Dari inflasi, krisis iklim, hingga ke kecerdasan buatan atau AI, bagaimana serikat pekerja di Uni Eropa beradaptasi di tengah realitas baru dan cepatnya perubahan dunia?
Iklan
Kebanyakan orang tidak terlalu memikirkan tentang serikat pekerja atau terjadinya pemogokan sampai mereka mengalaminya sendiri. Siapa pun yang berada di Eropa akhir-akhir ini, kemungkinan besar telah melihat dan mengalami sendiri protes besar-besaran di Inggris Raya, Prancis, dan Jerman.
Selain pemogokan para pekerjanya, pada saat yang sama perusahaan juga menghadapi masalah lain sepertiartificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, kurangnya pekerja terampil, dan melonjaknya biaya energi. Bisakah serikat pekerja membela anggotanya di masa yang penuh gejolak seperti saat ini?
Menakar kepopuleran serikat pekerja di Eropa
Serikat pekerja modern telah terbentuk sejak tahun 1850, kata Andrea Bernardi, dosen senior studi ketenagakerjaan dan organisasi di Oxford Brookes University. Serikat ini berjuang untuk mendapatkan kondisi kerja dan gaji yang lebih baik serta mencoba mengurangi penderitaan pekerja akibat pekerjaan yang bersifat redudansi.
Serikat pekerja tidak hanya memainkan peran penting dalam memperkenalkan demokrasi ke tempat kerja, memperjuangkan martabat pekerja, serta upah yang lebih baik. Serikat pekerja juga "mendorong pengusaha untuk melatih dan menerapkan strategi keterampilan dan partisipasi tinggi," menurut Matt Vidal dari Loughborough University London.
Aksi Mogok Sektor Publik Jerman
Serikat pekerja sektor publik di Jerman melancarkan aksi mogok untuk menegaskan tuntutan kenaikan gaji 6 persen. Aksi mogok tersebut mengacaukan transportasi darat dan udara. Ratusan penumpang terdampar di bandar udara.
Foto: Reuters/K. Pfaffenbach
Ratusan penerbangan dibatalkan
Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengatakan terpaksa membatalkan 1600 penerbangan hari Selasa (10/4). Pekerja sektor publik di Jerman melancarkan aksi mogok yang melumpuhkan beberapa bandar udara dan jaringan transportasi umum di darat.
Foto: Reuters/K. Pfaffenbach
Terutama perjalanan udara terganggu
Diperkirakan sekitar 90.000 penumpang pesawat terkena dampak aksi mogok sektor publik. Di beberapa bandara utama seperti di Frankfurt dan München, penumpang terpaksa harus menjadwal ulang perjalanan mereka. Penerbang domestik bisa menukar tiket pesawatnya dengan tiket kereta api, atau mengganti jadwal penerbangannya tanpa biaya tambahan.
Foto: Reuters/K. Pfaffenbach
Banyak pesawat Lufthansa tidak mengudara
Aksi mogok hari Selasa berdampak pada operasi bandara di seluruh Jerman. Tapi aksi mogok pekerja sektor publik juga menyasar kindergarten, dinas sampah dan sistem transportasi darat di berbagai tempat.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Probst
Pengelola bandara minta para penumpang bersabar
Di bandara internasional Frankfurt, bandara terbesar di Jerman, penumpang diminta untuk menghubungi maskapai penerbangannya untuk menanyakan informasi penerbangan mereka.
Foto: Reuters/K. Pfaffenbach
Sengketa kenaikan upah dan gaji
Serikat pekerja Verdi di Jerman menuntut kenaikan gaji sampai 6 persen bagi 2,3 juta pekerja di sektor publik. Verdi mengatakan, selama ini mereka tidak mendapatkan kenaikan gaji yang layak karena buruknya manajemen, sekalipun di sektor penerbangan misalnya, jumlah penumpang terus bertambah dan maskapai penerbangan membukukan keuntungan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
Macet di jalan-jalan utama
Karena banyak penerbangan dan transportasi kereta api yang terkena aksi mogok, publik beralih ke mobil pribadi yang menimbulkan kemacetan parah di jalan-jalan utama. Foto di atas menunjukkan situasi kemacetan di kota Köln pada pagi hari menjelang jam masuk kantor. (Teks: dw/hp/yf)
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
6 foto1 | 6
Meski secara umum dipandang punya pengaruh positif, sejak tahun 1970-an keanggotaan serikat pekerja menurun. Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD, keanggotaan serikat pekerja pada tahun 2000 mencapai hampir 21% karyawan. Jumlah ini turun menjadi di bawah 16% pada 2019. OECD adalah forum kebijakan global yang mempromosikan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat di seluruh dunia.
Namun, serikat pekerja memiliki jangkauan yang jauh lebih luas dan tidak terbatas pada cakupan anggotanya. Di negara-negara dengan perjanjian perundingan bersama tingkat sektoral, negosiasi serikat pekerja dapat memengaruhi baik anggota maupun bukan anggota mereka.
"Di Jerman, sekitar 40% dari semua karyawan tercakup dalam perjanjian perundingan bersama (collective bargaining agreement). Di Prancis, tingkat keanggotaan serikat pekerja hanya 10%, tetapi tingkat cakupan perundingan bersama mencapai sekitar 95% karena negara secara otomatis melakukan perpanjangan perjanjian ke pemberi kerja yang tidak termasuk dalam organisasi," kata Vidal.
Iklan
Bersama-sama hadapi krisis
Saat ini ada sekitar 600 delegasi serikat pekerja dari 41 negara datang ke Berlin untuk menghadiri Kongres ke-15 Konfederasi Serikat Pekerja Eropa. Pertemuan yang berlangsung sejak 23 hingga 26 Mei ini adalah tempat para peserta membicarakan masa depan dunia kerja. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen diharapkan hadir sebagai berbicara.
Ada banyak hal yang untuk dibicarakan karena pemberi kerja dan karyawan sama-sama menghadapi tantangan besar, kata Bernardi.
"Kecerdasan buatan adalah tantangan baru dan ini akan membutuhkan regulasi di tingkat nasional, dan perundingan bersama di tingkat sektor dan perusahaan" untuk menangani dampaknya terhadap pekerjaan. Menurut Bernardi, di sini serikat pekerja dapat memainkan peran ganda dengan membantu melindungi pekerja sekaligus membantu bisnis menghadapi transformasi.
Kecerdasan Buatan: Akankah Robot Humanoid Menggantikan Manusia?
Robot yang dilengkapi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengambil alih lebih banyak tugas dari manusia. Apa yang mampu dilakukan oleh mesin itu? Apakah mereka akan segera menggantikan manusia?
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Einstein sebagai panutan
Perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong mengembangkan robot mirip manusia dan dikenal dengan robotika yang dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu robot itu dinamakan "Profesor Einstein", terinspirasi dari fisikawan terkenal itu. Inovasi ini bertujuan agar pengetahuan dan humor Einstein dapat diakses oleh generasi mendatang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Semirip mungkin dengan manusia
Untuk membuat robot yang bisa semirip mungkin dengan manusia, kulit nanoteknologi yang disebut Frubber digunakan dalam proses pembuatannya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem operasi android yang menampilkan ekspresi wajah yang realistis. Nantinya perusahaan juga ingin memberikan robot kemampuan yang dimiliki manusia seperti cinta dan kasih sayang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Robot Sophia: Seorang warga dan duta besar
Perusahaan Hanson Robotics menciptakan robot humanoid sejak 2007 dan berkembang pesat dalam 10 tahun dengan modelnya "Sophia", yang menjadi robot pertama dan sejauh ini satu-satunya yang memiliki kewarganegaraan. Setelah dirilis ke publik, Arab Saudi menjadikan robot itu sebagai warganya. "Sophia" juga bekerja untuk PBB sebagai "duta inovasi".
Foto: ISAAC LAWRENCE/AFP/Getty Images
Dari pencuci piring hingga penjelajah luar angkasa
Robot "Beomni" adalah robot serbaguna, yang menurut pabrikan AS Beyond Imagination, dapat digunakan dalam berbagai cara. "Beomni" mampu membuka botol, memberikan suntikan, sehingga dapat digunakan dalam bidang gastronomi dan bidang medis. Bahkan direncanakan akan mampu melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk membantu membangun konstruksi luar angkasa.
Foto: YouTube/CNET
Seni yang dibuat oleh kecerdasan buatan
Robot humanoid tidak hanya bisa melakukan tugas-tugas praktis, mereka bahkan punya kemampuan artistik seperti halnya dengan "Ai-Da Robot." Robot humanoid dari Engineered Arts adalah seniman dengan wajah manusia dan lengan robot. Dikembangkan pada tahun 2019, "Ai-Da" adalah sistem seni robotik pertama di dunia. Dengan bantuan algoritme, robot ini bisa menghasilkan gambar, lukisan, dan pahatan.
Foto: Avalon/Photoshot/picture alliance
Asli dan palsu
Ini adalah foto ahli robot Jepang, Hiroshi Ishiguro, yang berdiri di samping robotnya "Geminoid", yang terlihat seperti saudara kembarnya. Ishiguro dianggap sebagai bintang pop dalam penelitian robotika Jepang dan telah membuat tiruan android untuk Menteri Transformasi Digital Jepang, Taro Kono. Robot Ishiguro sedang dalam serangkaian workshop di Amerika Serikat, tanpa sang pembuatnya.
Foto: Naoki Maeda/AP Photo/picture alliance
Rekan seperjuangan
Robot humanoid juga sedang dikembangkan di Jerman. Pada musim gugur 2022, "Lena" menyelesaikan uji coba di kantor. Robot perempuan buatan laboratorium penelitian Leap in Time Lab yang dilengkapi kecerdasan buatan ini bekerja bersama rekan manusia selama delapan minggu. Di akhir fase uji coba, Lena telah memperluas kosa katanya sedemikian rupa sehingga dia mampu memberikan presentasi.
Foto: Boris Roessler/dpa/picture-alliance
Ilmuwan dan pelopor AI memperingatkan akan bahaya
Semakin banyak tugas yang diambil alih kecerdasan buatan, semakin besar pembahasan tentang dimensi etis dari perkembangan ini. Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "ayah baptis AI", takut kehilangan kendali atas AI dan memperingatkan "risiko serius bagi umat manusia". Banyak yang mungkin segera "tidak lagi mengenali apa yang benar," katanya. Hinton baru saja mengundurkan diri dari Google. (ha/)
"Krisis yang dihadapi dunia saat ini hanya dapat diselesaikan dengan cara yang adil bagi mayoritas orang jika serikat pekerja memiliki peran sentral," kata Esther Lynch, sekretaris jenderal Konfederasi Serikat Buruh Eropa. Ini adalah organisasi yang mewakili 45 juta anggota dari 93 organisasi di 41 negara Eropa.
Tantangan terbesar serikat pekerja di masa depan
Lalu bagaimana dengan masalah inflasi dan krisis biaya hidup?
"Isu yang paling mengemuka saat ini adalah tingkat inflasi yang menggerogoti (nilai) upah riil," kata Bernardi.
Pada saat yang sama, pasar kerja yang ketat baru-baru ini telah lebih memperkuat negosiasi pekerja. Dengan semakin sedikitnya karyawan yang memenuhi syarat di Eropa Barat, pemberi kerja perlu melakukan apa pun untuk menemukan dan mempertahankan mereka. Hal ini dapat memberikan lebih banyak tekanan pada pemberi kerja untuk terus meningkatkan upah. Namun pada kenyataanya tidak mudah membuat semua pihak merasa puas.
Vidal mengatakan bahwa selain berfokus pada masalah upah dan kondisi kerja, saat ini serikat pekerja juga bisa lebih menyoroti serangkaian masalah seperti investasi komunitas, pendidikan, keadilan rasial, dan keadilan iklim. Ini dapat membuat serikat pekerja lebih menarik bagi kelompok pekerja yang lebih luas.
Lynch menekankan perpindahan fokus yang menempatkan manusia dan planet di atas keuntungan ekonomi. Di sini sekali lagi dia menyoroti kerja serikat dan perlunya asas keadilan. "Peralihan ke ekonomi hijau hanya akan mendapat dukungan dari mayoritas orang jika dilakukan dengan cara yang adil secara sosial," kata Lynch. "Kita perlu memastikan bahwa saat sejumlah bidang pekerjaan tidak lagi ada, akan bermunculan jenis pekerjaan lain yang berkualitas."
Sementara Bernardi mengatakan bahwa ke depan, serikat pekerja punya tiga tantangan besar: komunikasi modern yang melibatkan para pekerja muda, peralihan dari pola pikir konflik ke lebih banyak kerja sama, dan membuat lebih sedikit perselisihan internal.