Bahas COVID-19, G20 Serukan Kerja Sama yang Lebih Baik
30 Juni 2021
Para menteri luar negeri dan pembangunan G20 bertemu untuk membahas penanganan krisis COVID-19 dan upaya mempercepat pemulihan ekonomi global. Mereka membahas cara memastikan akses vaksin yang merata.
Meskipun topik pandemi COVID-19 menjadi agenda utama, para menteri juga membahas darurat perubahan iklim global dan kekurangan pangan di Afrika.
Pembahasan krisis pandemi COVID-19
Para menteri G20 membahas berbagai upaya untuk mengoordinasikan tanggapan internasional terhadap keadaan darurat kesehatan. Mereka juga membahas cara-cara untuk memastikan akses vaksin yang adil dan merata di seluruh dunia.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa pandemi harus dilawan bersama, "karena kita masing-masing hanya akan aman ketika kita semua aman. Dan semua orang harus benar-benar memahami itu."
Maas juga mengkritik diplomasi vaksin Cina dan Rusia, dengan mengatakan bahwa ini bukan tentang keuntungan geopolitik jangka pendek, demikian laporan koresponden DW Alexandra von Nahmen.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan kembali pentingnya menghadirkan vaksin ke negara-negara miskin. "Untuk mengakhiri pandemi, kita harus mendapatkan lebih banyak vaksin ke lebih banyak tempat," katanya.
Saat KTT kesehatan dunia di Roma pada Mei lalu, negara-negara G20 sepakat menjalin kerja sama yang lebih kuat di semua bidang perawatan kesehatan agar lebih siap menghadapi krisis global di masa depan.
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
Mengapa krisis pangan di Afrika turut dibahas di G20?
Selain pandemi, para menteri berbicara mengenai topik lain mulai dari perubahan iklim dan perdagangan internasional hingga pencegahan kekurangan pangan di Afrika.
"G20 memiliki tugas untuk menopang Afrika bangkit dari masa sulit,” kata Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio.
"Kita harus melakukannya sedemikian rupa sehingga orang-orang di Afrika tidak lagi dipaksa untuk meninggalkan negara dan wilayah mereka, dan saya pikir tidak ada seorang pun yang dapat melakukan pertempuran ini sendirian," katanya.
Pada penutupan pertemuan itu, Maio mengatakan anggota G20 siap menghadapi "komitmen bersama melawan kerawanan pangan" di seluruh dunia.
"Di luar perbedaan dan jarak di antara beberapa negara yang hadir di meja G20, kita semua sepakat tentang perubahan iklim, keberlanjutan, tentang isu-isu besar yang saat ini hanya dapat diselesaikan dengan kerja sama global,” pungkas Maio.
Iklan
Isu-isu di Timur Tengah
Selain itu, diplomat top dari AS, Prancis, dan Arab Saudi bertemu untuk membahas Lebanon dan krisis yang semakin dalam.
Ketiga negara membahas "perlunya para pemimpin politik Lebanon untuk menunjukkan kepemimpinan nyata dengan menerapkan reformasi yang tertunda untuk menstabilkan ekonomi dan memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan rakyat Lebanon," tulis Blinken di Twitter.
Lebanon tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi dengan baik sejak ledakan besar melanda Beirut yang menewaskan lebih dari 200 orang. Kekurangan bahan bakar dan penurunan nilai pound Lebanon telah menambah kesengsaraan negara itu.
Blinken juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan untuk berbicara tentang perang di Yaman dan hak asasi manusia, isu-isu yang presiden baru AS Joe Biden janjikan untuk ditangani ketika ia menjabat.