Para peneliti di AS menemukan, bakteri probiotik dari usus pada tinja bayi bisa memiliki kekuatan menyembuhkan. Bakteri ini bisa menolong penderita diabetes dan penyakit autoimun.
Iklan
Sebuah tim peneliti di North Caroline menemukan hal luar biasa di "tempat" yang tidak biasa. Peneliti di Wake Forest School of Medicine di Winston-Salem membuat campuran bakteri-bakteri probiotik yang ditemukan pada tinja bayi. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports.
Makanan probiotic kerap dianggap semacam "superfood". Yoghurt, Sauerkraut (kol asam) dan sejenis keju, misalnya, bersifat probiotik sehingga mengandung banyak bakteria asam laktat. Ini baik bagi flora usus dan berperan besar untuk kesehatan secara umum.
Strain bakteri bakteri usus ini bisa membantu tubuh manusia untuk memproduksi apa yang disebut asam lemak rantai pendek.
Hariom Yadav, yang memimpin studi menjelaskan, "Asam lemak rantai pendek adalah komponen kunci bagi kesehatan usus." Orang-orang yang menderita obesitas, juga penderita diabetes, penderita penyakit autoimun dan kanker kerap tidak memiliki asam lemak rantai pendek dalam jumlah cukup.
Di Jerman, Periset Muda Indonesia Ini Gali Potensi 'Harta Karun' Pada Tinja Manusia
Muda, kreatif dan inovatif, mahasiswa Universitas Bonn, Jerman, Fadli Mustamin bersama timnya menggali potensi dari hal yang selama ini dihindari manusia, yakni tinja. Apa potensinya?
Foto: DW
Dari tinja jadi 'emas'
Buang hajat jadi bagian dari ritual biologis manusia sehari-hari. Bau dan kotor. Tapi tahukah Anda kotoran buangan manusia ini bisa bermanfaat bagi alam? Sebuah penelitian di Jerman, yang salah satunya beranggotakan seorang periset asal Indonesia mencari manfaat dari kotoran manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Woitas/
Kandungan dalam tinja
Dari tinja, katakanlah: satu kota berpenduduk 1 juta orang dapat dihasilkan: 1.200 ton Nitrogen, 170 ton Fosfor, 330 ton Potassium per tahun. Di Universitas Bochum di Jerman, manfaat tinja manusia ini diteliti dan dibuat menjadi pupuk organik untuk sektor pertanian.
Foto: Reuters
Menggabungkan tinja dengan sampah organik
Fadli Mustamin bersama para rekannya ang tergabung dalam tim peneliti kerjasama universitas Bochum dan Universitas Bonn, International Water Management Institute di Srilanka, meneliti manfaat gabungan lumpur tinja dan sampah organik untuk pupuk organik. Kerjasama ini didanai oleh Kementerian untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman,BMZ.
Foto: DW
Dijadikan pellet
Metode yang paling umum dan terjangkau adalah melalui pengomposan tinja dan sampah organik untuk dijadikan pellet. Pengomposan yang menghasilkan panas hingga 71°C, efektif membunuh pathogen. Pengomposan itu dilakukan di Srilanka dan dan pelletnya dibawa ke Bochum.
Foto: DW
Diperlukan bahan-bahan tambahan
Di Bochum, Fadli mempersiapkan tanah yang akan dicampur pellet. Pellet itu 70 persennya adalah tinja manusia dan 30 persennya sampah organik. Untuk mengukur kadar karbon dioksidanya, pellet akan diberi bahan tambahan seperti kalium hidroksida.
Foto: DW
Mengukur tingkat kesuburan
Melalui proses inkubasi selama 50 hari , para peneliti mengetahui berapa kadar jumlah karbondioksida yang dihasilkan dari proses pernafasan mikroorganisme selama 50 hari. Semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan, berarti semakin aktif miroorganisme, maka semakin subur tanah itu.
Foto: DW
Dua manfaat
Sektor agraria selama ini banyak tergantung pada pupuk kimia yang harganya tidak murah. Selain itu pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran lingkungan. Jika penelitian Fadli berhasil bukan tidak mungkin dapat bermanfaat bagi penyediaan pupuk organik di tanah air.
Foto: Getty Images/R. Gacad
Solusi bagi limbah perkotaan
Fadli berharap, projek yang didanai BMZ dan merupakan bentuk kerja sama antara International Water Management Institute di Srilanka, Universitas Bochum dan Universitas Bonn ini, bisa menjadi solusi yang tepat bagi negara yang mengalami masalah pengelolaan limbah sanitasi dan sampah perkotaan.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
8 foto1 | 8
Mengapa tinja bayi?
Untuk studi itu, para peneliti menguji tinja bayi, karena bayi-bayi biasanya masih sangat sehat. Selain itu, memperoleh tinja bayi relatif mudah. Untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, 34 bayi sehat memberikan popok yang sudah mereka gunakan.
Peneliti kemudian memberikan campuran bakteri kepada tikus, juga mencoba efeknya pada tinja orang dewasa di laboratorium. Mereka menemukan, probiotik "buatan bayi" menstimulasi produksi asam lemak rantai pendek.
"Data-data dari penelitian itu nantinya bisa digunakan untuk studi tentang pengaruh probiotika terhadap mikrobiom manusia, metabolisme dan penyakit-penyakit terkait," kata Yadav.
Penulis: Katharina Peetz (ml/ap)
8 Fakta Mengenai Kentut
Disembunyikan atau tidak, orang pasti kentut. Tapi meskipun itu suatu hal yang rutin, ada fakta yang belum diketahui semua orang. Peneliti menemukan hal menarik tentang bakteri yang produksi gas dalam usus.
Foto: Fotolia/Irochka
500-1.500 Gas = 10-20 Kentut Tiap Hari
Kentut adalah hasil kerja bakteri yang hidup di dalam usus, kata Purna Kashyap dari Mayo Clinic yang meneliti mikrobiom. Orang konsumsi banyak karbohidrat, tetapi tubuh tidak punya ensim yang diperlukan untuk mengolahnya. Akhirnya karbohidrat sampai di usus, di mana mikroba menghancurkan dan mengambil energi lewat proses fermentasi. Dari proses itu timbul gas.
Foto: Fotolia/Sebastian Kaulitzki
99% Gas Yang Diproduksi Tubuh Tidak Bau
99% gas yang diproduksi di usus terdiri dari hidrogen, karbondioksida, dan metana. Ini semua tidak berbau, oleh sebab itu sebagian besar kentut tidak tercium sama sekali. 1% yang berbau diakibatkan oleh kandungan sulfur. Makanan yang mengandung sulfur antara lain kacang-kacangan, bawang, kembang kol, brokoli dan produk-produk susu.
Foto: DW/C. Bolwin
Permen Karet dan Soda Sebabkan Kentut
Selain diakibatkan bakteri, sejumlah gas terbentuk dari udara yang dihirup. Gas ini tidak berbau, sebagian besar terdiri dari nitrogen dan oksigen, tetapi jika kentut suara yang keluar tetap sama. Udara masuk ke tubuh terutama ketika orang tidur, tetapi ini juga bisa bertambah jika orang mengkonsumsi minuman mengandung soda dan mengunyah permen karet.
Foto: imago/Chromorange
Hasil Proses Sehat dan Kompleks di Usus
Masyarakat modern menilai kentut negatif. Padahal ini adalah hasil kerja ekosistem bakteri di dalam usus. Selain itu, orang juga dapat keuntungan. Ilmuwan masih berusaha ungkap semua peran mikrobiom dalam sistem pencernaan. Tapi sudah diketahui juga, bahwa bakteri sama yang memproduksi gas juga membentuk vitamin dan asam lemak yang jaga kesehatan lapisan usus, dan mendukung kekebalan tubuh.
Foto: contrastwerkstatt - Fotolia.com
Orang Tidak Terganggu Kentut Sendiri
Penyebabnya, orang terbiasa dengan bau kentut sendiri. Seperti halnya orang mencium bau tertentu jika masuk rumah orang lain, tetapi tidak mencium apapun di rumah sendiri. Bau yang disebabkan bakteri di usus berbeda sedikit dari satu orang ke orang lainnya. Oleh sebab itu, bau kentut kita mengganggu orang lain, tapi tidak mengganggu kita.
Foto: Fotolia/Jürgen Fälchle
Kentut Bisa Sulut Api
Karena kentut sebagian besar mengandung gas-gas yang bisa menyala, seperti metana dan hidrogen, kentut bisa menyulut api. Tapi sebaiknya tidak dicoba, karena bisa berbahaya.
Foto: Bilderbox
Kentut Tidak Bisa Hilang dengan Sendirinya
Kadang, setelah kentut ditahan karena ingin sopan, orang merasa kentut hilang dengan sendirinya. Tetapi ini tidak mungkin. Orang berhenti memperhatikannya, oleh sebab itu tidak sadar jika kentut keluar secara perlahan. Secara fisika kentut mudah dijelaskan: kentut adalah gelembung gas, harus keluar dan jalan keluar hanya ada satu.
Foto: Aamon - Fotolia
Tidak Baik Membuat Bakteri di Usus Kelaparan
Bagi banyak orang, kentut tidak perlu dibatasi. Demikian ujar Kaskyap. Jumlah yang diproduksi tunjukkan keseimbangan bakteri yang baik dan makanan yang dikonsumsi. Jika tidak mengalami gangguan atau merasa sakit, sebaiknya proses itu tidak diganggu. Jadi orang tidak perlu berusaha mengurangi bakteri di usus. Sumber: vox.com