1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Bantah Rusia, Zelenskyy Kecam Tuduhan 'Bom Kotor'

24 Oktober 2022

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan hanya Rusia yang memiliki rencana untuk menggunakan senjata nuklir di Eropa, menanggapi tuduhan penggunaan “bom kotor” oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa hanya Rusia yang mampu menggunakan senjata nuklir di EropaFoto: Ukrainian Presidential Press Office/ZUMA Press/picture alliance

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengecam tuduhan Rusia yang menyebut Ukraina tengah merencanakan aksi provokasi menggunakan "bom kotor", seperti yang dituduhkan oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu saat melakukan panggilan telepon dengan rekan-rekan NATO.

"Jika Rusia menelepon dan mengatakan bahwa Ukraina diduga tengah mempersiapkan sesuatu, itu berarti satu hal: Rusia telah menyiapkan semua ini. Saya percaya bahwa saat ini dunia harus bereaksi sekeras mungkin," kata Zelenskyy.

Presiden Ukraina itu juga mengatakan bahwa hanya Rusia yang mampu menggunakan senjata nuklir di Eropa.

"Jika ada yang dapat menggunakan senjata nuklir di wilayah Eropa ini, hanya ada satu sumber, dan sumber itu adalah sumber yang telah memerintahkan rekan Shoigu untuk menelepon sana-sini," tambah Zelenskyy.

Sebelumnya pada hari Minggu (23/10), Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba telah mengecam tuduhan Moskow yang "tidak masuk akal" dan "berbahaya". Kuleba mengatakan bahwa "pihak Rusia sering menuduh pihak lain atas apa yang mereka rencanakan sendiri.”

Perdamaian tidak bisa "direbut oleh kekuatan Rusia," kata Presiden PrancisFoto: PIROSCHKA VAN DE WOUW/REUTERS

Macron bicara soal perdamaian

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan kekhawatiran bahwa pembicaraan apapun mengenai perdamaian antara Ukraina dan Rusia dapat dianggap sebagai kurangnya dukungan terhadap para pendahulu. Macron mengungkapkannya saat konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio Italia, sebuah kelompok perdamaian dan kegiatan amal di seluruh dunia, dalam kunjungan kerjanya ke Italia.

"Berbicara tentang perdamaian saat ini, menyerukan perdamaian, mungkin tampak tak tertahankan bagi mereka yang berjuang untuk kebebasan, itu tampak seperti bentuk pengkhianatan (bagi Ukraina)," kata Macron. Namun, perdamaian tidak bisa "direbut oleh kekuatan Rusia. Perdamaian juga tidak bisa menjadi penyucian hukum yang terkuat, juga tidak bisa menjadi gencatan senjata (untuk menandai) suatu keadaan," tambahnya.

Macron mengungkapkan bahwa ini semua tergantung pada Ukraina untuk memutuskan kapan dan apa saja persyaratan perdamaiannya dengan Rusia. Presiden Prancis itu juga menambahkan bahwa masyarakat internasional akan bersama Ukraina saat itu terjadi.

Macron juga merujuk kepada Gereja Ortodoks Rusia, untuk meminta mereka melawan tekanan dan manipulasi dari para otoritas Rusia, atas pembenaran mereka melakukan perang melawan Ukraina.

"Kami tahu betul bagaimana agama Ortodoks saat ini dimanipulasi oleh mereka yang berkuasa di Rusia untuk membenarkan tindakan mereka," kata Macron. "Perlawanan dibutuhkan di sini."

Menhan Rusia dan sekutu Barat bahas Ukraina

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan kepada Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace pada hari Minggu (23/10) bahwa Moskow khawatir Kyiv tengah merencanakan penggunaan "bom kotor" di Ukraina.

Tuduhan tersebut dibuat oleh Moskow, tanpa memberikan bukti yang membenarkan tuduhan mereka itu. "Bom kotor" yang dimaksud itu mengacu pada alat peledak konvensional yang menyebarkan bahan radioaktif.

Wallace "membantah" tuduhan Moskow bahwa negara-negara Barat telah memfasilitasi eskalasi perang yang direncanakan di Ukraina. "Menteri pertahanan membantah klaim ini dan memperingatkan bahwa tuduhan semacam itu tidak bisa digunakan sebagai dalih untuk aksi eskalasi yang lebih besar," kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan, dan menegaskan bahwa Moskow yang telah meminta pembicaraan tersebut.

Shoigu juga telah menyebutkan tuduhan "bom kotor" itu sebelumnya dalam sebuah panggilan telepon dengan menteri pertahanan Prancis dan Turki. Dia juga kemudian berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa tuduhan Rusia itu "tidak masuk akal" dan "berbahaya."

"Pertama, Ukraina adalah anggota Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) yang berkomitmen. Kami tidak memiliki 'bom kotor' atau berencana untuk mendapatkannya. Kedua, Rusia sering menuduh pihak lain atas apa yang mereka rencanakan sendiri," cuit Kuleba di Twitter.

Ada kekhawatiran bahwa Moskow mungkin akan menggunakan senjata nuklir taktisnya di Kyiv, di mana serangan balasan oleh Ukraina telah memaksa unit Rusia untuk bertahan.

Saat pemadaman listrik berlanjut, pasukan Rusia di Kherson Ukraina mendesak warga sipil untuk mengungsiFoto: Dmitry Marmyshev/TASS/IMAGO

Rusia tarik militernya dari Kherson

Institut Studi Perang (ISW) mengatakan bahwa pimpinan militer Rusia telah menarik para perwiranya keluar dari kota Kherson, wilayah Ukraina selatan. Sebuah kemajuan yang diharapkan oleh pasukan Ukraina.

Organisasi Think Tank mengatakan bahwa para perwira Rusia tengah dipindahkan ke tepi timur Sungai Dnieper, sementara pasukan yang baru dimobilisasi dan kurang berpengalaman akan menetap di sisi barat untuk memperlambat serangan balasan Ukraina.

Kherson merupakan ibu kota wilayah yang secara ilegal telah dianeksasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu. Kota tersebut telah dikuasai oleh Moskow sejak awal invasinya ke Ukraina. Pada hari Sabtu (22/10), otoritas setempat yang dikerahkan oleh Rusia mengatakan kepada warganya untuk segera mengungsi.

Militer Ukraina mengatakan hari Minggu (23/10) bahwa pasukan Rusia saat ini sebagian besar dalam posisi bertahan, tetapi akan terus menargetkan infrastruktur energi dan melancarkan serangan ke beberapa kota di Donbas timur.

Ukraina memohon kepada sekutu untuk menyediakan sistem pertahanan udaraFoto: Ukrainian Presidency/abaca/picture alliance

Zelenskyy bersumpah untuk menjatuhkan rudal Rusia

Ketika Rusia terus menyerang jantung infrastruktur sipil Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah bersumpah bahwa militernya akan terus meningkatkan sistem pertahanan udara Ukraina untuk melawan kiriman rudal-rudal Rusia ke negaranya.

Zelenskyy berkata, "Serangan berbahaya terhadap fasilitas (Ukraina) yang sangat penting itu merupakan taktik khas teroris." Zelenskyy juga menambahkan bahwa, "dunia dapat dan harus menghentikan teror ini."

Serangan udara terbaru juga telah menyebabkan pemadaman listrik di banyak bagian negara Ukraina. Dalam video pidatonya, Zelenskyy menyatakan bahwa pada hari Sabtu (22/10), pasukan Ukraina telah menjatuhkan setidaknya 20 rudal Rusia dan lebih dari 10 drone buatan Iran. Sebelumnya, angkatan udara Ukraina juga telah mengonfirmasi bahwa dari total 33 rudal yang ditembakkan ke Ukraina oleh Rusia, 18 rudal telah ditembak jatuh.

kp/ha (AP, AFP, dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait