Jerman Pertimbangkan Hentikan Penerbangan Internasional
27 Januari 2021
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan pemerintah mempertimbangkan penghentian penerbangan internasional untuk redam penyebaran virus mutasi. Tapi usulan itu ditolak Kanselir Angela Merkel.
Iklan
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan pada Selasa (26/1) bahwa pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan larangan pada hampir semua perjalanan udara internasional dalam upaya menghentikan penyebaran mutasi virus corona baru yang lebih ganas.
"Bahaya yang ditimbulkan oleh banyak virus mutasi memaksa kami untuk mempertimbangkan tindakan drastis. Termasuk pemeriksaan perbatasan yang lebih ketat secara signifikan, terutama di perbatasan dengan area berisiko tinggi, tetapi juga mengurangi perjalanan udara ke Jerman hingga hampir nol, seperti yang dilakukan Israel saat ini," kata Horst Seehofer kepada tabloid Jerman, Bild.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel pada Minggu (24/1) meminta Menteri Dalam Negeri Seehofer untuk mencari cara bagaimana meredam penyebaran virus mutasi yang lebih menular.
DRV: Gantinya hentikan penerbangan, benahi program vaksinasi
Angela Merkel mengatakan kepada anggota parlemen pada Selasa (26/1) bahwa dia tidak setuju larangan perjalanan secara total. Namun di momen yang sama, Merkel juga menyerukan penghentian pariwisata karena pandemi terus menyebar.
Asosiasi Perjalanan Jerman DRV mengkritik langkah pengetatan yang telah menyebabkan "kerusakan parah" pada sektor pariwisata dan perjalanan bisnis. "Pemerintah seharusnya tidak berkonsentrasi pada pengetatan lebih lanjut dari kebebasan bergerak kita yang sudah sangat dibatasi," kata DRV dalam sebuah pernyataan.
DRV mengatakan pemerintah juga sebaiknya berkonsentrasi pada masalah "defisit drastis" dalam program vaksinasi. DRV juga mengingatkan: "Selain itu, pemerintah federal harus merenungkan fakta bahwa kebebasan bergerak adalah hak dasar - bukan hak istimewa yang diberikan secara politik."
hp/gtp (afp, rtr)
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)