Keputusan Putin untuk menyerang dan menginvasi Ukraina membawa perubahan besar di kancah politik Eropa, yang akhirnya melakukan berbagai terobosan besar dalam waktu singkat.
Iklan
Perang yang dikobarkan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina membawa konsekuensi yang mungkin tidak pernah dia maksudkan: negara-negara Uni Eropa yang biasanya sulit mencapai kompromi dan bicara dengan satu suara, mendadak bersatu padu melakukan koordinasi dan langkah bersama.
Sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa terhadap Rusia diputuskan dalam waktu sangat cepat. Langkah itu memang akan merugikan beberapa negara anggota, tetapi Uni Eropa seperti bangkit dari tidur panjangnya.
Presiden Prancis Emmanuelle Macron misalnya, sejak lama menuntut agar Eropa meningkatkan kemampuan pertahanannya agar bisa mempertahankan diri sendiri dari ancaman luar. Selama ini, seruannya tidak mendapat tanggapan berarti. Namun sekarang, secara tiba-tiba hal itu menjadi agenda terpenting.
Masalah pengungsi perang mendadak selesai
Dalam masalah imigran dan pengungsi, Uni Eropa juga selalu terlibat dalam perdebatan politik berkepanjangan, tanpa mampu mencapai kata sepakat. Namun, menghadapi arus pengungsi dari Ukraina, Polandia, dan Hungaria membuka pintu lebar-lebar. Padahal kedua negara sebelumnya paling gigih menentang usulan untuk menerima pangungsi perang.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang beberapa minggu lalu masih memuji kedekatannya dengan Putin dan menentang sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, tiba-tiba mengubah haluan. Akhir minggu lalu, dia mengunjungi kota perbatasan Beregsurany, tempat kedatangan para pengungsi Ukraina dan menjanjikan dukungan sepenuhnya dari pemerintah Hungaria.
Hari Sabtu lalu (26/02), juru bicara pemerintah Hungaria menerangkan bahwa negaranya akan mendukung semua sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Padahal sebelumnya, Viktor Orban adalah salah satu ganjalan utama bagi Uni Eropa untuk mengambil keputusan, karena banyak keputusan hanya bisa diambil dengan suara bulat seluruh negara anggota.
Iklan
Negara-negara "netral" berubah sikap
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Swedia dan Finlandia dikenal sebagai dua negara yang mengambil sikap netral pada era Perang Dingin. Keduanya menjaga hubungan baik dengan pihak Barat maupun dengan blok Timur, dan keduanya tidak masuk NATO atau bergabung dengan Pakta Warsawa.
Namun, setelah Putin memerintahkan militer Rusia untuk menyerang Ukraina, Swedia meninggalkan posisi netralnya. Perdana Menteri Magdalena Andersson menerangkan, negaranya akan mengirim rompi anti peluru dan senjata anti tank ke Ukraina.
Perayaan Karnaval Köln Diwarnai Unjuk Rasa Menentang Invasi Rusia
Ribuan orang yang bersuka ria dalam Karnaval di Köln, Jerman mengisi perayaan tradisional itu dengan unjuk rasa di jalanan menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Foto: Ina Fasssbender/AFP/Getty Images
Parade karnaval yang sangat berbeda
Karnaval merupakan acara yang sangat populer di beberapa bagian barat Jerman, terutama di kota-kota sepanjang tepian sungai Rhein, seperti Köln. Tahun ini parade karnaval "Rosenmontag" telah dibatalkan karena pandemi COVID-19. Namun perang di Ukraina, mendorong ribuan orang turun ke jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka pada korban invasi militer Rusia.
Foto: Rolf Vennenbernd/dpa/picture alliance
Kendaraan karnaval bermotif anti perang
Sejumlah kendaraan karnaval tradisional juga boleh digunakan walau parade dibatalkan. Terutama yang menggambarkan perang dan perdamaian serta cercaan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Salah satunya, patung Putin memegang palu menggetok Ukraina. Sekitar 150.000 orang menghadiri "demo" saat karnaval di Köln. Sebelum pandemi, karnaval tradisional di Köln biasanya dihadiri sekitar 1 juta orang.
Foto: Henning Kaiser/dpa/picture alliance
Mengambil sikap
Perdana Menteri negara bagian Nordrhein Wesfalen, Hendrik Wüst (tengah) Wali Kota Köln Henriette Reker (kanan), dan beberapa penyanyi lokal terkenal berpartisipasi dalam karnaval Köln. Kehadiran tokoh politik ini untuk menegaskan posisi mereka dalam menentang perang di Ukraina.
Foto: Rolf Vennenbernd/dpa/picture alliance
Hentikan Putin: 'Make FasteLOVEnd not war'
Para pengunjuk rasa memiliki satu slogan utama: "Jadikan FasteLOVend bukan perang" – permainan kata-kata dari bahasa Jerman untuk karnaval. Seorang pengunjuk rasa mengenakan masker bertuliskan 'Hentikan Putin'. Semua kegiatan resmi karnaval lainnya dibatalkan dan hanya pesta pribadi yang boleh dilanjutkan
Foto: Oliver Berg/dpa/picture alliance
Karnaval selalu sedikit bernuansa politis
Daniel dan Ralph adalah anggota klub karnaval tradisional, Rote Funke. Tahun 2022, mereka berdua muncul tanpa pedang tradisional yang biasa dipakai untuk pawai. "Karnaval juga harus diadakan di masa-masa sulit," kata mereka. "Bagaimanapun, karnaval selalu bernuansa politis."
Foto: Jeannette Cwienk/DW
Demonstrasi menentang perang
Gunther menempuh perjalanan jauh hampir 400km dari Hamburg. "Saya mengambil cuti dan berpesta bukanlah pilihan," jelasnya. Di bar, perang bukanlah topik hangat, kata dia dan teman-temannya. Mereka semua berpendapat, karnaval pada Senin (28/02) sudah sepatutnya berlangsung sebagai gerakan demonstrasi menentang perang di Ukraina.
Foto: Jeannette Cwienk/DW
Pesta sederhana
Kerstin dan Anna datang bersama dengan 12 orang lainnya. "Tahun ini, kami akan berpesta sederhana," kata mereka. Para peserta demo memrihatinkan kondisi perang di Ukraina. Namun, mereka juga ingin mengekspresikan beberapa gerakan positif dan "mengisi ulang energi mereka" setelah berbulan-bulan berdiam diri akibat pembatasan COVID-19.
Foto: Jeannette Cwienk/DW
'Ini perang Putin, bukan Rusia'
Jenny dan Nadine memutuskan untuk tidak berpesta. "Itu tidak sesuai dengan kondisi saat ini," kata Jenny. Dia datang untuk menentang perang. Sekarang, saatnya untuk berdiri bersama, kata mereka. Keduanya menekankan bahwa "ini adalah perang Putin, bukan Rusia." (ha/as)
Foto: Jeannette Cwienk/DW
8 foto1 | 8
Finlandia juga sekarang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi anggota NATO. Menurut jajak pendapat terakhir, 53 persen warga Finlandia akan mendukung langkah itu. Sepak terjang Rusia membuat banyak negara sekarang merasa perlu berlindung pada NATO, untuk mendapat jaminan dan rasa aman yang lebih besar.
Perubahan besar juga terjadi di kancah politik Jerman. Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam sidang istimewa parlemen hari Minggu (27/02) menekankan, Jerman akan meningkatkan anggaran militernya secara signifikan. Yang lebih mengejutkan lagi, Jerman sekarang memutuskan akan mengirim persenjataan ke Ukraina. Sebelumnya, selama puluhan tahun Jerman berpegang pada prinsip tidak mengirim senjata ke kawasan konflik. Pemerintah Jerman juga menegaskan akan secepatnya "melepaskan diri dari ketergantungan energi dari Rusia."