Komisi Eropa memublikasikan naskah RUU Kebebasan Pers demi memperkuat independensi media dan keselamatan wartawan. RUU tersebut memuat sejumlah pasal yang diyakini akan membuat jengkel sejumlah negara anggota Uni Eropa.
Iklan
Pada Jumat (16/9), Komisaris Eropa untuk "Norma dan Transparansi,” Vera Jourova, akhirnya memperkenalkan Rancangan Undang-undang Kebebasan Media. RUU tersebut sudah dicanangkan sejak jauh hari dan akan melengkapi legislasi di tingkat nasional.
Dibandingkan kawasan lain di dunia, situasi kebebasan pers di Eropa tergolong baik, menurut organisasi Wartawan Tanpa Batas (RSF). Hal ini berlaku umum, kecuali untuk Belarus, Rusia dan Turki.
Meski kebebasan pers dijamin oleh negara-negara anggota UE, Vera beranggapan perlindungan bagi wartawan dari intervensi, ancaman dan kekerasan tetap mendesak diperlukan.
RSF mencatat lonjakan angka tindak kekerasan dan perundungan terhadap watawan di sejumlah negara UE. Fenomena ini bisa disimak di Jerman, di mana wartawan berulangkali mengalami serangan oleh kaum anti-imunisasi atau kelompok ekstremis kanan.
Buntutnya RSF mengoreksi status kebebasan pers di Jerman dari "baik” menjadi cuma "memuaskan.”
Adapun di Hungaria, Polandia dan Yunani, ancaman terhadap kebebasan pers muncul dari kepemilikan media yang didominasi pengusaha pro-pemerintah. Hal ini tidak jarang menyebabkan tumpulnya pemberitaan media terhadap pemangku kekuasaan.
Komisaris UE, Vera Jourova, sebabnya mengambil inisiatif, karena menilai pemerintah negara anggota bertindak lamban dalam melindungi kerja wartawan.
Kekerasan terhadap Jurnalis di Jantung Eropa
Eropa dikejutkan dengan serangan penembakan terhadap Peter R. de Vries, seorang jurnalis Belanda. Meski Uni Eropa punya reputasi bagus dalam kebebasan pers, namun terkadang para jurnalis jadi korban serangan kekerasan.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Amsterdam syok berat
Peter R. de Vries, wartawan kriminal terkemuka ditembak orang tidak dikenal saat meninggalkan studio televisi Selasa, 6 Juli 2021 malam di pusat kota Amsterdam, Belanda. Beberapa indikasi menunjukan sindikat kriminal terorganisir menjadi otak penyerangan tersebut. Dua orang tersangka diamankan beberapa jam setelah penembakan.
Foto: Evert Elzinga/ANP/picture alliance
Wartawan kriminal terkemuka di Belanda
De Vries telah meliput kejahatan terorganisir di Belanda selama bertahun-tahun. Sebelum aksi penembakan, dia jadi penasihat pribadi seorang saksi mahkota yang akan bersaksi terhadap seorang pimpinan organisasi kriminal besar. Saudara dan pengacara saksi mahkota tersebut telah dibunuh beberapa tahun lalu. Saat ini De Vries masih berjuang antara hidup dan mati di sebuah rumah sakit.
Foto: ANP/imago images
Harapan dan ketakutan
“Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi di jantung Eropa!” Begitu reaksi dari masyarakat Belanda atas kejadian penembakan Selasa malam tersebut. Sejumlah orang terlihat di TKP meninggalkan bunga dan ucapan belasungkawa. Sayangnya, de Vries bukanlah jurnalis pertama yang menjadi korban pembunuhan berencana di benua Eropa.
Foto: Koen Van Weel/dpa/picture alliance
Negara tempat demokrasi dilahirkan
Jurnalis Yunani, Giorgos Karaivaz dibunuh di selatan kota Athena pada 9 April 2021. Dua orang bermasker yang mengendarai sepeda motor menembak wartawan kriminal senior ini sebanyak 10 kali. Sebagai wartawan berpengalaman, Karaivaz telah meliput sejumlah kasus korupsi yang melibatkan otoritas Yunani dan sindikat kriminal terorganisir.
Daphne Caruana Galizia (53), seorang jurnalis investigasi yang meliput kasus korupsi dalam bidang politik dan bisnis di Malta, tewas setelah mobilnya diledakkan menggunakan bom yang dipicu dari jarak jauh 16 Oktober 2017. Pelakunya divonis 15 tahun penjara setelah mengakui perbuatannya. Namun, dalang kejahatan, seorang pebisnis terkenal masih diadili untuk pembunuhan itu.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Klimkeit
Dibunuh di kediaman pribadi
Jurnalis investigasi Slovakia, Jan Kuciak dan tunangannya, Martina Kusnirova ditembak pembunuh bayaran 21 Februari 2018. Jurnalis berusia 28 tahun ini memfokuskan liputannya pada sindikat kriminal terorganisir, pengemplang pajak dan korupsi di kalangan politisi dan penguasa Slovakia. Pembunuhannya mengejutkan Eropa dan berujung dengan pengunduran diri Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico.
Foto: Mikula Martin/dpa/picture alliance
Bebaskan media!
Lukasz Masiak, jurnalis Polandia, dipukuli hingga tewas di pusat boling, 2015 silam. Masiak meliput kasus korupsi, bisnis narkoba dan penangkapan sewenang-wenang. Pemerintah Polandia dikritik karena makin membatasi kebebasan pers. Warga Polandia memprotes aturan baru pemerintah di Warsawa untuk terus membatasi kebebasan pers.
Foto: Attila Husejnow/SOPA Images/ZUMAPRESS.com/picture alliance
Saya adalah Charlie
12 orang dibunuh dalam serangan teror di kantor majalah satire Prancis Charlie Hebdo, tahun 2015. Ratusan ribu orang di seluruh dunia berdemonstrasi untuk kebebasan berbicara dan pers menggunakan tagar “Saya adalah Charlie”. Pada November, jurnalis musik Guillaume Barreau-Decherf dibunuh saat serangan teroris di teater Bataclan, Paris yang tewaskan ratusan penonton.
Foto: picture-alliance/dpa
Jurnalis Turki diserang di Berlin
Jurnalis Turki di Jerman, Erk Acarer, pengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan, diserang oleh tiga orang tak dikenal di kediamannya pada 7 Juli 2021. Dalam Bahasa Turki, Acarer menceritakannya di Twitter: “Saya diserang menggunakan pisau dan dipukuli di rumah saya di Berlin.“ Tiga orang pelaku juga mengancam akan datang kembali kalau dia tidak berhenti melakukan reportase.
Foto: twitter/eacarer
Wartawan dengan pembatasan?
Bukan hanya kasus yang membahayakan nyawa wartawan yang ditakuti. Namun, sering wartawan yang dihambat saat bertugas, seperti oleh pengunjuk rasa yang murka, polisi atau pihak berwenang. Pada foto terlihat polisi antihuru-hara Prancis menghadang seorang pekerja pers saat demonstrasi menentang peraturan keamanan yang baru.
Foto: Siegfried Modola/Getty Images
10 foto1 | 10
Apa yang ingin diubah Komisi Eropa?
RUU Kebebasan Media "mengandung banyak hal yang tidak akan disukai negara anggota, karena ia ingin membuka jarak antara politik dan media selebar-lebarnya,” kata Jourova dalam sebuah wawancara dengan Radio Prag International dari Republik Cek.
Iklan
Dalam paragraf pertama, RUU tersebut melarang negara mempengaruhi konten berita. "Artinya, jika dana publik dialokasikan untuk media, entah itu dari Uni Eropa, pemerintah pusat atau daerah, prosesnya harus transparan dan tidak boleh diskriminatif,” kata Jourova.
Transparansi juga digarisbawahi dalam kasus pemecatan wartawan dan kepemilikan media oleh swasta. Melalui amandemen ini, UE berharap bisa mencegah terbentuknya monopoli dan menjamin pendanaan bagi koran, radio dan kantor berita.
Lembaga pengadilan dinilai bertanggungjawab menghalau gugatan hukum tak beralasan yang dibuat untuk membungkam investigasi media. Adapun Kepolisian dan Kejaksaan harus meningkatkan perlindungan bagi wartawan di lapangan atau ruang digital.
Commissioner talks media freedom in the EU
12:30
Hungaria dalam bidikan
Adalah kebijakan pemerintahan Viktor Orban di Hungaria yang membunyikan alarm bahaya di Brussels. Sikap agresif Budapest terhadap media nasional "menjadi inspirasi besar bagi kami,” kata seorang pejabat UE yang ikut merancang naskah RUU.
Orban dilabeli oleh Wartawan Tanpa Batas sebagai "predator” kebebasan pers. Dia dan kroninya membeli dan menempatkan media-media terbesar di bawah sebuah yayasan yang bekerja untuk partai pemerintah.
Adapun media yang masih menjaga independensi, seringkali harus menghadapi tekanan birokrasi, ekonomi dan politik.
Fenomena serupa bisa ditemui di Polandia. Sementara di Yunani, pemerintahan konservatif belum lama ini mengeluarkan dekrit yang menempatkan radio publik di bawah pengawasan juru bicara pemerintah. Wartawan juga terancam pidana menyebarkan kabar palsu di masa pandemi.
Buntutnya, peringkat Yunani di Indeks Kebebasan Pers anjlok dari ke70 pada 2021, menjadi ke108 pada 2022. Adapun Hongaria masih bertengger di peringkat ke85, serupa Bulgaria dan Israel.
Negara-negara anggota UE masih harus menyepakati RUU Kebebasan Media dengan suara mayoritas. Setelahnya giliran Parlemen Eropa yang harus bermufakat. Komisaris Eropa, Vera Jourova, memprediksi datangnya penolakan dari kawasan Eropa Selatan dan Tengah, di mana lanskap media kental oleh intervensi pemerintah.
RUU tersebut diharapkan lolos sebelum Pemilu Eropa 2024 untuk menjamin pemberitaan yang independen selama masa kampanye.