Partai Liga Awami Bangladesh yang telah berkuasa selama 15 tahun, mulai tidak aktif sejak pemimpinnya Sheikh Hasina melarikan diri ke India pada Agustus. Bagaimana masa depan partai ini?
Iklan
Sheikh Hasina mengundurkan diri sebagai perdana menteri Bangladesh yang telah lama menjabat dan melarikan diri ke India pada bulan Agustus. Penggulingannya terjadi setelah berminggu-minggu protes mematikan yang dimulai dari sistem kontroversial yang mengatur kuota untuk pekerjaan pemerintah, tetapi berubah menjadi gerakan anti-pemerintah yang lebih luas.
Penembakan mahasiswa oleh pasukan keamanan yang setia kepada Hasina, menjadi salah satu tindakan brutal aparat yang paling mematikan terhadap demonstrasi dalam sejarah Bangladesh.
Bekas kantor partai Liga Awami pimpinan Hasina di pinggiran kota Dhaka terbengkalai.
Gedung-gedung partai lainnya telah dirusak dan dibakar setelah kejatuhan pemerintahannya.
Meskipun Bangladesh mengalami perkembangan ekonomi selama 15 tahun masa jabatannya, Hasina juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang parah, termasuk pembunuhan di luar hukum dan penghilangan paksa yang menargetkan para penentang pemerintahannya.
Sejak Liga Awami menghilang dari panggung politik, puluhan anggota partai telah dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan para pengunjuk rasa oleh polisi.
Seruan meningkat untuk ekstradisi Hasina dari India
Pengadilan Kejahatan Internasional Bangladesh (ICT) telah menerima beberapa pengaduan terhadap Hasina dan para loyalisnya, yang menuduh mereka melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap kemanusiaan. ICT telah memulai investigasi atas tuduhan-tuduhan ini.
Para mahasiswa yang memimpin pemberontakan menuntut agar Hasina dikembalikan ke Bangladesh untuk diadili.
Jasmin Lorch, seorang peneliti senior di Institut Pembangunan dan Keberlanjutan Jerman, mengatakan bahwa pemerintah Hasina terlibat dalam "pelanggaran hak asasi manusia berskala besar, pembunuhan di luar proses hukum dan penindasan terhadap lawan-lawan politik, yang harus diselidiki dan diadili.”
"Mengingat hubungan dekat antara India dan Liga Awami, tampaknya tidak mungkin pemerintah India akan mengekstradisi Sheikh Hasina. Namun bukan berarti penyelidikan tidak dapat dilanjutkan,” katanya kepada DW.
"Misi pencari fakta PBB saat ini, misalnya, merupakan awal yang baik, karena ketidakberpihakannya dan tujuannya untuk mengidentifikasi struktur yang memungkinkan terjadinya pelanggaran," tambah Lorch.
Kejadian Turun dari Takhta dalam Sejarah Dunia
Sistem monarki di Eropa memiliki keunikannya tersendiri, tidak jarang pengunduran diri terjadi dalam sistem tersebut. Banyak faktor dari dalam dan luar sistem yang mendorong anggota kerajaan untuk turun dari takhtanya.
Foto: picture-alliance/ dpa
Pangeran Harry mundur dari anggota senior keluarga kerajaan Inggris
Pengumuman mundurnya Pangeran Harry tentunya mengejutkan Ratu Elizabeth II. Banyak faktor mendorong Pangeran Harry untuk akhirnya memutuskan untuk turun dari takhtanya sebagai anggota senior keluarga kerajaan, mulai dari hubungan dengan media hingga masalah perbedaan paham dengan kakaknya. Tapi Pangeran Harry mengatakan akan tetap mendukung Ratu Elizabeth dan melanjutkan beberapa tugas kerajaan.
Foto: picture-alliance/AP/K. Wigglesworth
Edward VIII dari Britania Raya
Walaupun Edward terkenal berperilaku sembrono dan gila wanita, Edward VIII rela turun takhta demi menikahi wanita yang ia cintai, Wallis Simpson. Rencana untuk menikahi Simpson ditolak oleh Kabinet Britania Raya dan gubernur-gubernur Domini. Edward yang tidak ingin membatalkan pernikahannya dengan Simpson memilih untuk turun takhta walaupun akan menimbulkan krisis konstitusional.
Foto: Imago/World History Archive
Ratu Kristina dari Swedia
Kristina mulai memerintah pada umur 18 tahun. Kristina menolak peran seksual yang dimiliki perempuan dan memilih untuk tidak menikah. Dorongan dari keluarga kerajaan membuatnya memutuskan untuk turun dari takhta. Kristina kemudian pindah ke Roma. Paus mendeskripsikan Kristina sebagai "seorang ratu tanpa negara, seorang umat Kristiani tanpa iman, dan seorang perempuan tanpa malu."
Foto: picture-alliance/dpa
Gustav IV Adolf dari Swedia
Kepemimpinan Gustav IV Adolf dinlai tidak kompeten dan tidak menentu dalam hal diplomasi maupun perang. Ini memancing terjadinya kudeta melalui konspirasi para perwira militer. Adolf memberikan mahkotanya kepada sang anak. Ia secara sukarela turun tahta, tetapi pemerintahan yang didominasi oleh militer menyatakan bahwa bukan hanya Gustav yang kehilangan takhta, melainkan seluruh keluarga. (pn/rap)
Foto: picture-alliance/ dpa
4 foto1 | 4
Misi pencari fakta di bawah Kantor Hak Asasi Manusia PBB dikerahkan ke Bangladesh untuk menyelidiki tuduhan penggunaan kekuatan berlebihan oleh pasukan keamanan, bersama dengan pelanggaran lainnya, selama penumpasan tersebut.
"Untuk memastikan keadilan dan mencegah pelanggaran hak asasi manusia di masa depan, penting juga untuk menyelidiki peran polisi, pasukan elit RAB, dan militer dalam penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia di bawah pemerintahan Sheikh Hasina,” ujar Lorch.
Surat kabar lokal melaporkan bahwa banyak pemimpin senior Liga Awami juga melarikan diri ke negara lain.
DW menghubungi beberapa pemimpin partai, tetapi mereka menolak untuk berbicara atau bertemu, karena khawatir lokasi mereka akan terungkap.
Dalam sebuah wawancara segera setelah penggulingan Hasina, putranya, Sajeeb Wazed Joy, mengatakan kepada DW bahwa "ada kesalahan yang dilakukan" oleh pemerintah Hasina dalam menangani protes mahasiswa.
Namun ia juga percaya bahwa protes tersebut "dihasut jauh melampaui apa yang seharusnya.”
"Anggota partai kami telah diserang di seluruh negeri," katanya kepada DW, dan menambahkan bahwa di luar Dhaka, "hampir semua rumah telah dibakar."
"Apa yang diremehkan orang adalah bahwa Liga Awami adalah partai politik terbesar di Bangladesh. Partai ini tidak mati, tidak lemah,” katanya kepada DW.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Di bawah kepemimpinan peraih Nobel Yunus, pemerintah sementara Bangladesh yang baru ingin melakukan reformasi di bidang peradilan, kepolisian dan lembaga keuangan - sebuah tuntutan yang diajukan oleh banyak partai politik dan mahasiswa - sebelum menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil.
Sementara banyak pihak telah berpartisipasi dalam diskusi dengan pemerintah sementara mengenai agenda-agenda reformasi, Liga Awami tidak hadir.
Para ahli menyerukan reformasi Liga Awami
Joy, yang tinggal di Washington, menyatakan bahwa baik dia maupun pemerintah sementara belum melakukan pembicaraan mengenai jalan ke depan bagi Bangladesh.
"Tidak mungkin ada reformasi dan pemilihan umum yang sah dengan mengesampingkan partai politik tertua dan terbesar,” katanya kepada kantor berita Reuters pekan lalu.
Namun, para ahli percaya bahwa partai Liga Awami perlu mereformasi dirinya sendiri sebelum berpartisipasi dalam proses reformasi tingkat negara bagian lainnya, karena partai ini telah dituduh menghancurkan lembaga-lembaga negara selama masa kepemimpinannya.
"Sangat penting bahwa proses reformasi bersifat inklusif,” kata Lorch.
"Bagaimanapun, mantan pemerintahan Liga Awami di bawah Sheikh Hasina telah melakukan penindasan berskala besar dan pelanggaran hak asasi manusia. Untuk menjadi bagian dari proses reformasi, mereka harus mereformasi diri mereka sendiri secara menyeluruh,” tambahnya.
"Para pemimpin dan pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan perlu dimintai pertanggungjawaban. Untuk pemilihan umum, penting bagi individu-individu yang bertanggung jawab atas pembunuhan dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya untuk tidak mencalonkan diri," ujar Lorch.
Lebih dari separuh abad silam AS menggulingkan perdana menteri demokratis pertama Iran, Mohammed Mossadegh. Dokumen sejarah mencatat keterlibatan CIA dalam proses kudeta yang melahirkan kediktaturan Syah Reza Pahlevi itu
Foto: snn.ir
Petaka Dekolonialisasi
Mohammed Mossadegh adalah perdana menteri Iran pertama yang terpilih secara demokratis. Masa pemerintahannya berlangsung singkat, antara 1951 hingga kejatuhannya pada 1953. Figur yang karismatik dan cerdas itu awalnya mengundang simpati dunia. Tapi upaya Mossadegh menasionalisasi industri minyak milik Inggris di Iran menempatkannya sebagai musuh utama kepentingan barat.
Foto: Tarikhirani.ir
Bayang-bayang Kerajaan Inggris
Sejak 1909 Inggris memonopoli produksi minyak bumi di Iran. Anglo-Iranian Oil Company (AIOC) yang kini bertukar nama menjadi British Petroleum (BP) berhasil menegosiasikan kontrak kerjasama yang menjamin keuntungan berganda. Akibatnya Kerajaan Inggris berhak meraup keuntungan selangit dan hanya menyisakan sedikit buat pemerintah Iran.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Buruh Tanpa Martabat
Menikmati hak monopoli, AIOC mengeksploitasi pekerja Iran secara besar-besaran. Di Abadan, salah satu kota minyak Iran, pegawai AIOC hidup di perkampungan kumuh di bawah situasi yang menyedihkan. Pihak perusahaan menolak desakan untuk memperbaiki taraf hidup pegawainya sendiri. Pasca Perang Dunia II, politisi Iran berupaya menegosiasikan ulang kontrak kerja dengan AIOC. Namun upaya tersebut kandas
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Gebrakan Maut Perdana Menteri Pilihan
"Nasionalisasi atau mati!" Pada 1951 Mohammed Mossadegh yang baru menjadi perdana menteri memerintahkan nasionalisasi AIOC. Sebagai reaksi, Inggris memulangkan semua tenaga ahli perminyakan dari Iran dan menjatuhkan sanksi berupa embargo minyak. Selama dua tahun berikutnya, "Krisis Abadan" nyaris menyeret Iran ke jurang kebangkrutan.
Foto: picture-alliance/akg-images
Ambivalensi Amerika Serikat
Inggris lalu meminta bantuan Amerika Serikat. Permintaan tersebut awalnya ditolak oleh Presiden Harry S. Truman. Meski bersekutu dengan London, sang presiden juga menaruh simpati pada Mossadegh dan meyakini hanya Iran yang independen dan kuat secara ekonomi yang mampu menghalau pengaruh Komunisme Uni Soviet.
Foto: Parstimes
Stabilitas di Ujung Tombak
Namun begitu krisis ekonomi Iran mulai berdampak pada dinamika politik di dalam negeri. Perlahan kelompok radikal seperti Partai Tudeh yang berhaluan Komunis mulai bermunculan. Dalam berbagai demonstrasi, partai tersebut menuntut pengusiran perusahaan AS dan Inggris agar bisa menginduk pada Moskow.
Foto: picture-alliance/dpa
Suratan Takdir Lewat Dua Pemilu
Dua pemilu mengubah segalanya: kekuasaan Winston Churchill berlanjut pada akhir 1951 dan Dwight D. Eisenhower menggeser Truman di Washington setahun setelahnya. Churchill secara lihai meyakinkan AS terhadap potensi revolusi komunis di Iran. Eisenhower yang sebelumnya bekerja di dinas rahasia selama Perang Dunia II, sepakat melibatkan CIA untuk menjatuhkan Mossadegh.
"Operasi Ajax" dimulai pada bulan Juli 1953. Seorang agen CIA, Kermit Roosevelt, dikirim ke Iran untuk meyakinkan Syah Reza Pahlevi agar memecat Mossadegh dan memilih Jendral Fazlollah Zahedi (ka.) sebagai perdana menteri baru. Nantinya seorang kurir akan membawa surat pemecatan kepada Mossadegh. Dia sendiri direncanakan akan ditempatkan dalam status tahanan rumah.
Foto: Parsine
Teheran Berdarah
Pada waktu yang bersamaan, CIA menciptakan huru-hara di Teheran. Dinas Rahasia AS itu menyogok politisi, ulama, jurnalis dan buruh untuk melawan Mossadegh dan pendukungnya. CIA tidak peduli siapa yang akan memenangkan pertarungan jalanan. Yang terpenting buat AS adalah menempatkan Syah Reza sebagai juru selamat yang mengembalikan keamanan dan ketertiban ke jalan-jalan ibukota.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pelarian Reza ke Roma
Upaya kudeta pertama pada 15 Agustus 1953 mengalami kegagalan. Mossadegh yang sudah mencium rencana tersebut memerintahkan penangkapan terhadap sejumlah perwira tinggi militer dan menjanjikan uang untuk siapapun yang membantu menangkap Jendral Zahedi. Ketika sang jendral bersembunyi, Syah Reza melarikan diri ke Baghdad lalu ke Roma.
Foto: tourjan
Kemenangan Semu Mossadegh
Merasa sudah menang, tiga hari usai kudeta Mossadegh memerintahkan pendukungnya untuk berdiam di rumah dan mencegah eskalasi kekerasan di Teheran. Dia meyakini Syah Reza berkomplot dengan Inggris untuk menjatuhkannya. Namun Mossadegh tidak mengetahui keterlibatan CIA dan tidak menyangka akan adanya upaya kudeta kedua.
Foto: snn.ir
Manuver Gelap Sulut Kerusuhan
Pada 19 Agustus agen CIA Roosevelt menyulut demonstrasi massal di Teheran dengan membayar sekelompok orang agar menyamar sebagai pendukung partai komunis. Mereka mengajak simpatisan Partai Tudeh lain untuk bergabung dan menghancurkan segala sesuatu yang melambangkan kapitalisme. Penduduk Teheran yang marah lalu membuat demonstrasi tandingan di hari yang sama.
Foto: aftabnews.ir
Bola Salju Oposisi
Tanpa perlawanan dari pendukung Mossadegh, para demonstran membanjiri jalan ibukota menuntut kepulangan Syah. Popularitas Mossadegh mulai runtuh menyusul krisis ekonomi. Pada akhirnya banyak perwira kepolisian dan militer yang bergabung dengan kelompok oposisi sokongan CIA.
Foto: aftabnews.ir
Zahadi Kembali dengan Tank
Pada hari yang sama Jendral Zahadi memerintahkan pasukannya memasuki Teheran dengan kendaraan lapis baja. Massa yang mendapat angin menyerbu rumah Mossadegh hingga tercipta pertempuran dengan pendukung perdana menteri. 200 orang meninggal dunia pada hari itu. Mossadegh mencoba melarikan diri dari rumahnya. Dia lalu menyerahkan diri ke militer lima hari kemudian.
Foto: aftabnews.ir
Kepulangan Syah Reza Pahlevi
Atas restu Washington, Syah Reza pulang dari Roma pada 22 Agustus. Di Teheran dia membentuk pemerintahan militer yang otoriter. Dengan bantuan AS pula dia membangun dinas kepolisian rahasia, SAVAK. Syah Reza juga mencabut kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak. Pada akhirnya hampir separuh konsesi perminyakan berpindah dari tangan Inggris ke perusahaan AS.
Foto: picture-alliance/akg-images/H. Vassal
Akhir Pahit Mossadegh
Mossadegh yang menjalani masa tahanan didakwa dengan tuduhan pengkhianatan dan divonis tiga tahun penjara. Usai bebas pada Desember 1956 dia mengurung diri di kediaman pribadinya di Ahmad Abad, di bawah pengawasan SAVAK. Mossadegh tidak lagi diizinkan keluar rumah atau desanya sendiri. Dia meninggal dunia pada 5 Maret 1967. (rzn/ap)
Foto: picture-alliance/Everett Collection
16 foto1 | 16
Analis politik Bangladesh, Zahed Ur Rahman, tidak melihat adanya kebutuhan untuk mengikutsertakan partai Hasina dalam proses reformasi di negara ini.
"Saya percaya bahwa memasukkan Liga Awami, partai yang benar-benar menghancurkan semua institusi negara, dalam rencana dan pelaksanaan reformasi adalah hal yang konyol," katanya kepada DW.
"Namun saya kira jika partai ini tidak dilarang, melarangnya untuk ikut serta dalam pemilihan umum mendatang akan menimbulkan pertanyaan."
Rahman berpikir bahwa tidak ada kesempatan bagi Hasina untuk melihat kebangkitan partainya selama hidupnya.