Orang Indonesia Tak Percaya Manusia Penyebab Perubahan Iklim
16 Mei 2019
Perubahan iklim kini tengah menjadi isu global. Berbagai bahaya pun menanti akibatnya. Survei menyebutkan satu dari lima orang Indonesia tidak percaya bahwa perilaku manusia merupakan penyebab masalah perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Mauder
Iklan
Survei yang dilakukan sebuah komunitas global yakni YouGov, menyebutkan bahwa 18 persen orang Indonesia meyakini bahwa perilaku manusia bukanlah penyebab perubahan iklim saat ini. Sementara 6 persen lainnya percaya bahwa iklim di dunia tidaklah berubah. Survei tersebut dilaksanakan YouGov dalam kurun 28 Februari hingga 26 Maret silam.
Indonesia sendiri menempati peringkat pertama sebagai Negara yang membantah terjadinya perubahan iklim terkait alsan tersebut dari 23 negara yang dilakukan survey. 25 persen orang Indonesia percaya manusia menjadi aktor utama terjadinya perubahan iklim, 29 peren menyatakan factor lain yang mnjadi penyebab, dan 21 persen sisanya menjawab tidak tahu.
Kreatif, Aksi Protes Perubahan Iklim "Extinction Rebellion"
Aktivis lingkungan di London dan kota-kota lain belakangan menggelar aksi-aksi kreatif memprotes politik perubahan iklim yang dianggapnya terlalu lambat. Apa saja bentuk aksi kelompok "Extinction Rebellion"?
Foto: Reuters/S. Dawson
Selamatkan Bumi!
Mulai 15 April lalu, kelompok aktivis lingkungan Extinction Rebellion menggelar unjuk rasa dengan turun ke jalan-jalan di pusat kota London dan melumpuhkan lalu lintas. Mereka menuntut agar pemerintah segera mengumumkan keadaan darurat iklim dan ekologis. Mereka menuntut para pengambil kebijakan untuk memutuskan reduksi emisi gas rumah kaca menjadi nol sampai tahun 2025.
Foto: Reuters/P. Nicholls
Protes kreatif
Extinction Rebellion didirikan tahun lalu oleh para akademisi di Inggris, dan menjadi salah satu gerakan pro lingkungan yang tumbuh paling cepat di dunia. Tujuan mereka adalah memprotes kelambanan politik perubahan iklim dengan lantang, namun dengan cara yang kreatif dan tanpa kekerasan.
Foto: Reuters/P. Nicholls
Dukungan dari istana?
Harry dan Meghan diberitakan bersimpati pada gerakan ini, sekalipun tidak benar-benar mengambil bagian dalam aksi duduk di Jembatan Waterloo di London pada 18 April. Para demonstran menggunakan ketenaran kedua anggota keluarga kerajaan ini untuk menarik simpati yang lebih luas.
Foto: Reuters/P. Nicholls
Mengikat diri ke kereta api
Para aktivis menggunakan berbagai metode protes yang tidak biasa untuk menarik perhatian maksimal dan menyampaikan pesan mereka. Sepanjang minggu, para pemrotes naik ke atas bus, menyerobot masuk ke gedung-gedung besar dan memborgol diri mereka di sana, dan merantai diri mereka ke kereta api.
Foto: Reuters/H. Nicholls
Pembangkangan sipil
Aksi-aksi protes ini sebagian memang bertujuan melumpuhkan kehidupan publik guna mendapat perhatian luas. Polisi sempat menahan lebih 800 orang di kota London saja. Jajak pendapat YouGov menunjukkan, hanya 36% dari responden yang jumlahnya lebih dari 3.500 mendukung protes, 52% menentang.
Foto: Reuters/H. Nicholls
Aksi protes menyebar
Aksi protes Extinction Rebellion dimulai di London, tetapi gerakan ini juga mulai menyebar ke kota-kota besar lainnya di seluruh dunia. Pada 15 April, para aktivis di Jembatan Oberbaum di Berlin memblokir lalu lintas selama berjam-jam.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Soeder
Mengubah taktik
Pada 21 April, komite aksi di London mengatakan mereka bersedia mengubah taktik dan berdialog dengan pemerintah. "Kami memberi mereka kesempatan untuk datang sekarang dan berbicara kepada kami," kata juru bicara James Fox. "Jika mereka menolak ... maka (aksi) ini akan berlanjut dan dan akan meningkat." (Ed.: hp/ml)
Foto: picture-alliance/Pacific Press/E. McGregor
7 foto1 | 7
Arab merupakan Negara kedua yang 16 persen penduduknya juga percaya bahwa manusia bukan penyebab terjadinya perubahan iklim, disusul Amerika sebesar 13 persen, Afrika Selatan 11 persen, Meksiko 10 persen, dan Mesir 10 persen.
Untuk di Indonesia sendiri survey diambil dari sebanyak 1.001 responden. Dalam rilis resminya, YouGov melakukan beberapa kateogori dalam surveynya. Dalam kategori yang menyatakan pemanasan global merupakan teori konspirasi, 8 persen orang Indonesia mendukung pernyataan tersebut. Kemudian, 87 persen orang Indonesia lebih memilih membeli produk dalam negeri dibandingkan produk impor, dan 93 persen orang Indonesia juga lebih memilih untuk membeli produk ramah lingkungan.
Brazil dan Turki sebanyak 55 persen penduduknya yakin perubahan iklim saat ini disebabkan oleh perilaku manusia, disusul oleh Italia sebesar 48 persen. 34 persen dari 1.497 responden di Jerman juga yakin bahwa perubahan iklim kini disebabkan oleh manusia.
Sebagai perbandingan dengan Negara tetanggaThailand, hanya 6 persen dari penduduk Negeri Gajah Putih ini yang tidak percaya bahwa manusia adalah penyebab perubahan iklim, 78 persen lebih memilih membeli produk dalam negeri, dan 88 persen memilih untuk membeli produk ramah lingkungan.
Apa yang Anda ketahui tentang perubahan iklim?
Perubahan iklim menjadi satu tema yang kerap dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Sejauh mana Anda tahu tentang masalah yang berdampak besar bagi kita semua ini?
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
Pertanyaan:
Berapa derajat Bumi menjadi lebih hangat sejak masa pra-industri?
Foto: picture-alliance/dpa
Jawaban:
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim IPCC, suhu rata-rata di bumi telah meningkat 0,8 derajat Celcius sejak 1850. Dinas metereologi Inggris Met Office menyebut, suhu akan meningkat 1 derajat pada akhir 2015. Para pakar mengatakan, kenaikan suhu sampai 2 derajat dapat mengundang bencana besar. Namun banyak ahli juga mengatakan, 1,5 derajat sudah melampaui ambang risiko.
Foto: DW/G. Rueter
Pertanyaan:
Dampak apa yang akan timbul jika suhu bumi meningkat 2 derajat pada tahun 2100?
Foto: DW/K.Hasan
Jawaban:
Hingga 3 juta orang di wilayah pesisir akan terancam banjir. Dan diperkirakan sekitar 250 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat perubahan iklim. Sampai 2 miliar warga dunia akan menghadapi kekurangan air. Jika suhu meningkat 1 derajat sampai akhir abad ini, 20 sampai 30 persen spesies mahluk hidup bisa punah, karena tidak mampu beradaptasi dengan cepat.
Foto: picture-alliance/AP/T. Gutierrez
Pertanyaan:
Apa yang menyebabkan efek rumah kaca?
Foto: IRNA
Jawaban:
Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak atau bensin, yang sebagian besar untuk produksi listrik dan transportasi, menghasilkan karbon dioksida. Ketika mencapai bagian atas atmosfer, karbon dioksida akan mengikat panas. Proses ini menjadikan suhu meningkat dan menyebabkan perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/AP/M. Meissner
Pertanyaan:
Negara mana yang paling terkena dampak cuaca ekstrim?
Foto: Reuters
Jawaban:
Menurut indeks risiko iklim global yang dikeluarkan oleh Germanwatch, antara tahun 1995 sampai 2014, negara-negara berkembang seperti Honduras, Myanmar dan Haiti yang paling menderita akibat banjir, badai dan gelombang panas. Negara yang paling terpukul akibat perubahan iklim di tahun 2014 adalah Afghanistan, Serbia, Bosnia dan Herzegovina.
Foto: Reuters
Pertanyaan:
Apa hubungan antara perubahan iklim dan kenaikan tingkat keasaman laut?
Foto: imago/OceanPhoto
Jawaban:
Satu proses kimia berlangsung saat laut dan samudra menyerap peningkatan karbon dioksida dari atmosfer. Proses ini mengubah tingkat pH air laut. Peningkatan pH ini akan menurunkan kemampuan hidup makhluk laut seperti kerang. Hal ini akan mempengaruhi seluruh rantai makanan di laut, yang mana manusia juga tergantung padanya.
Foto: XL Catlin Seaview Survey
Pertanyaan:
Moda transportasi apa yang paling ramah lingkungan: mobil, kereta api, bus atau pesawat terbang?
Foto: picture-alliance/dpa/L. van Lieshout
Jawaban:
Terbang dengan pesawat komersial dari Bandung ke Denpasar, yang berjarak sekitar 900 km, menghasilkan sekitar 250 kg CO2. Untuk jarak yang sama, satu mobil VW golf menghasilkan 180 kg emisi dan bus sekitar 30 kg. Sementara untuk menempuh jarak 900 km, kereta api hanya menghasilkan 11 kg CO2.
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
12 foto1 | 12
Berlakukan pajak karbon
Dari survey tersebut, Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Nur Hidayati, dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya masyarakat Indoeisa sudah menyadari akan adanya ancaman perubahan iklim, walaupun tidak sepenuhnya memahami penyebab perubahan iklim tersebut. Dilihat dari angka 53 persen yang dirasa oleh Nur cukup tinggi, menjadi awalan yang baik untuk diberikan pendidikan dan pemahaman lebih lanjut mengenai isu ini. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses perubahan iklim.
"Apalagi yang tidak percaya bahwa perubahan iklim adalah akibat perbuatan manusia jumlahnya besar. Ini akan jadi kerja keras untuk memberi pemahaman dan selanjutnya dalam upaya mitigasi atau penurunan emisi gas rumah kaca,” ujar Nur saat diwawancarai DW Indonesia.
Avani Cegah Bumi Jadi Planet Plastik
Indonesia tercatat sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia, Sebuah perusahaan peduli lingkungan di Bali tak ingin melihat Bumi Indonesia jadi rusak akibat sampah plastik. Apa yang dilakukannya?
Foto: Avani-Eco 2017
Dari darat ke lautan
80 persen sampah plastik di lautan berasal dari daratan. Tempat penampungan sampah terbuka menyebabkan sampah bisa terbawa angin. Lewat sungai, sampah kemudian sampai ke lautan. Rata-rata kantung plastik digunakan hanya 25 menit. Tetapi untuk hancur dan terurai di alam dibutuhkan hingga 500 tahun.
Foto: Avani-Eco
Gerakan 3R? Tidak cukup
Seorang pengusaha di Bali merasa muak terhadap maraknya sampah plastik yang mengotori Pulau Dewata. Kevin Kumala mencoba untuk mengatasi masalah tersebut dengan mencari solusi alternatif untuk menggantikan plastik konvensional. Baginya, plastik yang bisa terurai akan melengkapi gerakan 3R: Reduce, Reuse, Recycle. Ditambah satu R lagi, Replace atau membuat pengganti.
Foto: Avani-Eco 2017
Buat produk ramah lingkungan
Lewat perusahaan Avani Eco, sang pengusaha itu kemudian memproduksi barang-barang unik: tas dari bahan dasar singkong, wadah makanan terbuat dari tebu dan sedotan dibuat dari jagung.
Foto: Avani-Eco 2017
Dasyatnya efek sedotan plastik
Bayangkan jika setiap hari, tiap warga Indonesia yang jumlahnya 250 juta orang menggunakan satu sedotan plastik dan membuangnya setelah sekali pakai. Sedotan yang mungil itu jadi masalah karena jika sampahnya terakumulasi, maka bisa mencapai 5.000 kilometer.
Foto: Avani-Eco 2017
Plastik ekologis
Produk baru diharapkan jadi solusinya, yakni: berbagai produk plastik ekologis. Bahan bakunya berasal dari sumber daya terbarukan. Karena itu dapat terurai dengan cepat menjadi kompos. Walau begitu, plastik ekologis ini juga tidak mudah sobek, bisa dibubuhi cap atau logo perusahaan, dan dapat diproses di mesin pengolah plastik konvensional.
Foto: static1.squarespace.com
Tak meninggalkan residu beracun
Pendiri perusahaaan ramah lingkungan tersebut, Kevin Kumala mengatakan materi produk-produknya dapat terurai di alam dengan relatif cepat dan tidak meninggalkan residu beracun. "Saya seorang penyelam dan peselancar. Selama ini saya banyak melihat sampah plastik ini di depan mata saya," kata Kumala menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk masuk ke bisnis "bioplastik".
Foto: Avani-Eco 2017
Produk paling diminati
Proyeknya dimulai saat masalah sampah plastik makin merajalela di Bali dan Jawa. Berkantor pusat di Bali, dengan pabrik utamanya di pulau Jawa, produk bioplastik Avani Eco mulai dijual pada tahun 2015. Produk yang paling populer adalah tas yang terbuat dari singkong – bahan makanan yang murah dan melimpah di Indonesia - dengan kata-kata "Saya bukan plastik" yang terpampang di tas tersebut.
Foto: Avani-Eco 2017
Bisa diminum
Kevin Kumala yang merupakan lulusan biologi, mengatakan tas kantung palstik ini bahkan juga bisa diminum. Caranya, celupkan tas yang terbuat dari singkong ke dalam segelas air panas. Tas itu kemudian larut dalam air dan bisa langsung diminum. "Jadi, ini memberi harapan kepada hewan laut, mereka tidak lagi tersedak atau tertelan sesuatu yang bisa berbahaya," katanya.
Foto: Avani-Eco
Masih mahal
Produk bioplastik lainnya telah lama ada di pasar, namun United Nations Environment Programme (UNEP) tampak ragu akan industri tersebut. Dalam laporan tahun 2015, Badan PBB itu menyimpulkan bahwa produk bioplastik cenderung lebih mahal dan tidak memainkan peranan utama dalam mengurangi sampah laut. (Ed: Purwaningsih/AS/copyright gambar: Avani Eco)
Foto: Avani-Eco 2017
9 foto1 | 9
Menurut Nur, berdasarkan laporan IPCC tahun 2018, dalam Perjanjian Paris disepakati pembatasankenaikan suhu global berada di rentang 1,5 – 2 derajat celcius, namun kenyataannya tidak demikian. Disitu juga tertulis bahwa 90 persen penyebab perubahan iklim diakibatkan oleh aktivitas manusia.
"Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim bisa dilihat dari beberapa sumber. Pelepasan gas rumah kaca dari aktivitas industri dan lain-lain yang menngunakn bahan bakar fosil dan dari perubahan atau konversi hutan dan deforestasi,” pungkas Nur.
Sementara itu dalam kunjungannya ke Fiji, Sekjen PBB, Antonio Guterres, meminta para pemimpin dunia untuk memberlakukan pajak karbon. Menurutnya hal ini penting untuk memerangi isu perubahan iklim. Pemanasan global dan naiknya permukaan laut mengancam merendam negara-negara yang berada di dataran rendah.
8 Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan Yang Batasi Pemanasan Global
Dari botol plastik nabati sampai pakaian dari bahan dasar susu, di seluruh dunia selalu ada terobosan teknologi yang ramah lingkungan, mengurangi limbah dan membatasi pemanasan global.
Foto: Rod Crimshaw/Solarkiosk
Lapangan sepakbola yang menghasilkan energi
Dengan setiap langkah dan tendangan, pemain sepak bola di Lagos, Nigeria, menyalakan lampu sorot di lapangan itu. Lapangan ini diberi alas khusus penangkap energi kinetik, yang ditransformasikan menjadi listrik. Perusahaan Pavegen yang berbasis di Inggris merancang lapangan sepak bola Lagos ini. Mereka juga memasang instalasi serupa di bandara London dan lapangan publik di Washington D.C.
Foto: Pavegen
Baju dari serat limbah susu
Di Jerman saja, sampai 1,9 juta ton susu terbuang setiap tahunnya. Anke Domaske dan perusahaannya QMilk mengubah limbah susu menjadi serat alami. Untuk itu dia hanya membutuhkan 2 liter air per kilogram, kata Domaske. Sebagai perbandingan, menghasilkan satu kaos katun harus menggunakan sampai 2.700 liter air.
Foto: Jannes Frubel Fotografie
Lapisan panel solar organik
Bagaimana jika setiap bangunan dan mobil bisa menghasilkan energi matahari sendiri? Perusahaan Jerman Heliatek mengembangkan panel surya yang ringan, tipis dan fleksibel seperti selembar plastik film. "Film solar" ini dapat dikombinasikan dengan bahan lain, misalnya kaca atau beton, untuk membuat fasad fungsional buat rumah atau kendaraan. Bahannya bisa didaur ulang.
Foto: Tim Deussen/Heliatek
"Kuda laut" penghasil listrik di lepas pantai Jepang
Di lepas pantai Jepang banyak dibangun tembok beton untuk melindungi pantai dari erosi. Institut Sains dan Teknologi Okinawa ingin menggantinya dengan turbin yang bisa menghasilkan listrik tenaga angin, sekaligus melindungi pantai. Jika turbin "kuda laut" ini dibuat sepanjang 1% pantai Jepang, mereka bisa menghasilkan sebanyak 10 pembangkit listrik tenaga nuklir.
Foto: OIST
Plastik berbasis gula
Ratusan juta botol plastik dibuang setiap hari. Selain menciptakan limbah, produksi plastik bergantung pada bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil. Ahli kimia Belanda Gert-Jan Gruter telah mengembangkan alternatif ramah lingkungan: bioplastik berbasis gula yang tidak memerlukan bahan petrokimia dan benar-benar dapat didaur ulang. Proses ini bisa mengurangi emisi CO2 hingga 70 persen.
Foto: Heinz Troll/EPO
Aspal dari limbah plastik
Limbah plastik saat ini menjadi masalah besar bagi lingkungan. Sebuah perusahaan Inggris mengubah sampah plastik menjadi campuran aspal untuk jalan. Plastik membuat jalan lebih kuat dan tahan lama. Dengan bahan ini, pemerintah menghemat perawatan jalanan dan jutaan ton sampah plastik bisa didaur ulang. Campuran aspal plastik sudah digunakan pada beberapa jalan di Inggris dan Bahrain.
Foto: MacRebur
Kapal Cargo dengan layar canggih
Perusahaan Prancis Zephyr & Borée menggabungkan teknik pelayaran tradisional dengan teknologi energi angin untuk transportasi ramah lingkungan. "Saat ini kita banyak mengkonsumsi produk organik, namun hampir tidak ada perusahaan yang menawarkan transportasi hijau," kata perusahaan perintis itu. Dibandingkan kapal bertenaga bahan bakar, kapal layar ini hasilkan emisi CO2 70 persen lebih sedikit.
Foto: zephy & boree
Warung bertenaga surya
Dua dari tiga orang di sub-Sahara Afrika tidak memiliki akses terhadap listrik, terutama di daerah pedesaan. Sebuah perusahaan Jerman mengembangkan model toko modular yang didukung tenaga surya. Warung percontohan di Kenya ini menyediakan akses internet, pemurnian air dan lemari es. Di sini penduduk setempat juga dapat memindai, mencetak dokumen dan mengisi ulang ponsel mereka. (K. Wecker, hp/vlz)
Foto: Rod Crimshaw/Solarkiosk
8 foto1 | 8
"Wilayah Pasifik berada di garis depan perubahan iklim. Itu berarti Anda juga sekutu penting kami dalam perang melawannya(perubahan iklim),” ujar Guterres dikutip dari laman resmi United Nations News.
Guterres juga menyoroti naiknya suhu yang menyebabkan hilangnya es di kawasan Greenland dan Antartika baru-baru ini. Ia pun menegakan jikalau kondisi ini terus belanjut, pada tahun 2100 mendatang permukaan air laut akan naik satu meter penuh.
Dengan pemberlakuan pajak karbon, penghentian pembangunan pembangkit batubara baru, dan percepatan penutupan pembangkit yang sudah ada, diharap Guterres mampu menjadi solusi dalam memerangi isu perubahan iklim.
rap/ap (dari berbagai sumber)
Tangier, Pulau Yang Sedang Tenggelam
Pulau Tangier di negara bagian Virginia, AS, terancam tenggelam. Pulau ini sudah kehilangan dua pertiga daratannya karena erosi dan naiknya permukaan laut. Pelan tapi pasti, pulau ini suatu saat akan tenggelam.
Foto: DW/Sandy Hausman
Bertahan di atas air
Pulau Tangier terletak di Chesapeake Bay. Sisa bagian yang masih bisa dihuni di pulau ini adalah sebuah jalur sempit yang dikelilingi oleh rawa-rawa. Bagian-bagian ini dihubungkan satu sama lain oleh beberapa jembatan.
Foto: DW/Sandy Hausman
Dataran pipih
Bahkan dari kejauhan, mudah untuk melihat seberapa kritis ketinggian tanah di Tangier dan bangunan di atasnya. Pada titik tertingginya, pulau ini hanya 1,2 meter di atas permukaan air.
Foto: DW/Sandy Hausman
Lumbung kepiting biru
Kepiting biru adalah salah satu alasan mengapa orang dulunya mau tinggal di pulau terpencil ini selama berabad-abad. Banyak penduduk di sekitar Chesapeake Bay memanen kepiting ini.
Foto: DW/Sandy Hausman
Tidak banyak lahan pemukiman
Selama abad terakhir, pulau ini kehilangan sebagian besar lahan pemukimannya. Sekarang di seluruh pulai hanya tersisa lahan seluas 3 kilometer persegi yang bisa dijadikan kawasan pemukiman. Selain dari itu, hanya ada rawa-rawa.
Foto: DW/Sandy Hausman
Tergenang air
Karena sebagian besar pulau begitu rendah, tidak jarang air malah menerobos ke luar melalui saluran pembuangan air.
Foto: DW/Sandy Hausman
Kuburan di atas tanah
Kondisi geografis Tangier yang tidak biasa ini juga memengaruhi cara orang dimakamkan. Orang tidak dimakamkan di bawah tanah, melainkan di atas tanah.
Foto: DW/Sandy Hausman
Masih banyak turis
Masih banyak turis yang datang ke Tangier. Sebagian datang karena memang ingin melihat budaya lokal, yang lain datang untuk melihat bagaimana pulau ini tenggelam secara perlahan-lahan. (Teks: Harald Franzen, Sandy Hausman/hp/yf)