Banjir mematikan yang dipicu oleh badai dahsyat di Libya timur sebabkan 2.300 orang tewas dan sekitar 5.000 orang masih dinyatakan hilang.
Iklan
Sedikitnya 2.300 orang tewas di sebuah kota, wilayah Libya timur, setelah badai dahsyat menyebabkan banjir besar pada akhir pekan lalu, demikian laporan layanan darurat setempat pada Selasa (12/09).
Para pejabat setempat mengatakan masih ada sekitar 5.000 orang dengan status hilang di kota Derna, yang berpenduduk sekitar 125.000 orang.
"Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana, di laut, di lembah-lembah, di bawah gedung-gedung," kata Hichem Abu Chkiouat, Menteri Perhubungan Sipil pemerintahan yang menguasai wilayah timur, kepada Reuters.
"Saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan bahwa 25% dari kota ini telah lenyap. Banyak sekali bangunan yang runtuh," tambahnya.
Tim penyelamat mulai bekerja
Sebuah tim dari layanan darurat Libya telah ditempatkan di Derna sejak Senin (11/09), kata Osama Ali, juru bicara layanan darurat yang berbasis di Tripoli, kepada kantor berita AFP.
Iklan
Tim penyelamat telah mulai mengambil ratusan mayat yang tertimbun reruntuhan, setelah hujan lebat selama akhir pekan menyebabkan bendungan jebol dan menghanyutkan seluruh distrik.
"Jumlah korban tewas sangat besar dan mungkin mencapai ribuan," kata Tamer Ramadan, kepala delegasi IRFC di Libya, kepada para wartawan pada hari Selasa (12/09).
"Kami dapat mengonfirmasi dari sumber informasi independen kami bahwa jumlah orang yang hilang mencapai 10.000 orang sejauh ini," tambahnya.
Tiga sukarelawan dari Bulan Sabit Merah Libya sampai kehilangan nyawa mereka, "ketika sedang bertugas," tulis kepala IFRC Jagan Chapagain di akun X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sementara itu, Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths juga menulis di akun X-nya bahwa tim-tim darurat juga telah dimobilisasi untuk membantu di lapangan.
Uni Eropa menjanjikan bantuan
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan bahwa pihaknya terus mengikuti situasi terkini di Libya dengan seksama dan siap untuk memberikan bantuan.
"Sedih melihat foto-foto kehancuran di Libya, yang dirusak oleh kondisi cuaca ekstrem, dan menyebabkan banyak nyawa menghilang," tulis Borrell.
Kanselir Jerman Olaf Scholz turut menyampaikan belasungkawanya kepada para korban yang terkena dampak bencana tersebut, dan mengatakan bahwa situasinya sangat mengerikan. "Kami sedang melakukan kontak dengan PBB dan para mitra tentang kemungkinan adanya bantuan," tulisnya di X.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani juga menulis di X bahwa pihaknya akan menanggapi permintaan bantuan, dan menambahkan bahwa "tim penilai sedang dalam perjalanan, dikoordinasikan oleh unit perlindungan sipil kami."
Turki telah mengirimkan pesawat yang membawa petugas penyelamat dan Uni Emirat Arab juga berjanji untuk melakukannya. Aljazair dan Mesir juga turut menyampaikan belasungkawa mereka kepada masyarakat di negara Afrika Utara tersebut.
Ketidakpastian terjadi di tengah negara yang terpecah belah
Libya terbagi antara dua pemerintahan yang saling bersaing di bagian barat dan timur.
Kota pelabuhan Derna di bagian timur, yang pernah dikuasai oleh para ekstremis Islam pada tahun-tahun setelah penggulingan Moammar Gadhafi, adalah salah satu wilayah yang terkena dampak terparah.
Bagian barat dikuasai oleh pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli, sementara bagian timur dikendalikan oleh pemerintahan yang terpisah.
Para pejabat di pemerintahan bagian timur Libya mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang pada hari Selasa (12/09) dan diprediksi akan terus bertambah.
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
Pihak berwenang juga telah mengatakan pada Senin (11/09) bahwa mereka khawatir setidaknya 2.000 orang telah tewas, meskipun belum ada perhitungan yang mendasari angka tersebut. Pemerintah di Tripoli juga belum mengeluarkan jumlah angka kematian resmi.
Kekacauan dan perpecahan dalam pemerintahan di negara yang kaya akan minyak itu, telah lama meninggalkan kota-kota dengan struktur yang runtuh dan juga tidak memadai.