Bangkai Kapal Perang Dunia II Persulit Pencarian Air Asia
2 Januari 2015
Upaya pencarian puing pesawat QZ8501 milik Air Asia dipersulit dengan maraknya bangkai kapal Perang Dunia II yang tersebar di Laut Jawa. Tidak jarang sensor yang digunakan terkecoh oleh rongsokan kapal tua.
Iklan
Upaya menemukan puing pesawat QZ8501 milik Air Asia terhadang oleh kondisi Laut Jawa yang dipenuhi bangkai kapal. Bukan rahasia lagi jika kawasan perairan di jantung Indonesia itu menjadi kuburan buat kapal-kapal perang di era Perang Dunia II.
Bangkai kapal, entah itu berasal dari perang atau bencana, mengecoh piranti sonar yang digunakan oleh tim SAR. Perwira Basarnas, S.B. Supriyadi, mengatakan bahwa pihaknya sempat mendeteksi struktur logam yang dikira puing pesawat QZ 8501. Ternyata "bangkai kapal yang karam," ujarnya.
Laut Jawa pernah menjadi saksi salah satu pertempuran laut terbesar di Perang Dunia II ketika Jepang berhadapan dengan armada sekutu. Pada perang Laut jawa, 27 februari 1942, sekutu yang terdiri dari Belanda, Amerika Serikat, Inggris dan Australia kehilangan lima kapal perang dan 2300 tentara.
Sementara Jepang yang ketika itu lebih digdaya kehilangan satu kapal penghancur.
Pertempuran kedua yang dilancarkan armaeda Inggris dan Amerika Serikat pada Maret 1942 mengakibatkan karamnya tiga kapal sekutu dan satu kapal pemburu Jepang.
Bangkai kapal itu karam di wilayah perairan di sekitar lokasi jatuhnya Air Asia QZ 8501.
Agustus tahun lalu, pakar Arkeologi dari Angkatan Laut AS, yang bekerjasama dengan TNI AL, berhasil mengidentifikasi salah satu bangkai kapal milik AS, yakni USS Houston, yang karam pada perang memperebutkan selat Sunda, 1942.
Angkatan Laut AS mengatakan kapal yang dibaptis dengan sebutan "Hantu yang berpacu di Pantai Jawa" itu mengangkut 650 awak dan serdadu ketika karam.Perang Selat Sunda juga menghancurkan kapal perang Australia, HMAS Perth.
Sejauh ini Basarnas belum berhasil mendeteksi lokasi puing pesawat QZ8501. Namun pengamat meyakini pesawat naas tersebut akan ditemukan dalam waktu dekat.
Pesawat AirAsia yang hilang dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura itu jatuh di laut dangkal, sehingga pencarian tidak akan sulit jika sinyal darurat dari kotak hitam bekerja. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengklaim pihaknya akan menggunakan lima pelacak ping. Dua dari Indonesia, dua dari Singapura, dan satu dari Inggris.
rzn/hp
Potret Badan SAR Nasional
Pasca kecelakaan Air Asia QZ8501, reputasi Badan SAR Nasional mulai diakui oleh dunia. Lembaga Pemerintah Non Kementrian Indonesia ini punya segudang pengalaman dalam menanggulangi bencana.
Foto: AP
Mencari Hingga ke Ujung Bumi
Badan SAR Nasional adalah alamat pertama yang disambangi jika terjadi bencana atau insiden penerbangan. Basarnas jugalah yang pertamakali bereaksi ketika pesawat Air Asia QZ8501 dinyatakan hilang di kawasan laut Jawa akhir Desember 2014.
Foto: J. Kriswanto/AFP/Getty Images
Pengalaman Berharga
Sejumlah pakar penerbangan mendaulat Basarnas sebagai yang terbaik di Asia, lapor harian AS, Wall Street Journal. Menurut mereka selain jam terbang yang tinggi dalam menanggulangi bencana, Basarnas juga harus menghadapi kondisi geografis yang sulit, karena tidak jarang bertugas di hutan, pegunungan atau laut.
Foto: Reuters
Profesionalitas Terjaga
Khususnya dalam kasus kecelakaan Air Asia QZ 8501, Basarnas membuktikan profesionalitas kerja yang jarang ditemukan di lembaga pemerintah lain. Mereka misalnya menunjukkan empati dengan langsung mendatangi keluarga korban dan melarang publikasi gambar jenazah.
Foto: Reuters/Antara Foto/F. Octavianus
Kontribusi Pencarian MH370
Tim SAR Nasional Indonesia bereaksi cepat ketika mendapat permintaan dari pemerintah Malaysia buat mencari pesawat MH370 milik maskapai Malaysia Air yang hilang. Sebanyak tiga Kapal, satu helikopter dan 90 personel diterjunkan ke perairan Selat Malaka dan Samudera Hindia hingga pencarian dihentikan Maret 2014.
Foto: Reuters
Kerjasama Internasional
Menurut jurnal penerbangan FlightGlobal, Basarnas sering bekerjasama dengan instansi serupa dari seluruh dunia, antara lain dengan US National Transportation Safety Board. Lembaga pimpinan Marsdya Henry Bambang Soelistyo itu juga cepat mempublikasikan laporan lapangan yang vital untuk penyidikan lanjutan. Basarnas cuma butuh waktu tiga bulan untuk mengeluarkan laporan kecelakaan Sukhoi Mei 2012
Foto: Reuters
Letusan Sinabung
Ketika Sinabung meletus, Basarnas tidak cuma menurunkan regu penyelamat buat mengevakuasi korban dari wilayah bencana, tetapi juga aktif membantu pengungsi yang melarikan diri ke perkotaan. Uniknya, kendati dibentuk dari tiga kekuatan TNI, Basarnas sejak awal berdirinya belum pernah dipimpin oleh perwira Angkatan Darat.
Foto: Reuters
Avignam Jagat Samagram...
Adalah moto tim SAR Indonesia yang kira-kira berarti "Selamatlah Alam Semesta". Sejak bencana yang merebak dalam beberapa tahun terakhir, Basarnas terus menambah kapasitasnya sebagai regu penyelamat gerak cepat untuk situasi bencana, misalnya ketika gunung Merapi menyemburkan abu vulkanik November 2010 lalu.
Foto: picture alliance/dpa
Memantau Potensi Bencana dari Langit
Tercatat enam negara yang sudah menjalin kerjasama dengan tim SAR Indonesia, yakni Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Amerika Serikat dan Papua Nugini. Melalui kerjasama itu Basarnas bisa menggunakan fasilitas satelit NOAA yang membantu dalam proses pencarian, atau juga sebagai sarana penginderaan dan peringatan dini yang antara lain digunakan dalam kasus Merapi.
Foto: AP
Bersama Menanggulangi Bencana
Basarnas jarang bekerja sendirian. Dalam banyak kasus seperti bencana longsor di Banjarnegara misalnya, lembaga ini membentuk tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen Polri/TNI, serta relawan sipil. Namun begitu Basarnas tetap memegang komando koordinasi, seperti juga dalam kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 yang melibatkan angkatan laut Singapura dan Amerika Serikat.
Foto: Reuters/Antara Foto/I. Zakaria
Sigap di Tempat
Sejak 2007 status Basarnas menjadi lembaga pemerintah non departemen yang bertanggungjawab langsung kepada presiden. Selama lima tahun terakhir lembaga ini jarang bersantai, lantaran jumlah bencana yang terus meningkat. 2013 silam misalnya, Basarnas mengkoordinasi 617 operasi bantuan dan penanggulangan bencana, antara lain bencana lumpur Sidoarjo yang tidak pernah tuntas sejak 2011.