Tak Mengejutkan, Bashar al-Assad Kembali Menangkan Pemilu
28 Mei 2021
Bashar al-Assad melanggengkan jabatannya setelah memperoleh 95,1% suara. Hasil resmi pemilu presiden Suriah tersebut diyakini tidak akan memadamkan kritik negara-negara Barat.
Iklan
Bashar al-Assad berhasil memenangkan pemilu untuk keempat kalinya. Ia kembali terpilih menjadi Presiden Suriah setelah mengantongi 95,1% suara. Hasil pemilu diumumkan Ketua Parlemen Suriah Hammoud Sabbagh pada Kamis (27/05). Jumlah pemilih 78,66% atau sekitar 14 juta berpartisipasi dalam pemilihan.
Pemerintah Suriah melalui akun Twitter resminya menuliskan: "Bashar al-Assad memenangkan pemilihan Presiden Republik Arab Suriah setelah memperoleh 95,1% suara di dalam dan di luar Suriah."
Kemenangan besar itu memberikan kesempatan bagi Assad untuk melanggengkan jabatannya selama tujuh tahun ke depan.
Pemerintah Assad mengklaim pemilu yang telah berlangsung menunjukkan bahwa Suriah masih dalam keadaan normal, meski tengah menghadapi konflik yang telah berlangsung selama satu dekade, yang menewaskan ratusan ribu orang dan 11 juta orang terpaksa mengungsi.
Pemilu di Suriah Tandai 50 Tahun Kekuasaan Dinasti Assad
Pemilu di Suriah akan berlangsung pada 26 Mei 2021 dan akan menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di negara yang terpecah dan hancur oleh peperangan.
Foto: Jalaa Marey/AFP
Hafez al-Assad, orang kuat Suriah selama puluhan tahun
Hafez al-Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970 setelah melancarkan kudeta. Dia membangun Suriah dengan tangan besi melalui partai hegemoni Ba'ath, dan meletakkan fundamen kekuasaan dinastinya. Hafez al-Assad meninggal 10 Juni 2000. Sebulan kemudian, anak lelakinya Bashar terpilih sebagai pemimpin baru setelah memenangkan 97 persen suara dalam referendum. Bashar adalah satu-satunya kandidat.
Foto: AP
Pupusnya harapan reformasi
Bashar al-Assad tadinya dipandang sebagai pemimpin muda yang berpandangan modern dan akan menggalang reformasi Suriah. Namun ketika gerakan protes "Musim Semi Arab" mulai melanda Suriah, Bashar mengerahkan pasukan dan menindas secara brutal aksi-aksi protes. Sebagian pasukan Suriah lalu bergabung dengan kalangan oposisi dan pertempuran pecah di banyak tempat.
Foto: Louai Beshara/AFP
Perang tak berkesudahan
Peperangan makin meluas, bahkan mendekat ke ibukota Damaskus. Menghadapi para pemberontak, Bashar al-Assad tidak segan mengerahkan segala kekuatan militer, termasuk serangan dengan senjata kimia.
Foto: picture-alliance/AA/H. Adnan
Rumah sakit jadi sasaran
Pasukan pemerintah Suriah menyerang rumah sakit untuk mencegah para gerilyawan dirawat. Foto: Rumah Sakit Arbin di kota Ghouta yang hancur setelah jadi sasaran serangan udara, Februari 2018.
Foto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance
Ratusan ribu pengungsi
Ratusan ribu orang melarikan diri dari kota-kota yang jadi sasaran pemboman. Kamp pengungsi di Idlib didirikan setelah kota Idlib hancur diserang pasukan pemerintah Suriah yang mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran.
Foto: picture-alliance/AA/M. Abdullah
Dukungan militer dari "saudara tua" di Iran
Bashar al-Assad bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Februari 2019. Khamenei menyebut Bashar sebagai "pahlawan dunia Arab". Iran mengirimkan bantuan ke Suriah karena ingin memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah untuk melawan Israel dan negara-negara Arab berhaluan Sunni seperti Arab Saudi. Sama dengan Iran, dinasti Assad berhaluan Syiah.
Foto: Leader.ir
Bantuan dari penguasa di Moskow
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin terpampang di Ghouta, setelah kota itu direbut pasukan pemerintah dari tangan pemberontak, dengan bantuan tentara Rusia, Februari 2018. Rusia terutama ingin mengamankan sumber daya alam Suriah dan sudah mendapat persetujuan dan kontrak untuk menambang minyak, gas dan phosphor.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah
Tanggal 26 Mei 2021 rezim di Damaskus kembali melangsungkan pemilihan umum dengan kandidat utama Bashar al-Assad, yang akan memasuki masa jabatan yang keempat, sekaligus menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah. (hp/gtp)
Foto: LOUAI BESHARA/AFP
8 foto1 | 8
AS ragukan hasil pemilu
Para pejabat di Amerika Serikat dan Eropa mempertanyakan keabsahan pemungutan suara, dengan mengatakan pemilu itu melanggar resolusi PBB yang berusaha menyelesaikan konflik Suriah. Mereka juga mengeluhkan kurangnya pemantauan internasional dalam pemilihan umum Suriah.
Hanya tiga orang yang diizinkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Suriah. Assad bersaing dengan mantan menterinya, Abdullah Salum Abdullah dan anggota lama dari kelompok oposisi yang direstui pemerintah, Mahmoud Ahmad.