Gonjang-ganjing politik, pemilu atau pilkada mengoyak pertemanan Anda? Apakah balada Hakim dan Martin ini Anda alami? Simak opini Andibachtiar Yusuf.
Iklan
Hakim dan Martin berteman sejak lama, sangat lama bahkan sampai keduanya sering berdebat kapan pertama kali mereka bertemu. Hakim selalu merasa pertemuan pertama adalah saat keduanya duduk di kelas 2 SD sementara Martin berkeras bahwa setahun sebelumnya ia pernah menolong sahabatnya tersebut saat dikeroyok oleh teman sekelas.
Mereka menghabiskan masa SD, SMP dan kemudian SMA bersama-sama, bahkan sempat berulang kali duduk sebangku…..sampai kemudian pilihan kampus membawa keduanya keluar dari Jakarta di dua kota yang berbeda. Demikian pun mereka tetap berteman, selalu saling menghubungi dan sesekali bertemu.
Waktu berjalan dalam kecepatan yang sangat tinggi, keduanya semakin jarang bertemu di dunia nyata, namun tetap sering berjumpa di media sosial. Martin kerap membagi foto kepada Hakim via facebook, juga sebaliknya. Lewat Twitter, keduanya tak hanya saling sapa, tetapi juga saling colek mesra membahas hal-hal yang mereka sama-sama pahami.
Hakim datang menjadi saksi di depan pastor untuk memastikan bahwa Martin Antony Situmeang adalah seorang bujangan dan belum pernah menikah, sebaliknya Martin datang menemani Hakim Khalid Syafarwan ketika pergi melamar istrinya dan duduk persis di belakangnya ketika ijab kabul dibacakan.
Kemudian jika Anda masih ingat, muncul duet Joko Widodo alias Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke Jakarta. Keduanya hadir dengan gagasan yang disebut baru, yang disebut ingin menata Jakarta dengan berbagai janji manis yang disajikan dengan cara mereka. Jokowi dan Ahok kemudian memenangkan pemilihan dan menjadi duo pemimpin Jakarta. Sementara Hakim dan Martin tanpa saling janjian, sama-sama memilih duet tadi.
Wara Wiri Gubernur Petahana
Meski segudang prestasi, gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama di Jakarta banyak mendulang kontroversi. Ini sejumlah skandal yang digunakan musuh politiknya untuk menohok bekas Bupati Belitung Timur tersebut
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Pro dan Kontra
Gayanya yang blak-blakan dan terbuka kerap memicu perang mulut dengan sejumlah politisi atau pejabat di Jakarta. Ahok yang mengincar kursi DKI 1 pada Pilkada 2017 harus menghadapi sejumlah skandal untuk bisa melanjutkan masa jabatannya. Mampukah musuh-musuh politiknya menjungkalkan Ahok?
Foto: picture-alliance/epa/B. Indahono
Singkat Kata Penistaan Agama
Berawal dari pidatonya di Pulau Seribu ihwal politisasi surat Al-Maidah 51, Ahok kini berseteru dengan kelompok Islam konservatif yang digalang FPI buat mencari keadilan di depan meja hijau. Polemik penistaan agama menjadi bola liar pada pilkada, lantaran dampaknya pada elektabilitas yang dinamis dan sulit diukur. Sidang kasus penodaan agama menjadi batu sandungan terbesar ahok menuju kursi DKI 1
Foto: Reuters/B. Indahono/Pool
Reklamasi Sarat Kontroversi
Simpang siur soal kewenangan pemberian izin reklamasi pantai utara Jakarta adalah batu sandungan terbesar buat Ahok jelang Pilkada 2017. Sang gubernur diyakini menyalahi aturan soal pemberian izin. Proyek raksasa tersebut akhirnya ditunda setelah pemerintah turun tangan. KPK menangkap anggota DPRD DKI Sanusi dan Direktur Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja, atas dugaan kasus suap reklamasi.
Foto: Fotolia/aseph
Sumber Waras Tanah Bertulah
Berawal dari audit Badan Pemeriksa Keuangan, pembelian lahan di rumah sakit Sumber Waras memicu kontroversi karena diindikasikan sarat korupsi. Kasusnya hingga ditangani KPK. Negara ditengarai merugi sekitar 191 miliar Rupiah lantaran pembengkakan harga tanah. Tapi pemerintah daerah DKI meragukan keabsahan audit BPK karena dinilai menghitung harga tanah di jalan yang salah.
Foto: Gacad/AFP/Getty Images
Tumbang Luar Batang
Dengan rencana menata kampung Luar Batang dan Pasar Ikan di Jakarta Utara untuk dijadikan Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa, Ahok menggusur rumah penduduk yang berdiri di atas tanah ilegal. Penggusuran itu mendulang kritik karena dinilai merugikan kaum miskin. Pemda DKI berkilah telah menyediakan rumah susun yang lebih layak untuk penduduk Luar Batang.
Foto: Reuters/Beawiharta
Darah Kurban di Jalur Hijau
Menjelang hari raya Idul Adha ratusan massa Front Pembela Islam menyantroni Gedung DPRD DKI Jakarta. Mereka mengecam Ahok karena telah melarang penyembelihan dan penjualan hewan kurban. Pemda DKI sebaliknya mengatakan cuma menjalankan peraturan daerah yang melarang penjualan hewan kurban di jalur hijau.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Geger Kalijodo
Selama berpuluh tahun Kalijodo dibiarkan menjadi sarang prostitusi gelap. Ahok nekad menggusur kawasan tersebut untuk dijadikan jalur hijau. Langkah pemda DKI disambut gugatan di PTUN oleh sejumlah tokoh masyarakat Kalijodo. Ahok juga dikritik lantaran menyertakan 1000 tentara dan polisi untuk mengawal penggusuran. Kisruh langsung mereda setelah penggusuran berakhir.
Foto: Imago/Xinhua
Kisruh Bantar Gebang
Berawal dari keluhan DPRD Bekasi soal sampah Jakarta, kisruh seputar TPS Bantar Gebang kembali bergulir. Ahok sebaliknya menuding pengelola TPS, PT. Godang Tua wanprestasi. Hasilnya truk-truk sampah DKI dihadang massa tak dikenal. Ahok pun bentrok dengan DPRD. Kisruh berakhir setelah Presiden Joko Widodo turun tangan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Anggaran Siluman
Akhir 2014 Ahok murka lantaran menemukan dana siluman sebesar 8,8 trilyun dalam rancangan APBD 2015 yang telah digodok DPRD DKI. Setelah coret sana-sini, APBD kembali diserahkan kepada parlemen untuk dibahas. Namun DPRD memilih berpolemik karena merasa tudingan Ahok soal adanya indikasi mafia anggaran tidak berdasar. APBD DKI akhirnya baru disahkan bulan Februari dengan menggunakan pagu ABPD 2014.
Foto: Imago
9 foto1 | 9
Saat perubahan terjadi
Waktu berjalan dan kemudian Jokowi bertekad meningkatkan posisi dari penguasa ibukota menjadi penguasa negara. Partainya dengan tangkas mengusungnya dan kembali membungkus rencana kampanyenya sebagai sebuah rencana besar bangsa, seorang representasi masyarakat kebanyakan yang siap dicolek di pasar becek manapun sehingga dekat dengan situasi terkini bangsanya. Jokowi dengan sepatu kantoran murahnya nyebur ke got, terjun ke sawah sampai juga bermain sepak bola melawan para selebriti pendukungnya dengan memakai sepatu yang sama lekas menjadi idola banyak orang.
Popularitas membumbung tinggi membawa Jokowi cepat melesat menerobos popularitas pesaingnya, yang praktis sudah lama menghiasi media nasional dan mungkin lebih sering dilihat wajahnya oleh banyak orang di negeri ini.
Jokowi adalah pilihan logis bagi Hakim yang memang merasa bahwa kehadiran orang baru di peta politik Indonesia adalah sebuah harapan baru yang lebih baik. Sementara Martin lebih cocok dengan gambaran sikap tegas yang ditonjolkan oleh pesaing Jokowi.
Jokowi pun sukses merengkuh posisi jadi orang nomor satu di Indonesia, kursi empuk yang sesekali memanas pun ia duduki dengan sesekali garuk-garuk pantat. Ahok lalu otomatis menjadi Gubernur Jakarta, orang nomer satu di ibukota negara yang kehidupan ekonomi dan kiblat kehidupannya memang cuma di Jakarta (dan Pulau Jawa). Waktu berlalu, putra sulung Hakim mulai masuk SMP sementara putri sulung Martin baru naik kelas 6 SD. Ahok yang sungguh populer itu bersiap mengetes nama besarnya yang rajin disebut di media sosial dan media konvensional itu ke titik sebenarnya. Setelah "terjamin” didukung 1 juta warga Jakarta lewat KTP nya, Ahok berlindung di bawah payung partai politik agar bisa sah maju ke pencalonan Gubernur Jakarta.
Situasi yang memanas di luaran tak mengubah frekwensi silaturahmi Hakim dan Martin. Saat Hakim pergi haji, Martin sesekali menengok anak-anak sahabatnya yang dijaga orang tua kawannya tersebut. Kampanye pun berlangsung normal saja, timses kandidat mencari cara terbaik untuk bisa "memukul” lawan mereka, lewat program sampai serangan yang sifatnya pribadi. Sampai kemudian pada sebuah obrolan sederhana di depan warga Kepulauan Seribu, Ahok menemukan sebuah kata kunci yang mampu menyerang dirinya dan kubunya.
Lima Penyesalan Menjelang Ajal
Bronnie Ware adalah seorang perawat paliatif Australia, yang mencatat pengalaman pasien-pasien sekarat dan mengumpulkannya dalam buku berjudul: “Lima Penyesalan Menjelang Ajal.“ Apa saja?
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Menyesal kurang jujur pada diri sendiri
Salah satu penyesalan terbanyak dari pasien yang dirawat oleh Ware mengatakan: mereka berharap mempunyai keberanian untuk hidup jujur terhadap diri sendiri, dan bukan hidup atas ekspektasi atau pengharapan orang lain atas diri kita sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kahnert
Menyesal bekerja terlalu berlebihan
Banyak juga pasien sekarat yang mengatakan bahwa mereka berharap dahulu tidak bekerja terlampau keras. Penyesalan ini lebih banyak diungkapkan para pasien laki-laki yang dirawat Ware. Mereka merindukan menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka ketika masih muda dan kedekatan pada pasangan mereka. Perempuan juga berbicara tentang penyesalan ini. Tapi tak sebanyak pria.
Foto: Fotolia/Joerg Lantelme
Menyesal kurang mengungkap perasaan
“Saya berharap saya akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan saya,“ demikian salah satu penyesalan terbanyak. Menurut Ware, banyak orang menekan perasaan mereka untuk menjaga hubungan harmonis dengan orang lain. Ia menambahkan, banyak orang yang sakit terpengaruh pula oleh kepahitan hidup dan rasa kekecewaan atau kemarahan yang terpendam.
Foto: Efim Erichman
Kurang kontak dengan sahabat
"Seringkali mereka yang sudah di ambang ajal, dulunya tidak benar-benar menyadari manfaat dalam menjaga kontak dengan sahabat-sahabat lama,“ ujar Ware. Kesadaran itu muncul belakangan, dan tak selalu dari mereka bisa menemukan kembali kontak lamanya. Banyak yang merasa terjebak dalam kehidupan sendiri dan membiarkan persahabatan emas lewat begitu saja.
Foto: colourbox
Berharap lebih berbahagia
“Saya seharusnya dulu berusaha berbuat sesuatu agar diriku lebih bahagia,“ demikian salah satu penyesalan lain yang banyak ditemukan Ware. Dari pengalamannya, Ware beranggapan bahwa kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Banyak yang terjebak dalam rutinitas dan zona ‘nyaman‘, walau sesungguhnya ingin lebih banyak tertawa, bahagia dan mungkin melakukan hal-hal lucu.
Foto: drubig-photo - Fotolia
Apa penyesalan dan harapan Anda?
Apa penyesalan terbesar Anda sejauh ini? Dan apa yang akan masih ingin Anda capai atau lakukan selama waktu masih memungkinkan?
6 foto1 | 6
Bertentangan di media sosial
Martin dan Hakim tetap berteman, walau faktanya kini mereka agak jarang bertemu. Kondisi pilihan politik membuat keduanya jadi semakin jarang berbicara hal-hal terkini kecuali obrolan santai tentang pola makan dan cara hidup yang baik. Via group whatsapp pun keduanya masih bertegur sapa, walau belakangan situasi jadi agak hangat karena grup sekolah ini ingin ada gerakan nyata bagi seseorang yang jelas menistakan agama Islam.
Obrolan situasional mulai dari ajakan Jum'atan massal sampai akhirnya berbagai kutipan ayat dari kitab suci yang terus disebut membawa obrolan malah menjadi tidak nyaman bagi beberapa orang.
Martin memutuskan keluar dari grup, juga beberapa teman mereka yang Non-Muslim. Tersinggung dengan sikap ini, Hakim menegur keras Martin di halaman facebooknya, Martin jelas tak terima dan merasa bahwa sikap politik adalah sikap pribadi dan itu tak ada hubungannya dengan agama seseorang.
Hakim yang kesal lalu menyebut Martin seorang kafir, keduanya lalu memutuskan pertemanan mereka di facebook, karena Martin mulai menyahut "Tahu begini gue gak selametin tu idup loe waktu digebukin anak-anak kelas 2,”
Beberapa bulan kemudian, pilkada Jakarta usai, pemenangnya sudah ditemukan. Martin dan Hakim tak lagi pernah saling sapa, pertemanan virtual pun sudah tidak lagi terjadi. Semoga jadi renungan.
Penulis:
Andibachtiar Yusuf
Filmmaker & Traveller
@andibachtiar
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Bagaimana Media Sosial Ubah Otak Anda
Pernah merasa tidak bisa menyetop diri menggunakan media sosial? Media sosial memang asik dan disukai masyarakat luas. Tapi apa itu sehat buat otak Anda?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kahnert
Tidak Bisa Mengontrol Diri?
Menurut data yang dikumpulkan lembaga pendidikan TED (Technology, Entertainment, Desain) sepertiga penduduk dunia menggunakan media sosial. Lima sampai 10 persen pengguna internet menyatakan sulit mengontrol waktu saat menggunakan media sosial. Menurut hasil pemindaian otak, ada bagian otak yang alami gangguan, dan itu bagian yang sama seperti pada pengguna narkoba.
Foto: Imago/All Canada Photos
Menyebabkan Kecanduan
Bagian otak yang terganggu terutama yang mengontrol emosi, perhatian dan pengambilan keputusan. Orang merasa senang pada media sosial, karena segera memberikan "imbalan" tanpa perlu upaya besar. Oleh sebabnya itu otak ingin mendapat stimulasi makin banyak, dan akhirnya menyebabkan ketagihan. Seperti halnya ketagihan obat terlarang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Tampak Seperti Multi-Tasking
Orang tampaknya mampu melaksanakan multi-tasking antara pekerjaan dan berkomunikasi dengan teman atau membaca berita terakhir dari teman lewat media sosial. Itu tampaknya saja. Semakin banyak menggunakan media sosial menyebabkan semakin kurangnya kemampuan otak untuk menyaring "gangguan" dan menyebabkan otak tidak mampu menempatkan informasi dalam ingatan.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Klose
Bergetar Atau Tidak?
Sejalan dengan penggunaan medsos lewat ponsel pintar, muncul fenomena baru "phantom vibration syndrome". Orang merasa ponsel bergetar, tapi sebenarnya tidak. Menurut sebuat studi, 89% dari pengikut riset rasakan ini, sedikitnya sekali dalam dua minggu. Tampaknya: otak menerima rasa gatal dan mengubahnya menjadi getaran yang dirasakan tubuh. Sepertinya teknologi mulai mengatur ulang sistem syaraf.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
Makin Terfokus pada Diri Sendiri
Media sosial juga menyebabkan otak makin banyak melepas Dopamin, yang sebabkan tubuh merasa senang. Menurut ilmuwan, pusat pemberian imbalan pada otak menunjukkan aktivitas lebih tinggi, jika orang bicarakan pandangan mereka, daripada jika mendengarkan pendapat orang. Itu tidak mengherankan. Tapi dalam interaksi langsung, hanya 30-40% isinya mengenai diri sendiri. Sementara dalam media sosial 80%.
Foto: imago/Westend61
Imbalan untuk Bicara Tentang Diri Sendiri
Semua bagian otak yang berkaitan dengan orgasme, motivasi, cinta terstimulasi hanya dengan menggunakan media sosial. Dan itu lebih besar lagi dampaknya, jika Anda menyadari bahwa Anda punya "penonton". Misalnya jumlah "likes" di Facebook atau jumlah "followers" di Twitter tinggi. Jadi tubuh memberikan imbalan sendiri kepada kita, hanya karena membicarakan tentang diri sendiri lewat internet.
Sebaliknya dampak positif juga ada. Menurut studi hubungan pacaran terhadap sejumlah pasangan, sebagian besar cenderung lebih saling suka, jika awalnya berkenalan lewat jalur maya. Dibanding jika kenal lewat interaksi langsung. Kemungkinan ini disebabkan karena orang lebih bisa anonim di dunia virtual, dan lebih punya kesempatan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.