Bantuan Bagi Afrika Terlalu Sedikit dan Terlambat
27 Juli 2011Bencana kelaparan di Afrika menjadi sorotan media internasional kali ini. Harian Italia liberal kiri La Repubblica dalam tajuknya mengomentari bencana kelaparan di Somalia: Terlalu sedikit, dan terlambat. Ini sepertinya ketakutan terbesar organisasi-organisasi kemanusiaan, dan tuntutan yang tidak kentara serta benang merah yang menghubungkan seluruh penjelasan mereka mengenai bencana kelaparan di Tanduk Afrika. Setelah pertemuan di Roma, PBB dan negara-negara donor sekarang kembali berjanji untuk bertemu lagi - minggu depan di Nairobi. Tetapi bagi para relawan setempat ini hanya berarti kembali ditundanya bentuk bantuan aktif bagi sebuah krisis yang sudah lama diumumkan dan dilupakan selama berbulan-bulan.
Harian Jerman Süddeutsche Zeitung juga menulis mengenai bencana kelaparan di Afrika timur: Kata-kata dan gerak-gerik dunia internasional menunjukan kepanikan, karena sudah lama situasi di Afrika belum pernah separah ini. Tetapi kepanikan harus diikuti dengan pertolongan yang cepat, bantuan yang dijanjikan dalam pertemuan PBB di Roma harus mengalir. Ini belum tentu terjadi. Dana bantuan sering dijanjikan dalam berbagai pertemuan tingkat tinggi, tetapi sesaat setelah tekanan umumnya berkurang, dana ini tidak dikeluarkan oleh pihak-pihak yang mau memberi. Dunia internasional sudah lama menyerah dalam kasus Somalia, paling lambat setelah kejadian yang disebut "Pertempuran di Mogadishu", ketika prajurit-prajurit helm biru PBB dan tentara Amerika Serikat bertarung melawan militan Somalia, dan 18 prajurit AS tewas. Setelah kejadian ini, segala inisiatif politik bagi Somalia berjalan lambat. Tetapi ini berarti tidak memberikan bantuan.
Bencana kelaparan di Tanduk Afrika juga dikomentari oleh harian Perancis Le Midi Libre. Harian yang terbit di Perancis selatan ini menulis: Apakah semua masih berjalan dengan benar di dunia ini? Pihak-pihak bertanggung jawab di muka bumi ini mencoba menyelamatkan Yunani dengan dana milyaran euro. Amerika Serikat mempunyai hutang segunung. Perancis kewalahan dengan anggaran rumah tangganya. G-20, G-12, G-8. Semua didiskusikan. Semua hal, selain seruan minta tolong "saya lapar!". Masyarakat kita tenggelam dalam logika ekonominya, sehingga tidak mendengar keluhan di Tanduk Afrika. Dua belas juta orang menderita kelaparan, 350 ribu terancam bahaya kelaparan akut. Tetapi skandal kemanusiaan ini hampir tidak mempunyai dampak terhadap perekonomian dunia. Somalia bisa meninggal dengan tenang, lembaga rating tidak akan datang, untuk menurunkan status bencana kelaparannya.
Selain bencana kelaparan di Afrika, tema lain yang juga dikomentari oleh berbagai harian internasional adalah ancaman bankrut Amerika Serikat. Harian Spanyol El País menulis: Ketidakmampuan membayar dapat melemahkan perekonomian sang adidaya yang sakit ini, dan ini merupakan mimpi buruk politis dan logistik. Ini juga akan menunjukkan pertanda serius kepada sistem keuangan global, yang sudah terbebani oleh krisis hutang Eropa. Dialog suram antara kubu demokrat dan republik yang tidak membuahkan hasil, merupakan gejala meresahkan terkait perubahan kerangka politik AS. Ini juga menunjukkan, bahwa sistem ini terancam kehilangan kemampuan berfungsinya, menyusul kurangnya kesediaan untuk berkompromi dari pihak lawan.
Anggatira Gollmer/afp/dpa
Editor: Hendra Pasuhuk