Barisan Neo-Nazi Ditentang di Dresden
14 Februari 2012'Barisan Berkabung' menjadi nama yang dipilih kaum neo-Nazi bagi tradisi tahunan memperingati pengeboman Dresden di tahun 1945. Tahun lalu, lebih dari 6 ribu demonstran sayap kanan turun ke jalan lengkap dengan obor dan drum. Seperti tahun-tahun sebelumnya sejak 1998, kaum neo-Nazi menunjukkan penyangkalan terhadap Holocaust. Pemandangan suram tersebut berubah menjadi kekerasan brutal saat mereka bentrok dengan demonstran tandingan 'Dresden Bebas Nazi' dan polisi terjebak diantara keduanya.
Demonstrasi anti neo-Nazi didukung sejumlah tokoh partai seperti anggota Parlemen dari Partai Hijau, Memet Kılıç. "Demonstrasi damai pada akhirnya bisa menciptakan blokade. Jika beberapa ribu orang berbaris melawan neo-Nazi, nantinya tidak akan ada tempat bagi mereka. Saya hanya bisa mengajak orang untuk berdemonstrasi dengan damai. Jumlahnya harus banyak sehingga tidak ada ruang bagi Nazi," ujar Kılıç.
Tahun ini, peringatan berlangsung damai. Menurut polisi, sekitar 1.600 ekstremis sayap kanan ikut serta. Tiga kali jumlah polisi yang berjaga. Beberapa ribu demonstran tandingan yang datang juga tetap tertib.
Bunga putih untuk para korban
"Kami tidak akan menoleransi pelecehan terhadap peringatan ini," tegas Walikota Dresden, Dirk Hilbert, saat menghadiri peringatan resmi di salah satu pemakaman kota yang menjadi peristirahatan terakhir bagi lebih dari 20 ribu korban pengeboman.
Ratusan bunga putih diletakkan untuk mengenang para korban. Diantara peziarah terdapat perdana menteri negara bagian Sachsen, Stanislaw Tillich, serta konsul jenderal Amerika Serikat Mark Powell dan wakil kedutaan besar Inggris. Kedua negara itulah pelaku pengeboman pada tanggal 13 dan 14 Februari 1945, menghancurkan Dresden yang dijuluki 'Elbflorenz' dan bergaya arsitektur Baroque.
Rantai manusia
Demonstrasi damai juga digelar di pusat sejarah Dresden. Lebih dari 10 ribu orang membentuk rantai manusia sebagai bentuk protes terhadap demonstrasi neo-Nazi. Mereka berpegangan tangan tepat pukul 6 sore, saat lonceng-lonceng gereja berdentang selama 10 menit. Mereka tidak ingin terjebak dalam perang dan belenggu Nazi yang hingga kini terus merusak imej kota. Seperti diungkapkan salah seorang demonstran, "Dresden bisa terpuruk lagi. Itulah mengapa kami berkumpul di sini, melihat ke luar saat membentuk rantai manusia, menatap masa depan dan tidak membiarkan apapun terjadi dalam lingkaran rantai manusia."
Ribuan lilin menyala di depan Frauenkirche, gereja lambang kota Dresden yang hancur akibat perang dan baru dibangun kembali tahun 2005. Peringatan damai tahun ini memperlihatkan pendewasaan Dresden dari bentrokan tahun lalu.
Marcel Fürstenau/Carissa Paramita
Editor: Hendra Pasuhuk