Bangladesh bersiap menyambut pembangkit nuklir pertama tahun depan. Proyek raksasa itu bergantung sepenuhnya pada teknologi dan pembiayaan dari Rusia. Analis mempertanyakan keamanan dan kemampuan finansial Dhaka.
Iklan
Udara yang berdebu tidak menyurutkan minat pengemudi mobil untuk menepi dan membeli es krim di sebuah sudut di barat daya Bangladesh. Hanya saja, para pembeli yang datang bukan warga lokal, melainkan tenaga kerja asal Rusia.
Sejak 2017, Bangladesh membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di dekat perbatasan India dengan bantuan Rusia. Dua blok pertama dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir 2023, adapun reaktor kedua akan tuntas setahun setelahnya.
Perusahaan pemerintah Rusia, Rosatom, ditunjuk untuk membangun pembangkit dan melakukan transfer teknologi. Sebanyak 90 persen pendanaan proyek berasal dari utang senilai USD 11,3 miliar, yang rencananya akan mulai dibayar Bangladesh selama dua dekade sejak 2027.
Noyon Ali, 22, pedagang es krim di Rooppur, menilai proyek raksasa ini turut merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. "Banyak restoran, salon kecantikan dan toko-toko komersil lain yang bermunculan di sini untuk memenuhi kebutuhan warga Rusia dan tenaga kerja Bangladesh yang berdatangan dari penjuru negeri," ujarnya.
Menurut laporan media-media lokal, sebanyak 33.000 tenaga kerja didatangkan, termasuk 4.000 warga Rusia. Tingkat kepadatan warga asing yang tinggi ini membuat Rooppur mendapat julukan "Russpur" atau kota Rusia dari warga lokal.
Bahaya Unsur Radioaktif
Nuklir mengancam secara tidak langsung. Tambang dan pemerkayaan Uranium untuk tujuan sipil atau militer, bencana dan limbah nuklir melepaskan elemen radioaktif ke udara. Ratusan ribu manusia pernah menjadi korban
Foto: picture-alliance/dpa
Lebih dari 2000 Ledakan Nuklir Sejak 1945
Amerika Serikat meledakkan 1039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara Uni Sovyet 718, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan, India dan Korea Utara masing-masing tiga kali, Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut.
Foto: Getty Images/AFP
1945: Bom Atom di Hiroshima
140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker, jantung atau perubahan hormon dan Chromosom. Hingga kini tingkat pengidap Leukimia di Hiroshima tertinggi di antara penduduk Jepang di kawasan lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Seribu Uji Coba Nuklir di Nevada
Uji coba di sekitar kamp Mercury dari 1950 hingga 1992 mengkontaminasi sebagian wilayah AS. Pada gigi balita misalnya ditemukan Strontium yang memancarkan zat radioaktif. Selain itu angka penderita penyakit Kanker juga meningkat tajam. Dari 1963 hingga 1992 pemerintah AS melakukan uji coba nuklir di bawah tanah.
Foto: Getty Images
Kompleks Nuklir Sellafield
Sejak 1952 reaktor pertama Inggris memproduksi Plutonium untuk membuat bom atom. Empat tahun kemudian pemerintah mulai menggunakan energi nuklir buat memproduksi listrik. 1957 salah satu reaktor terbakar yang disusul dengan berbagai insiden. Tanah dari air terpapar zat radioaktif. Sebagian putra putri pegawai di kompleks nuklir Sellafield hingga kini masih menderita Leukimia.
Foto: Getty Images
Tambang Uranium Mematikan
Kawasan Wismut di timur Jerman pernah menjadi tambang Uranium terbesar di dunia antara 1946 hingga 1990. Tambang tersebut mengirimkan bahan baku buat program nuklir Uni Sovyet. Menurut pemerintah Jerman, satu dari delapan buruh tambang meninggal dunia akibat radioaktivitas, keseluruhannya mencapai 7000 orang. Sementara penduduk di sekitar banyak yang menghidap kanker paru-paru.
Foto: Wismut GmbH
Pancaran Radioaktif dari Kota Misterius
Di kota nuklir Tomsk-7 di Siberia yang hingga 1992 masih dirahasiakan terjadi sebuah insiden ketika 1993 sebuah tanki penyimpanan meledak. Zat-zat radioaktif semisal Plutonium dan Sesium meracuni wilayah sekitar. Uni Sovyet tercatat merahasiakan 38 insiden nuklir di kota Tomsk-7 dan Majak. Ratusan ribu buruh dan keluarganya terpapar zat radioaktif.
Foto: imago/ITAR-TASS
1979: Bencana Nuklir Harrisburg
Kebocoran nuklir di pembangkit listrik Three Mile Island di Amerika Serikat adalah bencana nuklir terbesar sebelum Chernobyl dan Fukushima. Zat-zat radioaktif dalam jumlah besar mengotori lingkungan sekitar. Sebuah studi independen membuktikan tingginya angka penduduk berpotensi mengidap penyakit Kanker pasca bencana. Sebaliknya lobi industri nuklir menepis temuan tersebut dengan studi tandingan
Foto: picture-alliance/dpa
1986: Bencana di Chernobyl
Saudara kembar ini dilahirkan setelah bencana. Sang ayah adalah Liquidator, pegawai harakiri yang ditugaskan membersihkan reaktor sesaat setelah ledakan nuklir. Adapun sang ibu hidup di kota yang terkontaminasi. Kebocoran nukilr dan ledakan yang menyertainya melepaskan zat radioaktif dalam jumlah besar ke udara. Journal of Cancer melaporkan lebih dari 15.000 penduduk meninggal dunia akibat kanker.
Foto: picture alliance/dpa
2011: Tsunami Menyusul Insiden Nuklir di Fukushima
Kebocoran nuklir di Fukushima yang disebabkan oleh Tsunami hingga kini masih tercatat sebagai pencemaran radioaktif di laut paling parah. Pakar nuklir memperkirakan 22.000 hingga 66.000 kematian tambahan akibat kanker. Sejak 2011, anak-anak di wilayah sekitar Fukushima menderita kanker tiroid.
Foto: Reuters
Bahaya Limbah Nuklir
Limbah nuklir tingkat tinggi membutuhkan jutaan tahun hingga tidak lagi memancarkan zat radioaktif. Namun Tempat Penyimpanan Akhir untuk limbah atom hingga kini belum ada di seluruh dunia. Jerman menganggarkan miliaran Euro per tahun untuk mengelola tempat penyimpanan sementara limbah nuklir.
Foto: dapd
Irak: Leukimia Lewat Amunisi Uranium
Penggunaan amunisi yang mengandung Uranium selama Perang Teluk di awal dekade 1990-an mengancam nyawa penduduk secara tidak langsung. Hingga kini penduduk kota Bashra mencatat tingginya angka kelahiran cacat dan penderita kanker. Selain itu jumlah anak-anak yang menderita Kanker juga meningkat drastis.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Pembangkit nuklir pertama Bangladesh direncanakan memiliki kapasitas 2.400 megawatt. Jika selesai, negeri sejuta sungai di Asia Selatan itu akan menjadi negara ke-30 yang memanfaatkan energi nuklir. Proyek di Rooppur diharapkan bisa menjadi jalan paling ramah iklim bagi Bangladesh untuk mengamankan pasokan listrik di dalam negeri, kata Ijaz Hossain, dose di Universitas Mesin dan Teknologi Bangladesh (BUET) di ibu kota Dhaka.
Namun begitu, keterlambatan konstruksi, lonjakan ongkos pembangunan dan kekhawatiran perihal keamanan reaktor menyurutkan dukungan publik bagi megaproyek tersebut.
Iklan
Ragam masalah
Pemerintah di Dhaka membenarkan bahwa pembangkit nuklir di Rooppur tidak akan rampung sesuai jadwal. Keterlambatan diklaim diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan keterbatasan komponen. Menurut rencana teranyar, pembangkit baru akan beroperasi pada pertengahan 2024 nanti.
Atomstroiexport (ASE), perusahaan Rusia yang fokus pada konstruksi pembangkit nuklir, mengaku "akan melakukan semua upaya" agar pembangkit di Rooppur siap beropasi ketika pasokan pertama bahan bakar nuklir tiba tahun ini. Meski begitu, produksi listrik "bergantung pada banyak faktor dan tidak semua berada dalam kuasa kami," kata Alexey Deriy, manajer proyek Atomstroiexport, merujuk pada insiden Desember silam, ketika kapal Rusia yang mengangkut bahan bakar nuklir dilarang berlabuh di Bangladesh karena mendapat sanksi AS.
Masalah Energi Nuklir Yang Belum Terpecahkan Sejak Separuh Abad Lalu
04:02
Ragam keterlambatan yang memicu lonjakan biaya pembangunan memperkuat kritik terhadap pemerintah di Dhaka. Namun Deriy bersikeras, kendati biaya pembangunan yang tinggi, ongkos pengoperasian pembangkit akan lebih murah selama 60 tahun masa hidupnya.
Shafiqul Islam, Guru Besar Ilmu Nuklir di Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS, mengatakan, analisanya menunjukkan pembangkit listrik di Rooppur tergolong kompetitif dari segi komersial, dibandingkan pembangkit listrik tenaga minyak atau energi terbarukan. Namun begitu dia pun mewanti-wanti terhadap lonjakan ongkos akibat keterlambatan proyek.
ASE saat ini giat melatih tenaga ahli Bangladesh yang berjumlah 660 orang. Secara keseluruhan, sebanyak 1.120 tenaga ahli dan 350 pegawai tambahan akan menjalani pelatihan oleh Rosatom.
Kendati begitu, minimnya pengalaman Bangladesh dalam menanggulangi bencana nuklir turut menjadi kekhawatiran publik. "Saya tidak ingin membayangkan jika terjadi kecelakaan," kata Md. Milon, seorang warga logal.
Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Rooppur dibangun di tepi Sungai Padma yang rajin dilanda banjir. Tapi Shafiqul Islam dari MIT meyakini risiko kecelakaan tergolong kecil berkat teknologi rekator generasi ketiga yang digunakan Rusia. Meski demikian, dia menyarankan agar pemerintah tidak tergesa-gesa membangun pembangkit baru.
"Kita harus menunggu generasi terbaru teknologi nuklir yang lebih aman, terjangkau secara finansial dan muda dikelola," katanya.