1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bangkok Berlakukan Jam Malam

19 Mei 2010

Kerusuhan dan pembakaran menyapu Bangkok Rabu (19/05) setelah tentara menyerbu perkemahan demonstran, memaksa pemimpin protes untuk menyerah. Sedikitnya empat orang tewas dan memicu kerusuhan di utara Thailand.

Kendaraan lapis baja militer Thailand berjaga di sekitar Lumpini ParkFoto: AP

PM Thailand Abhisit Vejjajiva memerintahkan jam malam, Rabu (19/05) di Bangkok, mulai pukul 20 waktu setempat hingga pukul 6 pagi, Kamis (20/05). Pengumuman yang ditandatangani Abhisit dan disiarkan di televisi menyebutkan, tidak ada seorangpun di ibukota Bangkok yang boleh keluar rumah selama kurun waktu itu, kecuali mendapatkan ijin dari pihak berwenang. Jam malam diberlakukan setelah Bangkok menjadi ajang pertempuran, buntut dari tindakan keras tentara terhadap demonstran Rabu pagi.

Sejak dini hari, ribuan tentara mendesak masuk ke kawasan yang lebih dari enam pekan diduduki ribuan demontran baju merah, di jantung kota Bangkok. Diiringi rentetan tembakan dari senjata semi otomatis, kendaran lapis baja militer menggilas barikade yang didirikan demonstran. Saat tentara mengepung lokasi utama protes, para pemimpin demonstran menawarkan diri untuk menyerah, sementara para pendukung mereka memaksa untuk terus melawan. Banyak yang menjerit dan menangis saat rentetan tembakan terdengar di sekitar mereka.

Tak lama kemudian stasiun televisi menyiarkan gambar sejumlah pemimpin unjuk rasa di tahanan polisi. Juru bicara pemerintah Panitan Wattanayagorn mengatakan dalam siaran televisi Thailand, operasi militer berjalan sukses. "Operasi yang dilakukan aparat berhasil mengamankan sebagian besar kawasan pusat kota Bangkok, terutama di Lumpini Park. Aparat Keamanan saat ini berhasil menguasai kawasan di sekitar Lumpini."

Namun di luar taman Lumpini, pecah pertempuran baru. Tiga ledakan granat di luar lokasi utama protes dilaporkan menyebabkan dua tentara luka parah dan seorang jurnalis asing tewas. Kerusuhan terlihat di lima kawasan ibukota Bangkok sementara pengunjuk rasa membakar ban-ban. Perusuh juga menyulut api di gedung bursa efek, sejumlah bank, sejumlah gedung pemerintah, kawasan belanja Central World dan gedung bioskop. Sejumlah hotel di kawasan tampak memasang barikade dari balok-balok kayu.

Perusuh mengalihkan kemarahan mereka Rabu ini ke media lokal yang mereka tuduh berpihak pada pemerintah. Gedung stasiun telesisi Channel 3 diserang dan dibakar, sementara 100 karyawan terjebak di dalamnya. Militer mengirimkan helikopter untuk mengupayakan evakuasi lewat udara.

Juru bicara pemerintah Panitan Wattanayagorn mengatakan, kelompok-kelompok militan, yang menyusup di antara demonstran, bertanggungjawab atas eskalasi kekerasan. Aparat menahan sejumlah orang yang berpakaian hitam dan bersenjata lengkap.

Sementara ini, stasiun-stasiun televisi diperintahkan untuk hanya menyiarkan acara-acara yang mendapat persetujuan pemerintah. Sejumlah pemimpin protes yang menyerah, menyatakan setuju untuk mengakhiri unjuk rasa. Namun masih harus dilihat, apakah para pemimpin baju merah, yang semakin terpecah, masih dapat mengontrol para pendukung mereka.

Kerusuhan di ibukota Bangkok telah menewaskan sedikitnya 39 orang, dalam enam hari terakhir.

RP/YF/rtr/dpa

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait