1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bakteri Blokir Penularan Zika

5 Mei 2016

Nyamuk yang direkayasa disisipi bakteri Wolbachia, terbukti efektif blokir penularan virus Zika. Metode biologis ini diharap bisa mencegah penularan beragam virus mematikan berinang nyamuk.

Brasilien Zika Virus - Mikrozephalie - Mutter mit Baby
Foto: picture-alliance/dpa/A. Lacerda

Nyamuk yang direkayasa mengandung bakteri Wolbachia selain ampuh membasmi virus Zika penyebab mikrocephaly pada janin, juga tangguh mencegah penularan demam berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya. Tiga penyakit yang ditularkan lewat inang nyamuk Aedes aegypti ini juga tergolong endemik di Indonesia.

Bakteri Wolbachia Efektif Blokir Penularan Zika

01:50

This browser does not support the video element.

Sukses rekayasa nyamuk Aedes dengan disusupi bakteri Wolbachia adalah berkat kerja keras para peneliti Brasil, khususnya di Oswaldo Cruz Foundation (FIOCRUZ). Peneliti Luciano Moreira dari Fiocruz mengeskan nyamuk yang direkayasa untuk dapat memblokir transimisi virus penyebab DBD, Chikungunya dan Zika itu kini telah disebarkan di berbagai negara. "Selain di Brasil, juga di Australia, Vietnam dan Indonesia", ujar dia.

Keluarga Demam Berdarah Dengue

Virus Zika yang sekeluarga dengan virus penyebab DBD memicu panik massal di negara-negara Amerika Selatan dan Amerika Latin akhir tahun 2015 silam. Pasalnya infeksi zika memicu cacat pada janin. Bayi yang diahirkan menunjukkan gejala kepala berbentuk kerucut dan lebih kecil dari normal atau mikrocephaly. Gejala ini menunjukkan volume otak yang lebih kecil karena tidak berkembang akibat infeksi zika.

Brasil menjadi negara dengan kasus mikrocephaly tertinggi yang mencatat resmi lebih 1.100 bayi lahir cacat. Menimbang kejadian luar biasa itu organisasi kesehatan PBB-WHO pada bulan Februari silam telah mencanangkan penyakit Zika sebagai darurat kesehatan global.

Para peneliti di FIOCRUZ dalam risetnya menginfeksi telur nyamuk Aeses aegypti dengan bakteri Wolbachia. Sebagai pembanding adalah nyamuk yang tidak direkayasa. Kedua nyamuk kemudian diineksi virus Zika. Setelah dua minggu diamati, nyamuk yang diinfeksi Wolbachian mengandung virus Zika jauh lebih sedikit ketimbang nyamuk pembanding.

Walau menunjukkan bukti, cara itu efektif tekan kasus Zika, namun peneliti Luciano Moreira dari Fiocrus mengingatkan, tidak menjamin 100 persen akan bebas zika. Metode pencegahan wabah yang selama ini dijalankan, seperti pengasapan atau fogging dan pemusnahan jentik nyamuk harus tetap dilakukan. Dengan itu, efektivitas pencegahan wabah bisa dioptimalkan.

as/yf(APTN, rtr)