhkan sanksi terhadap Korea Utara sebagai hukuman bagi program senjata nuklirnya. Dewan Keamanan bahkan akan memperberat sanksi. Inilah sejumlah hukuman PBB terhadap Korea Utara:
Foto: Reuters/S. Sagolj
Moneter
Korea Utara dilarang membuka cabang bank di luar negeri. PBB juga melarang anggotanya mengoperasikan institusi keuangan untuk kepentingan Pyongyang. Karena aktivitas itu bisa membuat Korea Utara mengelak dari sanksi. PBB juga meminta negara anggota mengusir siapa pun yang bekerja untuk kepentingan keuangan rezim komunis itu.
Foto: Mark Ralston/AFP/Getty Images
Pelayaran
PBB memerintahkan negara anggota untuk registrasi ulang semua kapal barang yang dimiliki, dioperasikan atau diawaki orang yang berada di bawah perintah Pyongyang. Kapal-kapal Korea Utara juga dilarang menggunakan bendera negara lain, untuk menghindari sanksi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Dumaguing
Penerbangan
Air Koryo, maskapai nasional Korea Utara dilarang terbang ke Uni Eropa dengan alasan standar keamanan penerbangan. Juga AS melarang warganya melakukan bisnis dengan maskapai ini. Air Koryo terutama melayani jalur domestik dan jalur luar negeri ke Cina serta Rusia.
Foto: picture-alliance/dpa/Yonhap
Bahan Bakar
Sanksi PBB melarang penjualan bahan bakar pesawat terbang, jet dan roket ke Korea Utara. Tapi penjualan minyak mentah atau sejenisnya hingga kini masih diizinkan. Yang jarang diketahui Korut juga memproduksi mobil sendiri dengan merk Pyeonghwa, bekerja sama dengan mendiang pendeta Sun Myung Moon yang jadi penasehat spiritual mantan Presiden Park Gyeun he.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Batu bara
BisnIs ekspor batu bara terutama dijalin dengan Cina. Tapi bulan Februari lalu, Cina membatasi impor batu bara dari Korea Utara. Dengan persyaratan ketat, Pyongyang diizinkan mengekspor 7,5 juta ton batu bara ke Cina senila 374 juta euro. Salah satu pembelinya adalah Liaoning Greenland Energy Coal Co.(foto) di Dandong, kota perbatasan Cina dengan Korea Utara.
Foto: Reuters/B. Goh
Rekening Bank dan Properti
Sanksi PBB membatasi hanya satu rekening bank bagi setiap diplomat Korea Utara di luar negeri (foto kedubes Korut di Berlin). Korea Utara juga dilarang memiliki properti apa pun di luar negeri selain gedung kedutaan atau konsulatnya.
Foto: picture alliance/dpa/S.Schaubitzer
Latihan Militer
PBB melarang lembaga keamanan negara anggotanya mengirim pelatih untuk mendidik militer, polisi atau unit paramiliter Korea Utara. PBB hanya mengizinkan pertukaran tenaga medis, tapi hanya memperbolehkan asistensi teknik dan nilai keilmuan.
Foto: Reuters/S. Sagolj
Patung
PBB juga melarang penjualan patung dari Korea Utara, khususnya patung para pemimpin rezim dari dinasti Kim.
Foto: picture alliance/dpa/robertharding
8 foto1 | 8
Danai program senjata nuklir
"Aktivitas siber berbahaya di Republik Demokratik Rakyat Korea, DPRK, menghasilkan sekitar 50 persen pendapatan mata uang asing dan digunakan untuk mendanai program senjata,” tulis panel PBB, mengutip informasi intelijen dari salah satu negara anggota, tanpa menyebutkan nama.
Iklan
"Negara anggota kedua melaporkan bahwa 40 persen program senjata pemusnah massal di DPRK didanai oleh aktivitas siber terlarang,” kata laporan itu.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Aditya Das, analis di perusahaan riset Brave New Coin di Auckland, Selandia Baru, mengatakan, industri mata uang kripto terkejut dengan "jangkauan dan kompleksitas” operasi siber pencurian kripto oleh Lazarus Group, sebuah kelompok peretas yang diyakini digerakkan oleh Korea Utara.
"Skala dan kuantitas pencurian mata uang virtual yang terkait dengan Lazarus Group mencapai USD 615 juta dari Ronin Network, USD 100 juta dari Horizon, USD 100 juta dari Atomic Wallet. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Das kepada DW, seraya menambahkan, "semua entitas yang mengelola kripto dalam jumlah besar di mana pun sudah ada di dalam radar mereka."
"Selain pencurian besar-besaran, Lazarus juga diyakini mengincar entitas kecil dan sekelompok individu dengan jaringan yang luas dan serangan yang berulang-ulang,” kata Das menambahkan.
Menurutnya, kualitas audit dan standar aplikasi yang terdesentralisasi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun begitu, tenaga pakar keamanan kontrak masih sangat terbatas dan oleh karena itu masih berbiaya mahal.
"Vektor serangan penting lainnya yang harus diatasi adalah kesalahan manusia dan phishing,” Das menekankan.
"Lazarus dikenal mahir dalam kampanye rekayasa sosial dan phishing, "imbuhnya merujuk kepada aksi penipuan untuk mencuri data keuangan di internet. "Mereka menargetkan karyawan perusahaan besar, mengirimi mereka email dan pesan LinkedIn dengan lampiran berupa pintu jebakan."
Sejarah Perang Korea 1950-1953
Ambisi Kim Il Sung menguasai Semenanjung Korea tidak hanya merenggut jutaan nyawa, tetapi juga berakhir pahit untuk aliansi komunis di utara. Perang Korea gagal mengubah garis demarkasi yang masih bertahan hingga kini.
Foto: Public Domain
Korea Terbagi Dua
Selepas Perang Dunia II, Korea yang dijajah Jepang mendapat nasib serupa layaknya Jerman yang dibagi dua antara sekutu Barat dan Uni Soviet. Ketika AS membentuk pemerintahan boneka di bawah Presiden Syngman Rhee untuk kawasan di selatan garis lintang 38°, Uni Soviet membangun rezim komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung.
Foto: Getty Images/AFP
Siasat Kim Lahirkan Perang Saudara
Awal 1949 Kim Il Sung berusaha meyakinkan Josef Stalin untuk memulai invasi ke selatan. Namun permintaan itu ditolak Stalin karena mengkhawatirkan intervensi AS. Terlebih serdadu Korut saat itu belum terlatih dan tidak mempunyai perlengkapan perang yang memadai. Atas desakan Kim, Soviet akhirnya membantu pelatihan militer Korut. Pada 1950 pasukan Korut sudah lebih mumpuni ketimbang serdadu Korsel
Foto: Bundesarchiv, Bild 183-R80329 / CC-BY-SA
Peluang Emas di Awal 1950
Keraguan Stalin bukan tanpa alasan. Sebelum 1950 Cina masih tenggelam dalam perang saudara antara kaum nasionalis dan komunis, pasukan AS masih bercokol di Korsel dan ilmuwan Soviet belum berhasil mengembangkan bom nuklir layaknya Amerika Serikat. Ketika situasi tersebut mulai berubah, Stalin memberikan lampu hijau bagi invasi pada April 1950.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
Kekuatan Militer Korut
Berkat Soviet, pada pertengahan 1950-an Korut memiliki 200.000 serdadu yang terbagi dalam 10 divisi infanteri, satu divisi kendaraan lapis baja berkekuatan 280 tank dan satu divisi angkatan udara dengan 210 pesawat tempur. Militer Korut juga dipersenjatai 200 senjata artileri, 110 pesawat pembom dan satu divisi pasukan cadangan berkekuatan 30.000 serdadu dengan 114 pesawat tempur dan 105 tank
Foto: AFP/Getty Images
Kekuatan Militer Korsel
Sebaliknya kekuatan militer Korea selatan masih berada jauh di bawah saudaranya di utara. Secara umum Korsel hanya berkekuatan 98.000 pasukan, di antaranya cuma 65.000 yang memiliki kemampuan tempur, dan belasan pesawat, tapi tanpa tank tempur atau artileri berat. Saat itu pasukan AS banyak terkonsentrasi di Jepang dan hanya menempatkan 300 serdadu di Korsel.
Foto: picture-alliance/dpa
Badai Komunis Mengamuk di Selatan
Pada 25 Juni 1950 sekitar 75.000 pasukan Korut menyebrang garis lintang 38° untuk menginvasi Korea Selatan. Hanya dalam tiga hari Korut yang meniru strategi Blitzkrieg ala NAZI Jerman merebut ibu kota Seoul dengan mengandalkan divisi lapis baja dan serangan udara. Pada hari kelima kekuatan Korsel menyusut menjadi hanya 22.000 pasukan
Foto: picture-alliance/dpa
Arus Balik dari Busan
Kendati AS mulai memindahkan pasukan dari Jepang ke Korsel, hingga awal September 1950 pasukan Korut berhasil menguasai 90% wilayah selatan, kecuali secuil garis pertahanan di sekitar kota Busan. Dari kota inilah Amerika Serikat dan pasukan PBB melancarkan serangan balik yang kelak mengubur impian Kim Il Sung menguasai semenanjung Korea.
Foto: Public Domain
September Berdarah
Di bawah komando Jendral Douglas MacArthur, pasukan gabungan antara AS, PBB dan Korea Selatan yang kini berjumlah 180.000 serdadu mulai mematahkan kepungan Korut terhadap Busan. Berbeda dengan pasukan Sekutu, Korut yang tidak diperkuat bantuan laut dan udara mulai kewalahan dan dipaksa mundur semakin ke utara.
Foto: Public Domain
Nasib Buruk Berputar ke Utara
Pada 25 September pasukan sekutu berhasil merebut kembali Seoul. Serangan udara dan artileri militer AS berhasil menghancurkan sebagian besar tank dan senjata artileri milik Korut. Atas saran Cina, Kim menarik mundur pasukannya dari selatan. Jelang Oktober hanya sekitar 30.000 pasukan Korut yang berhasil kembali ke utara.
Foto: Public Domain
Intervensi Mao
Ketika pasukan AS melewati batas demarkasi pada 1 Oktober, Stalin dan Kim mendesak Mao Zedong dan Zhou Enlai agar mengirimkan enam divisi invanteri Cina ke Korea. Soviet sendiri sudah menegaskan tidak akan menurunkan langsung pasukannya. Permintaan tersebut baru dijawab pada 25 Oktober, setelah serangkaian perjalanan diplomasi antara Beijing dan Moskow.
Foto: gemeinfrei
Mundur Teratur
Hingga November 1950 pasukan AS tidak hanya merebut Pyongyang, tetapi juga berhasil merangsek hingga ke dekat perbatasan Cina. Kemenangan AS terhenti setelah pasukan Cina yang berkekuatan 200.000 tentara mulai melakukan serangan balik. Intervensi tersebut menyebabkan kekalahan besar pada pasukan AS yang terpaksa mengundurkan diri dari Korea Utara pada pertengahan Desember.
Foto: Public Domain
Berakhir dengan Kebuntuan
Hingga Juli 1951 pasukan Cina dan AS masih bertempur sengit di sekitar perbatasan garis lintang 38°. Baru pada pertengahan tahun kedua pihak mulai mengendurkan serangan yang menyebabkan situasi buntu. Setelah kematian Josef Stalin, sikap Uni Soviet mulai melunak dan pada 27. Juli 1953 kedua pihak menyepakati gencatan senjata yang masih berlaku hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang Nyawa Terbuang
Pada akhir Perang Korea, sebanyak 33.000 pasukan AS dilaporkan tewas dalam pertempuran. Sementara Korsel melaporkan sebanyak 373.000 warga sipil dan 137.000 pasukan tewas. Sebaliknya Cina kehilangan 400.000 serdadu dan Korut 215.000 pasukan, serta 600.000 warga sipil. Secara umum angka kematian yang diderita kedua pihak mencapai 1,2 juta jiwa.
Foto: Public Domain
13 foto1 | 13
Kerugian mencapai ratusan juta Dollar AS
Dalam aksi peretasan terhadap Ronin Network pada bulan April 2022 lalu, Lazarus melakukan sejumlah transaksi palsu dan menggondol hampir USD 615 juta, kata perusahaan. Pembobolan dilakukan meski perusahaan sudah mendisiplinkan karyawan soal keamanan operasi.
Keamanan kripto juga terhambat oleh sistem penyimpanan uang yang terdesentralisasi, bebas bergerak dan bersifat global, yang melindungi kerahasiaan pengguna, tapi juga menyulitkan regulasi pemerintah.
"Jika memungkinkan, akan lebih baik jika pelaku kejahatan sebenarnya yang diadili, bukan aplikasi yang mereka gunakan,” kata Das. "Tapi kita tahu betapa bagusnya Korea Utara dalam menghapus jejak dan membuat bantahan. Jadi untuk saat ini, pencegahan adalah pilihan terbaik.”
Tapi karena sudah menjadi sumber dana penting bagi rejim di Pyongyang, Das memperkirakan akan ada lebih banyak serangan siber dari Korea Utara di masa depan.
Ancaman ini tertama berlaku buat negeri jiran Korea Selatan. Peretas Korea Utara dikabarkan rutin menguji pertahanan siber lembaga pemerintah, sistem perbankan, kontraktor pertahanan atau bahkan infrastruktur, termasuk pembangkit tenaga nuklir.
Berbagai upaya sedang dilakukan secara internasional untuk mengatur sektor kripto secara global. Namun, masih banyak hambatan serius yang perlu diatasi sebelum regulasi menyeluruh bisa terwujud.