1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Barat Harus Dukung Oposisi Iran

17 Februari 2011

Barat harus mendukung gerakan penentang rezim di Iran. Peristiwa di Teheran akan menentukan masa depan seluruh kawasan.

Polisi Iran menumpas dengan kekerasan aksi demonstrasi oposisi hari Senin (14/2).Foto: picture alliance/dpa


Aksi protes terbaru di Iran serta gelombang pengungsi dari Tunisia ke Eropa menjadi topik komentar dalam tajuk harian internasional.

Harian konservatif Spanyol ABC dalam tajuknya berkomentar : AS bertekad mendukung oposisi di Iran. Sebaliknya Eropa bersikap ragu-ragu, juga setelah peristiwa terbaru sukesnya perlawanan rakyat di beberapa negara Arab. Eropa masih bertanya-tanya, apakah tidak lebih praktis, tetap membuka saluran kepada rezim theokratis itu. Sementara itu, para pendukung demokrasi dan keterbukaan di Iran mempertaruhkan nyawanya. Mereka menghadapi ancaman bahaya, ditembak mati pada saat aksi demonstrasi, atau divonis hukuman mati dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Padahal kelompok ini layak mendapat dukungan sepenuhnya dari dunia bebas. Mereka jangan ditelantarkan, hanya karena Eropa ingin melakukan barter dengan senyuman para algojo.

Harian konservatif Perancis Le Figaro berkomentar : Perlawanan rakyat yang dimulai di Tunisia dan Mesir, ibaratnya memicu api kebakaran di seluruh kawasan. Juga Iran mengalami berkobarnya lagi aksi demonstrasi, setelah setahun terakhir para penentang rezim Mullah tidak berhasil memobilisir para pengikutnya. Apa yang terjadi di Teheran saat ini, amat menentukan bagi masa depan seluruh kawasan. Dengan keyakinan kemenangan yang berlebihan, rezim dari Ayatullah Ali Khamenei dan Mahmud Ahmadinejad sebelumnya menunjukan, peristiwa aktual di Timur Tengah itu merupakan awal dari berakhirnya peranan AS dan Israel. Tapi tiba-tiba pimpinan Iran juga menjadi sasaran aksi protes, yang terinspirasi kejadian di Tunisia dan Mesir. Perlawanan rakyat di kedua negara itu menunjukkan, tidak diperlukan oposisi yang diorganisir sempurna, untuk menumbangkan rezim yang lalim.

Tema lainnya yang masih menjadi topik komentar harian internasional adalah gelombang pengungsi dari Tunisia yang berusaha masuk ke Eropa lewat pulau Lampedusa di Italia. Harian liberal Italia La Repubblica berkomentar : Sejak beberapa hari terakhir memang tidak ada lagi perahu yang dipadati pengungsi tiba di Lampedusa. Tapi menteri dalam negeri Italia, Roberto Maroni memperkirakan, arus pengungsi itu menunjukkan tren akan terus meningkat. Dalam bulan-bulan mendatang, bisa jadi lebih dari 80.000 pengungsi akan mendarat di kawasan pantai Italia. Jumlah yang sama dengan pengungsi setelah usainya perang Kosovo. Italia kini meminta bantuan Eropa, untuk mengatasi bersama situasi di Lampedusa. Sebenarnya yang dipelukan dalam masalah ini, adalah politik imigrasi baru dari Eropa. Serta pengawasan perbatasan secara bersama dan politik suaka yang juga ikut mempertimbangkan pengungsi ekonomi.

Terakhir harian Bulgaria Trud berkomentar : Ketakutan terhadap imigran beragama lain, meningkat dan memicu kepanikan di Eropa yang Kristen, setelah 5.000 pengungsi dari Tunisia dalam waktu hanya beberapa hari mendarat di Italia. Kelihatannya Eropa harus membayar ongkos kemanusiaan dari perubahan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, walaupun belum sepenuhnya mengetahui, persisnya menyangkut hal apa? Hingga horizon di selatan dan timur Eropa kembali cerah, diperkirakan ribuan pengungsi akan mencari sebuah kehidupan yang lebih terjamin di Eropa, yang berada tepat di hadapannya dan hanya terpisah lautan sempit. Akan tetapi, pengungsian besar-besaran warga Tunisia itu, juga menunjukan dengan tegas, Uni Eropa sebetulnya tidak siap menghadapi krisis pengungsi.

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Dyan Kostermans