1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Bank Dunia Memperingatkan Stagflasi Ancam Ekonomi Global

8 Juni 2022

Risiko stagflasi seperti pada 1970-an diprediksi akan terjadi pada tahun-tahun mendatang di tengah melonjaknya harga komoditas. Negara-negara berkembang diperkirakan menjadi beberapa yang paling terdampak.

Logo Bank Dunia
Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9% untuk 2022Foto: ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP

Bank Dunia pada Selasa (07/06) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2022 lebih dari satu poin persentase. Organisasi tersebut menyuarakan keprihatinan seputar risiko "stagflasi", campuran antara inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang lamban.

"Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.

Apa prediksi Bank Dunia?

Bank Dunia memangkas pertumbuhan menjadi 2,9% tahun ini. Sebelumnya pada Januari, lembaga itu memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berada di angka 4,1% untuk 2022.

Badan tersebut juga memperkirakan pertumbuhan hanya 3% untuk tahun 2023 dan 2024.

Lebih lanjut, Bank Dunia memproyeksi harga minyak akan melonjak 42% tahun ini, sementara harga komoditas non-energi diprediksi akan naik sebesar 18%.

Bank Dunia membandingkan kenaikan harga saat ini dengan guncangan minyak tahun 1970-an.

Bank Dunia membandingkan ancaman stagflasi saat ini dengan krisis energi tahun 1970-anFoto: DANIEL SLIM/AFP/Getty Images

Dalam laporan Prospek Ekonomi Global, Bank Dunia menyebut perang di Ukraina telah memperbesar perlambatan ekonomi global, yang sekarang memasuki "periode pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang berlarut-larut." 

Badan tersebut juga memperingatkan prospek masih bisa menjadi lebih buruk lagi. "Pertumbuhan yang lemah kemungkinan akan bertahan sepanjang dekade karena investasi yang lemah di sebagian besar dunia," kata Malpass.

"Dengan inflasi yang sekarang berjalan pada level tertinggi selama beberapa dekade di banyak negara dan pasokan diperkirakan tumbuh lambat, ada risiko inflasi akan tetap lebih tinggi lebih lama."

Apa penyebab stagflasi?

Malpass mengatakan bahwa pertumbuhan global dipengaruhi oleh perang di Ukraina, pembatasan kegiatan masyarakat akibat COVID-19 di Cina, dan gangguan rantai pasokan.

Invasi Rusia ke Ukraina sangat mengganggu perdagangan global energi dan gandum, memukul ekonomi global yang telah pulih dari pandemi virus corona.

Harga komoditas telah melonjak, mengancam keterjangkauan di negara-negara berkembang. "Ada risiko parah kekurangan gizi dan kelaparan yang semakin dalam dan bahkan kelaparan," kata Malpass.

rs/ha (AP, AFP, Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait