Bangkitnya AfD di Jerman Hambat Kedatangan Pekerja Terampil
7 Juli 2023
Jerman sangat ingin menarik lebih banyak imigran untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja. Namun rasisme dalam masyarakat Jerman dan kebangkitan ultra kanan AfD mempersulit hal ini.
Iklan
Pemerintah Jerman saat ini tengah menangani dua tantangan paling mendesak, dan keduanya ternyata saling berhubungan: pertumbuhan partai ultra kanan dan penurunan jumlah penduduk yang berlangsung dalam jangka panjang.
Tantangan pertama tumbuh lebih cepat: Alternatif untuk Jerman (AfD), partai antiimigrasi berhaluan kanan, saat ini merupakan kekuatan politik terbesar di beberapa negara bagian di Jerman bagian timur dan populismenya menjangkau para pemilih pemula.
Tantangan kedua bersifat jangka panjang, dan menurut para ekonom, hal itu dapat mengancam kemakmuran Jerman. Kesenjangan demografis dalam hal tenaga kerja, menurut para pemimpin bisnis, bisa diselesaikan dengan lebih banyak imigrasi.
Pemerintah Jerman baru-baru ini memperkenalkan undang-undang untuk meringankan rintangan birokrasi dalam melamar pekerjaan di Jerman. Namun suasana politik lebih sulit dikendalikan. Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner, menyimpulkan masalah tersebut awal pekan ini.
"Risiko lokasi bisnis terbesar untuk Jerman timur adalah AfD," kata Lindner dalam sebuah acara di wilayah Jerman timur. "Sebuah partai yang ingin menutup negara dan melayani pandangan klise xenofobia adalah butiran pasir di roda perekonomian."
Iklan
Berita ekstrem kanan Jerman jadi headline di India
Masih belum jelas sejauh mana kekhawatiran tersebut membuat orang enggan pindah ke Jerman. Ulrich Kober, direktur program Demokrasi dan Kohesi Sosial di wadah pemikir Bertelsmann Foundation, yakin bahwa peringatan Lindner ada benarnya. Meski demikian ia menegaskan bahwa: "Kami tahu dari penelitian bahwa keputusan untuk bermigrasi sangatlah kompleks," katanya kepada DW. "Tidak pernah hanya ada satu faktor: Orang punya prioritas berbeda saat memilih tempat untuk bermigrasi."
Kober mencatat bahwa berita tentang Islamofobia, keberhasilan dan skandal AfD berhasil masuk ke media luar negeri, termasuk Times of India. "Saat kelompok sayap kanan sedang naik daun di Jerman, atau politisi sayap kanan memenangkan jabatan, itu menjadi berita di luar negeri," ujar Kober kepada DW. "Orang-orang menyadari apa yang terjadi di Jerman."
7 Fakta AfD: Partai Anti Islam di Jerman
Banyak yang belum tahu, partai AfD yang anti Islam, anti Eropa dan anti imigran didirikan oleh segelintir elite dan profesor. Dengan cepat partai didukung kelompok yang frustrasi terhadap politik pemerintah di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-D. Gabbert
Didirikan Kaum Elite Jerman
Partai Alternatif untuk Jerman-AfD didirikan oleh kelompok elite, antara lain Bernd Lucke profesor ekonomi makro, Alexander Gauland, mantan sekretaris negara partai Kristen CDU, Konrad Adam, penerbit dan mantan wartawan koran kenamaan FAZ serta politisi dan Doktor ilmu kimia Frauke Petry (foto). Mula-mula program AfD memprotes secara terbuka politik pemerintah Jerman terkait krisis mata uang Euro
Foto: Getty Images/J. Koch
Pendukung Partai AfD
AfD resmi didirikan Mei 2013. Siapa pendukung AfD? Lembaga Riset FORSA menunjukkan, dari pemilu di negara-negara bagian Jerman, 70% pemilih AfD adalah lelaki dari kisaran umur rata-rata dia atas 50 tahun dan tidak terikat salah satu agama. Juga banyak pendukung partai liberal FDP yang menyebrang mendukung AfD. Jumlah anggota partai AfD kini mencapai lebih 17.000 orang.
Foto: DW/B. Gräßler
Partai Populis Kanan Anti Islam
Partai Alternatif untuk Jerman semula menuntut dibubarkannya zona mata uang Euro. Untuk menarik simpati banyak pemilih, AfD memilih retorika sebagai partai populis kanan dan memberi tekanan khusus pada program anti Islam. AfD juga gelar kampanye anti Yahudi dan sentimen rasisme. Inilah resep yang membuat AfD sukses meraih kursi di parlemen Jerman dan parlemen Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Sukses di Negara Bagian Jerman
AfD raup sukses dalam pemilu regional di sedikitnya 10 negara bagian Jerman. Bahkan di dua negara bagian di kawasan timur Jerman, AfD raih lebih 20 persen suara. Juga di tiga negara bagian di barat, partai anti Islam dan anti Yahudi Jerman ini meraih perolehan suara lebih 12% . Keterangan partai menyebutkan AfD meraih seluruhnya 485 mandat di berbagai parlemen regional dan lokal.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Terwakili di Parlemen Eropa
Setahun setelah didirikan, dalam pemilu Parlemen Eropa 2014, ironisnya partai anti Uni Eropa ini meraih 7,1 persen suara. Terwakili dengan 7 mandat di Parlemen Eropa dan diterima bergabung dalam fraksi Konservatif dan Reformis Eropa-EKD. Tahun 2016 AfD diusir dari fraksi EKD setelah anggotanya Beatrix von Stoch dukung usulan penggunaan kekerasan senjata terhadap pengungsi.
Foto: Picture-alliance/dpa
Dimusuhi Partai Mainstream Jerman
Partai AfD dimusuhi partai mainstream, Kristen Demkrat-CDU maupun Sosial Demokrat-SPD. Yang terutama beradu keras lawan keras adalah pengikut partai kiri otonom. Dalam kongres partai di kota Köln baru-baru ini, lebih 50.000 demonstran gelar aksi menentang AfD. Juga partai-partai besar menolak koalisi dengan partai populis kanan ini.
Foto: Reuters/S. Loos
Dipuji di Luar Negeri
Ironisnya, di saat partai dimusuhi banyak kalangan di Jerman, pujian mengalir dari luar negeri, khususnya dari Inggris. Kelompok pendukung Brexit dan yang skeptis terhadap Uni Europa memuji haluan partai AfD. Bahkan seorang tokoh partai anti Eropa di Inggris-UKIP, Douglas Carswell memuji partai populis kanan ini, dengan menyebut, jika ia warga Jerman, pasti memilih AfD dalam pemilu.
Foto: Reuters/S. Wermuth
7 foto1 | 7
Hal itu juga disadari oleh Shivam Mehrotra, manajer di suatu perusahaan di bidang teknologi informasi dari India yang telah bekerja selama 5 tahun sebuah perusahaan di Brandenburg (salah satu negara bagian tempat AfD saat ini memimpin dalam jajak pendapat). Mehrotra, yang juga memberikan saran kepada imigran lain tentang cara menavigasi birokrasi Jerman, mengatakan orang India yang berpikir untuk pindah ke luar negeri akan memperhatikan berita-berita macam itu.
"Saya tidak berpikir itu akan menjadi faktor penentu dalam memutuskan apakah akan pindah atau tidak ke Jerman, tetapi arah pergerakan negara akan menjadi pertimbangan," kata Mehrotra kepada DW.
Mehrotra mengatakan dia secara pribadi tidak mengalami banyak rasisme selama berada di Jerman, tetapi kebangkitan populisme sayap kanan benar-benar mengganggunya. "Itu berdampak kepada saya," kata pria berusia 33 tahun itu.
"Ini memecah-belah, di mana pun di dunia, tetapi terutama di Jerman, yang saya sebut negara saya sekarang. Saya ingin percaya bahwa Jerman menghargai nilai-nilai kesetaraan dan keberagaman."
Peluang berkarir dan kualitas hidup
Sejumlah lembaga, mulai dari think tank yang didanai bisnis seperti Bertelsmann Foundation hingga ke organisasi internasional seperti Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), melakukan penelitian rutin tentang apa yang membuat sebuah negara menarik, dan bagi siapa negara itu menarik.
Lembaga-lembaga tersebut menemukan bahwa faktor yang paling penting adalah potensi pendapatan, prospek profesional, dan kualitas hidup. Dalam semua hal itu, kata Kober, posisi Jerman cukup baik. Namun tentu saja bersaing dengan negara kaya lainnya yang membutuhkan tenaga kerja baru. Negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Inggris memiliki keunggulan karena sebagian besar penduduk dunia berbicara bahasa Inggris.
Gelombang Migrasi Global
Ada 68 juta manusia yang terpaksa menjadi pengungsi. Mereka tersebar di lima benua dunia. Inilah kisah mereka dalam gambar.
Foto: Imago/ZUMA Press/G. So
Mengungsi dengan truk
Gerakan migrasi paling baru terjadi di Amerika Tengah. Kekerasan dan kelaparan menyebabkan orang-orang dari Honduras, Nikaragua, El Salvador dan Guatemala mengungsi. Tujuannya: Amerika Serikat. Namun di sana, Presiden Trump mengusir para migran tersebut. Sebagian besar pengungsi dari Amerika Tengah itu terdampar di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat.
Foto: Reuters/C. Garcia Rawlins
Pengungsi yang dialihkan
Pemerintah konservatif Australia tidak mau menerima pengungsi. Mereka yang benar-benar berhasil mencapai Australia akan langsung dideportasi. Pemerintah Australia telah menandatangani perjanjian dengan beberapa negara Pasifik, termasuk Papua Nugini dan Nauru, untuk menempatkan para pengungsi di kamp di negara-negara tersebut. Pengamat menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang sangat buruk.
Foto: picture alliance/AP Photo/Hass Hassaballa
Pengungsi yang terlupakan
Hussein Abo Shanan berusia 80 tahun. Dia hidup sebagai pengungsi Palestina di Yordania selama beberapa dekade. Kerajaan ini memiliki hampir sepuluh juta penduduk. Di antara mereka adalah 2,3 juta pengungsi terdaftar dari Palestina. Sebagian dari mereka hidup sejak tahun 1948 di negara itu - setelah berakhirnya perang Arab-Israel. Selain itu, Yordania menampung sekitar 500 ribu pengungsi Suriah.
Foto: Getty Images/AFP/A. Abdo
Diterima oleh tetangga
Kolombia adalah kesempatan terakhir bagi banyak pengungsi dari Venezuela. Di sini mereka tinggal di kamp-kamp seperti "El Camino" di luar ibukota Bogota. Kebijakan Presiden Nicolás Maduro menyebabkan pemerintah Venezuela tidak mampu mendukung warganya. Persediaan makanan dan obat-obatan menipis.
Foto: DW/F. Abondano
Menerjang dingin
Dari waktu ke waktu, mereka yang ingin mengungsi ke Eropa, seperti para lelaki di gambar, mencoba menyeberangi perbatasan Bosnia-Herzegovina ke Kroasia. Kroasia sebagai anggota Uni Eropa adalah tujuan para migran. Rute ini berbahaya, terutama di musim dingin di Balkan. Salju, es dan badai menyulitkan pendakian.
Foto: picture-alliance/A. Emric
Perhentian terakhir: Bangladesh?
Musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong di Bangladesh. Para wanita Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar melindungi diri dari hujan dengan payung mereka. Lebih dari satu juta Muslim Rohingya melarikan diri dari pasukan Myanmar ke negara tetangga. Bangladesh, salah satu negara termiskin di dunia, kewalahan dengan situasi ini. Kutupalong saat ini adalah kamp pengungsi terbesar di dunia.
Foto: Jibon Ahmed
Hidup tanpa jalan keluar
Banyak mineral dan tanah yang subur: Republik Afrika Tengah sebenarnya memiliki segalanya untuk membangun masyarakat yang stabil. Namun perang saudara, konflik dengan negara-negara tetangga, pemerintah yang korup dan pemahaman Islam radikal memicu kekerasan di wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan banyak orang, seperti tampak pada foto, tinggal di lokasi penampungan di kota Bangui.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Blackwell
Tiba di Spanyol
Dibungkus selimut merah, para pengungsi dirawat oleh petugas Palang Merah setelah tiba di pelabuhan Malaga, Spanyol. 246 migran diselamatkan oleh kapal penyelamat "Guadamar Polimnia". Banyak orang Afrika mengambil rute Mediterania barat dari Aljazair atau Maroko untuk mencapai pantai Eropa.
Foto: picture-alliance/ZUMA Wire/J. Merida
Pengungsi Sudan di Uganda
Untuk waktu yang lama, Uganda adalah negara yang dilanda perang saudara. Namun, situasinya kini telah lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara Afrika lainnya. Bagi para pengungsi dari Sudan Selatan ini, kedatangan mereka di Kuluba mereka berada dalam situasi yang aman. Ratusan ribu orang Sudan Selatan kini menemukan perlindungan di Uganda. (Ed: na/ap)
Foto: Imago/ZUMA Press/G. So
9 foto1 | 9
Sebuah survei oleh OECD yang dirilis 2022 bertanya kepada pekerja terampil dari seluruh dunia apa yang mereka lihat sebagai hambatan terbesar untuk datang ke Jerman. Sekitar 38% menyebutkan kurangnya keterampilan bahasa Jerman, sementara hanya sekitar 18% menyebutkan kekhawatiran tentang diskriminasi dan rasisme.
"Itu memang berperan, tetapi Anda perlu memasukkannya ke dalam konteks faktor lain yang lebih besar," kata Kober. "Saya pikir itu juga karena fakta bahwa kebanyakan orang tahu bahwa tidak ada masyarakat di mana pun yang bebas dari rasisme."
"Negara-negara lain, negara-negara tujuan klasik imigrasi Anglo-Saxon, telah mengembangkan budaya keterbukaan, dan itu masih kurang di banyak tempat di Jerman," tambahnya. "Dan tentu saja AfD, atau lebih tepatnya, pola pikir yang mengarahkan orang untuk memilih AfD, tidak mewakili budaya keterbukaan."
Shivam Mehrotra mengatakan bahwa, bagi dia dan istrinya, ada dua hal yang membuat mereka memutuskan hidup di Jerman. "Salah satunya adalah cara manusiawi dan ekonomis Jerman dalam mengelola COVID. Itu luar biasa. Dan hal lain yang benar-benar menggerakkan kami adalah etika yang menjadi bagian dari negara ini. Saya berasal dari negara yang merupakan koloni Inggris, dan jika Anda melihat penelitian, orang-orang dari generasi kami di Inggris masih percaya bahwa penjajahan adalah hal yang baik. Sementara di Jerman di sekolah-sekolah, anak-anak diajarkan tentang sejarah Nazi. Benar-benar menerima masa lalu adalah hal yang etis. Itu membuat saya benar-benar terhubung dengan Jerman."