Balon Mata-mata Cina Kembali Lintasi Langit Taiwan
25 November 2024
Balon mata-mata Cina kembali melintasi langit Taiwan. Insiden ini memicu ketegangan politik jelang pemilihan presiden Taiwan yang akan digelar pada Januari 2025.
Iklan
Kementerian Pertahanan Taiwan pada hari Senin (25/11) melaporkan bahwa balon udara mata-mata Cina kembali terdeteksi di atas laut bagian utara Taiwan.
Balon itu kembali melintas setelah sempat terjadi pada bulan April atau sekitar enam bulan lalu, di mana Taipei menyebutnya sebagai bagian dari pola intimidasi Beijing.
Taiwan, yang diklaim Cina sebagai wilayahnya, mengeluhkan bahwa dalam beberapa pekan menjelang pemilihan presiden (pilpres) pada Januari mendatang, aktivitas balon mata-mata Cina ini terjadi dalam "skala yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Taiwan menggambarkan insiden tersebut sebagai bagian dari kampanye tekanan dari Cina, yang disebut sebagai perang zona abu-abu, yakni taktik tidak teratur untuk melemahkan lawan tanpa pertempuran terbuka.
Taiwan dengan tegas menentang klaim kedaulatan Cina tersebut dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang bisa memutuskan masa depan wilayah tersebut.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Aktivitas militer Cina di Taiwan meningkat jelang pemilu
Dalam laporan rutin mengenai aktivitas militer Cina dalam 24 jam terakhir itu, Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut bahwa balon mata-mata Cina terdeteksi pada pukul 18:21 waktu setempat pada hari Minggu (24/11), berlokasi di 111 kilometer utara Pelabuhan Keelung Taiwan.
Iklan
Balon itu menghilang sekitar dua jam kemudian, setelah terbang pada ketinggian 10 kilometer, tetapi tidak benar-benar melintasi wilayah Taiwan, ungkap kementerian itu.
Selain balon udara mata-mata, sebanyak 12 pesawat militer Cina dan tujuh kapal perang ikut terdeteksi berada di sekitar Taiwan dalam 24 jam terakhir hingga pukul 06:00 waktu setempat pada hari Senin (25/11), tambah kementerian itu.
Kementerian Pertahanan Cina belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar mengenai isu ini. Cina sebelumnya meremehkan keluhan Taiwan mengenai balon udara tersebut, seraya mengatakan bahwa aktivitasnya tersebut untuk keperluan meteorologi dan tidak seharusnya dibesar-besarkan untuk alasan politik.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Menjelang pemilihan presiden Taiwan pada Januari mendatang, balon-balon milik Cina dilaporkan melintasi perairan sensitif yang memisahkan Taiwan dan Cina, mulai dari siang hingga malam hari, dengan beberapa balon udara itu melayang di atas pulau tersebut.
Potensi Cina menggunakan balon untuk spionase itu menjadi isu global tahun lalu, ketika Amerika Serikat (AS) menembak jatuh apa yang disebut Washington sebagai balon mata-mata Cina.
Balon besar yang membawa muatan elektronik dan terbang di atas instalasi militer AS itu memicu kekhawatiran bahwa Beijing tengah mengumpulkan informasi intelijen penting.
Cina mengeklaim bahwa balon itu hanyalah pesawat sipil yang secara tidak sengaja tersesat.