1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaLibya

Banjir Libya: 5.000 Orang Masih Dinyatakan Hilang

13 September 2023

Banjir mematikan yang dipicu oleh badai dahsyat di Libya timur sebabkan 2.300 orang tewas dan sekitar 5.000 orang masih dinyatakan hilang.

Banjir besar di Libya.
Seperempat bagian dari kota pesisir Derna telah tersapu oleh banjirFoto: Jamal Alkomaty/AP Photo/picture alliance

Sedikitnya 2.300 orang tewas di sebuah kota, wilayah Libya timur, setelah badai dahsyat menyebabkan banjir besar pada akhir pekan lalu, demikian laporan layanan darurat setempat pada Selasa (12/09).

Para pejabat setempat mengatakan masih ada sekitar 5.000 orang dengan status hilang di kota Derna, yang berpenduduk sekitar 125.000 orang.

"Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana, di laut, di lembah-lembah, di bawah gedung-gedung," kata Hichem Abu Chkiouat, Menteri Perhubungan Sipil pemerintahan yang menguasai wilayah timur, kepada Reuters.

"Saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan bahwa 25% dari kota ini telah lenyap. Banyak sekali bangunan yang runtuh," tambahnya.

Tim penyelamat mulai bekerja

Sebuah tim dari layanan darurat Libya telah ditempatkan di Derna sejak Senin (11/09), kata Osama Ali, juru bicara layanan darurat yang berbasis di Tripoli, kepada kantor berita AFP.

Tim penyelamat telah mulai mengambil ratusan mayat yang tertimbun reruntuhan, setelah hujan lebat selama akhir pekan menyebabkan bendungan jebol dan menghanyutkan seluruh distrik.

Derna mengalami kehancuran yang meluas, ketika banjir bandang menggenangi seluruh wilayahFoto: Planet Labs PBC/AP/picture alliance

"Jumlah korban tewas sangat besar dan mungkin mencapai ribuan," kata Tamer Ramadan, kepala delegasi IRFC di Libya, kepada para wartawan pada hari Selasa (12/09).

"Kami dapat mengonfirmasi dari sumber informasi independen kami bahwa jumlah orang yang hilang mencapai 10.000 orang sejauh ini," tambahnya.

Tiga sukarelawan dari Bulan Sabit Merah Libya sampai kehilangan nyawa mereka, "ketika sedang bertugas," tulis kepala IFRC Jagan Chapagain di akun X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Sementara itu, Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths juga menulis di akun X-nya bahwa tim-tim darurat juga telah dimobilisasi untuk membantu di lapangan.

Uni Eropa menjanjikan bantuan

Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan bahwa pihaknya terus mengikuti situasi terkini di Libya dengan seksama dan siap untuk memberikan bantuan.

"Sedih melihat foto-foto kehancuran di Libya, yang dirusak oleh kondisi cuaca ekstrem, dan menyebabkan banyak nyawa menghilang," tulis Borrell.

Kanselir Jerman Olaf Scholz turut menyampaikan belasungkawanya kepada para korban yang terkena dampak bencana tersebut, dan mengatakan bahwa situasinya sangat mengerikan. "Kami sedang melakukan kontak dengan PBB dan para mitra tentang kemungkinan adanya bantuan," tulisnya di X.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani juga menulis di X bahwa pihaknya akan menanggapi permintaan bantuan, dan menambahkan bahwa "tim penilai sedang dalam perjalanan, dikoordinasikan oleh unit perlindungan sipil kami."

Turki telah mengirimkan pesawat yang membawa petugas penyelamat dan Uni Emirat Arab juga berjanji untuk melakukannya. Aljazair dan Mesir juga turut menyampaikan belasungkawa mereka kepada masyarakat di negara Afrika Utara tersebut.

Arus banjir yang kuat sampai menyeret mobil-mobil ke tepi kota DernaFoto: Libyan government/AP Photo/picture alliance

Ketidakpastian terjadi di tengah negara yang terpecah belah

Libya terbagi antara dua pemerintahan yang saling bersaing di bagian barat dan timur.

Kota pelabuhan Derna di bagian timur, yang pernah dikuasai oleh para ekstremis Islam pada tahun-tahun setelah penggulingan Moammar Gadhafi, adalah salah satu wilayah yang terkena dampak terparah.

Bagian barat dikuasai oleh pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli, sementara bagian timur dikendalikan oleh pemerintahan yang terpisah.

Para pejabat di pemerintahan bagian timur Libya mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang pada hari Selasa (12/09) dan diprediksi akan terus bertambah.

Pihak berwenang juga telah mengatakan pada Senin (11/09) bahwa mereka khawatir setidaknya 2.000 orang telah tewas, meskipun belum ada perhitungan yang mendasari angka tersebut. Pemerintah di Tripoli juga belum mengeluarkan jumlah angka kematian resmi.

Kekacauan dan perpecahan dalam pemerintahan di negara yang kaya akan minyak itu, telah lama meninggalkan kota-kota dengan struktur yang runtuh dan juga tidak memadai.

kp/rs (Reuters, AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait