1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Bagaimana Virus Corona Memengaruhi Ekonomi Dunia

7 Februari 2020

Wabah virus corona menurunkan angka konsumsi, menyebabkan banyak pabrik berhenti beroperasi. Akibatnya, rantai pasokan global dari adidaya ekonomi dunia itu terputus.

Foto simbol perekonomian dunia
Foto: picture-alliance/dpa/S. Goya

Epidemi virus corona terus menyebar dan para ahli di Cina percaya bahwa penyebaran akan memuncak dalam 10 hingga 14 hari ke depan. Kota-kota di provinsi Hubei, Cina yang dihuni oleh sekitar 45 juta penduduk tengah ditutup.

Sebelumnya, Cina telah memperpanjang masa liburan Tahun Baru Imlek dan menunda pembukaan pasar saham untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, ketika dibuka pada Senin (03/02), harga saham jatuh. Baru kemudian kembali stabil pada Selasa (04/02).

Cina memberi suntikan biaya sebesar 1,2 triliun yuan atau 2.394 triliun rupiah untuk menjaga pasar uang dalam negeri dan menjaga pergerakan sistem perbankan.

Penutupan massal kantor dan pabrik

Tidak hanya pasar saham yang terkena dampak, angka konsumsi di Cina juga anjlok. Acara Tahun Baru Imlek dibatalkan serempak, tempat-tempat wisata dan bioskop ditutup. Penutupan kota berdampak pada sekitar 2.000 gerai Starbucks, ratusan restoran McDonald’s, 130 toko pakaian Uniqlo dan 30 toko Ikea.

Industri perjalanan juga merasakan dampaknya karena beberapa negara mengeluarkan peringatan perjalanan ke Cina. Lufthansa dan anak perusahannya, Swiss dan Austrian Airlines membatalkan penerbangan dari dan ke Cina hingga 29 Februari 2020. Otoritas Cina juga mendesak penduduknya untuk menunda perjalanan ke luar negeri.

Sebagian besar pabrik dan kantor ditutup hingga akhir pekan ini. Selain itu, kilang minyak terbesar Cina, telah memotong produksi sekitar 600.000 barel per hari karena permintaan bahan bakar menyusut.

Petugas perusahaan pengiriman sedang menyemprotkan disinfektan di sebuah gudang di WuhanFoto: picture-alliance/dpa/C. Min

Rantai pasokan global dari Cina terputus

Perusahaan pembuat mobil terbesar kelima di dunia, Hyundai, mengatakan mereka harus menutup semua pabriknya di Korea Selatan karena kehabisan komponen buatan Cina. Pihak Hyundai mengatakan pasokan kawat mesin harness berkurang dan harus segera mencari pemasok baru.

Produsen mobil dan pemasok onderdil memperingatkan bahwa pabrik mobil di Eropa dan Amerika Serikat (AS) harus bersiap-siap menghadapi penutupan paksa. Seluruh industri memang bergantung pada jaringan pemasok global dari Cina.

Di Jerman, produsen mobil seperti VW dan BMW telah mengumumkan penutupan sementara pabrik produksi mereka di Cina. Kedua perusahaan tersebut berharap dapat melanjutkan produksi minggu depan sesuai dengan keputusan dari pihak berwenang. Namun, rencana itu bisa saja ditinjau kembali jika virus corona terus menyebar.

Analis industri sudah mengatakan dampak wabah virus corona terhadap sektor penjualan mobil dan pengadaan suku cadang bisa lebih besar daripada dari wabah epidemi SARS pada tahun 2003.

Perusahaan produsen mobil Jerman, Volkswagen, terpaksa menutup pabriknya di CinaFoto: P. Lopez/AFP/Getty Images

Kekuatan ekonomi Cina sangat penting

Klaus-Jürgen Gern dari Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia memperingatkan jika kegiatan produksi di Cina terhenti lebih lama, maka akan berisiko untuk rantai pasokan internasional.

"Cina penting sebagai pemasok ke seluruh dunia," kata Gern.

Para ekonom Allianz juga memperingatkan rantai pasokan di sektor industri kimia, otomotif, tekstil dan elektronik akan terganggu. Perusahaan-perusahaan internasional tidak akan lagi mendapatkan suku cadang yang mereka butuhkan dan harus mencari pemasok lain atau mematikan produksi.

Meski begitu, banyak ahli meyakini butuh perhitungan lebih detail terhadap pembahasan dampak ekonomi global akibat virus corona.

Kepada DW, Direktur Kamar Dagang Jerman di Cina Jens Hildebrandt mengatakan dampak wabah virus corona pada lapangan pekerjaan dan produksi berkelanjutan baru akan terlihat pada minggu depan, karena masa liburan pekerja di beberapa kota ditetapkan hingga 9 Februari.

Hildebrandt menyebutkan karena sebagian besar pekerja pabrik berasal dari sekitar kota Wuhan, yang menjadi pusat penyebaran virus corona. Minggu depan akan terlihat sejauh mana produksi dan rantai pasokan internasional yang bisa dibuat, berapa banyak pekerja yang kembali ke perusaaan di daerah Shanghai, Beijing dan Cina selatan. pkp/yf

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait