1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bali Bersiaga Hadapi Merebaknya Virus Flu Burung

Muliarta24 Agustus 2007

Setelah kematian dua korban, kini muncul lagi pasien baru yang diduga terjangkit virus flu burung di RS Sanglah Bali. Pemerintah dan DPRD Bali bergegas mengambil langkah serius dalam mengatasi penyebaran virus flu burung di wilayah mereka.

Foto: AP

Seorang anak balita dirujuk ke ruang isolasi penanganan flu burung Rumas Sakit Umum RSUP Sanglah Denpasar setelah diduga terinfeksi virus flu burung. Nenek pasien mengatakan bocah berusia 1 tahun empat bulan itu mengalami panas tinggi. “Malamnya itu tinggi, 40 lebih panasnya, terus besoknya sudah diajak ke puskesmas sudah dikasi obat juga tidak mempan, besoknya lagi diajak kedokter ditolak, terus dokter satunya juga ditolak , di UGD ditolak juga, terus dirujuk kesini.” Kasus ini menyusul kematian dua perempuan akibat flu burung dua pekan lalu. Meski Indonesia mencatat rekor 84 kasus kematian akibat flu burung, namun sebelumnya sampai sebulan lalu tidak ada korban meninggal dunia yang berasal dari Bali.

Langkah antisipasi dilakukan

Dengan mulai jatuhnya korban di Bali Pemda dan DPRD Bali kini bersiaga dalam mengatasi merebaknya virus flu burung. Pemerintah dan kalangan pebisnis wisata khawatir kasus flu burung akan mengganggu sektor turisme, yang menjadi andalan mereka. Beberapa restauran bahkan mulai menarik sajian ayam dan bebek dari daftar menu mereka.

Sementara itu, DPRD dan Pemba Bali mengucurkan dana sebesar 1,8 milyar rupiah. Dana tersebut lebih diprioritaskan bagi pembangunan dan penyediaan peralatan penanganan bagi pasien flu burung di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Sanglah Denpasar. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi ketersediaan ruangan perawatan pasien flu burung apabila nantinya Bali mengalami Kejadian Luar Biasa flu burung. Mengingat saat ini RSUP Sanglah Denpasar hanya memiliki satu ruang penanganan flu burung dengan 3 tempat tidur. Ketua Komisi 4 DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana menyampaikan selain penyediaan dana penanganan flu burung, DPRD Bali dan pemerintah daerah Bali juga telah sepakat untuk memberlakukan sertifikasi unggas yang diperdagangkan lintas kabupaten di Bali maupun yang keluar masuk Bali. Sertifikasi ini juga nantinya diharapkan dapat menekan penyelundupan unggas dari luar Bali. “Menjadi kekhawatiran kita kan penyelundupannya itu, karena selama ini karantina yang pengawasan pintu-pintu masuk ke Bali itu sudah cukup bagus, tetapi yang mengkhawatirkan adalah diluar pintu resmi karena kita lihat kan banyak sekali yang datang dari luar Bali yang tanpa melalui pintu resmi.” Daerah-daerah yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan unggas, ditetapkan sebagai daerah rawan flu burung. Daerah-daerah itu adalah Kabupaten Tabanan, Badung dan Denpasar Kepala Dinas Peternakan Bali Ida Bagus Raka menyatakan potensi penyebaran flu burung di ketiga kabupaten tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Bali. Apa saja yang akan dilalukan? „Jarak satu kilo itu pemusnahan, diluar itu penyemprotan diluar itu vaksinasi seluruh Bali akan dicanangkan model itu juga, Badung hari ini melaksanakan, mudah-mudahan September biasa semua melaksanakan, karena cuaca juga kurang menguntungkan .“

Sektor turisme belum terganggu

Meski sudah ditemukan korban meninggal dunia akibat flu burung, tingkat kunjungan wisatawan menuju Bali tetap stabil. Beberapa negara yang merupakan pasar potensial bagi pariwisata Bali seperti Australia, Jepang dan Taiwan juga tidak mengeluarkan travel warning atau larangan berkunjung bagi warganya untuk tidak berkunjung ke Bali. Kepala Dinas Pariwisata Bali Gde Nurjaya : “Jadi tingkat kunjungan baik dari Jepang, Australia juga tetap stabil. 35 persen rata-rata, perharinya pernah mencapai 7200 dalam bulan Agustus tanggal 6 kalau tak salah, sekarang kembali menjadi 5200.“ Berdasarkan data Dinas Pariwisata Bali, secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali sejak Januari telah mencapai 1 juta wisatawan. Sementara tingkat hunian hotel di Bali mencapai hingga persen.