Presiden Korut membawa putrinya yang diyakini bernama Kim Ju Ae dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing. Apakah negara yang dipengaruhi konfusianisme nan patriakis ini sudah benar-benar siap menerima pemimpin perempuan?
Banyak yang berpendapat Korut belum siap dengan pemimpin perempuan, meski hal ini dikehendaki sang diktatorFoto: Yonhap/picture alliance
Iklan
Ketika Kim Jong Un pertama kali mengizinkan media Korea Utara untuk menerbitkan gambar putrinya, yang diyakini bernama Kim Ju Ae pada November 2022, banyak yang berasumsi tujuannya adalah untuk mencitrakan "pemimpin tertinggi” Korut tersebut sebagai ayah dan kepala keluarga yang membanggakan.
Kim Ju Ae yang mengenakan jaket putih modis sedang ikut ayahnya menyaksikan peluncuran uji coba rudal balistik antarbenua. Saat itu, belum ada tanda-tanda bahwa dia terpilih diantara dua saudara lainnya sebagai pemimpin masa depan Korut - sebuah negara dengan pemerintahan tangan besi yang didirikan oleh bebuyutnya, Kim Il Sung, di tahun 1948.
Para analis yang sebelumnya mengatakan mustahil bagi seorang perempuan untuk menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara berikutnya, kini berpendapat bahwa, meskipun usia masih tergolong muda, misi diplomatik penting ini bisa jadi penobatannya sebagai calon penerus rezim dinasti komunis satu-satunya di dunia.
"Ini adalah peristiwa internasional besar dan pertama kalinya Kim Ju Ae diketahui mengunjungi negara asing, jadi kita harus melihatnya sebagai indikasi bahwa ia adalah salah satu kandidat terkuat untuk menggantikan ayahnya, meskipun hal itu belum diputuskan," kata Ahn Yinhay, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Korea di Seoul.
Ahn mengakui bahwa dia termasuk di antara para pengamat Korea Utara yang awalnya tidak pernah percaya seorang perempuan dapat mengambil alih kepemimpinan di negara yang memegang teguh prinsip hidup tradisional.
"Saya ingat berbicara dengan beberapa pembelot dari Korea Utara sekitar waktu itu, dan mereka mengatakan mereka tidak dapat membayangkan seorang perempuan menjadi penerus Kim," jelasnya kepada DW.
Masyarakat Korea Utara sarat akan nilai-nilai Konfusianisme dan memiliki hirarki patriarki ketat pada struktur sosial dan politik, termasuk dalam keluarga - suami atas istri dan laki-laki atas perempuan.
Ini adalah skema yang tidak terelakkan, termasuk dalam peralihan kekuasaan dalam dinasti Kim, meskipun putra tertua tidak selalu jadi pemimpin karena persaingan di masa lalu yang politis dan dengan pembunuhan. Namun, anggota keluarga laki-lakilah yang selalu menjadi pemimpin.
Kim Ju Ae mungkin akan mengubah tradisi ini.
Penandanya ada di awal tahun 2025. Pada bulan Maret, laporan di media pemerintah dalam kunjungan ke sebuah peternakan mendeskripsikan Kim Ju Ae sebagai "tokoh panutan," - gelar kehormatan yang biasanya diberikan kepada pemimpin senior rezim Kim.
Inilah Sanksi PBB Pada Korea Utara
PBB jatuhkan sanksi terhadap Korea Utara sebagai hukuman bagi program senjata nuklirnya. Dewan Keamanan bahkan akan memperberat sanksi. Inilah sejumlah hukuman PBB terhadap Korea Utara:
Foto: Reuters/S. Sagolj
Moneter
Korea Utara dilarang membuka cabang bank di luar negeri. PBB juga melarang anggotanya mengoperasikan institusi keuangan untuk kepentingan Pyongyang. Karena aktivitas itu bisa membuat Korea Utara mengelak dari sanksi. PBB juga meminta negara anggota mengusir siapa pun yang bekerja untuk kepentingan keuangan rezim komunis itu.
Foto: Mark Ralston/AFP/Getty Images
Pelayaran
PBB memerintahkan negara anggota untuk registrasi ulang semua kapal barang yang dimiliki, dioperasikan atau diawaki orang yang berada di bawah perintah Pyongyang. Kapal-kapal Korea Utara juga dilarang menggunakan bendera negara lain, untuk menghindari sanksi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Dumaguing
Penerbangan
Air Koryo, maskapai nasional Korea Utara dilarang terbang ke Uni Eropa dengan alasan standar keamanan penerbangan. Juga AS melarang warganya melakukan bisnis dengan maskapai ini. Air Koryo terutama melayani jalur domestik dan jalur luar negeri ke Cina serta Rusia.
Foto: picture-alliance/dpa/Yonhap
Bahan Bakar
Sanksi PBB melarang penjualan bahan bakar pesawat terbang, jet dan roket ke Korea Utara. Tapi penjualan minyak mentah atau sejenisnya hingga kini masih diizinkan. Yang jarang diketahui Korut juga memproduksi mobil sendiri dengan merk Pyeonghwa, bekerja sama dengan mendiang pendeta Sun Myung Moon yang jadi penasehat spiritual mantan Presiden Park Gyeun he.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Batu bara
BisnIs ekspor batu bara terutama dijalin dengan Cina. Tapi bulan Februari lalu, Cina membatasi impor batu bara dari Korea Utara. Dengan persyaratan ketat, Pyongyang diizinkan mengekspor 7,5 juta ton batu bara ke Cina senila 374 juta euro. Salah satu pembelinya adalah Liaoning Greenland Energy Coal Co.(foto) di Dandong, kota perbatasan Cina dengan Korea Utara.
Foto: Reuters/B. Goh
Rekening Bank dan Properti
Sanksi PBB membatasi hanya satu rekening bank bagi setiap diplomat Korea Utara di luar negeri (foto kedubes Korut di Berlin). Korea Utara juga dilarang memiliki properti apa pun di luar negeri selain gedung kedutaan atau konsulatnya.
Foto: picture alliance/dpa/S.Schaubitzer
Latihan Militer
PBB melarang lembaga keamanan negara anggotanya mengirim pelatih untuk mendidik militer, polisi atau unit paramiliter Korea Utara. PBB hanya mengizinkan pertukaran tenaga medis, tapi hanya memperbolehkan asistensi teknik dan nilai keilmuan.
Foto: Reuters/S. Sagolj
Patung
PBB juga melarang penjualan patung dari Korea Utara, khususnya patung para pemimpin rezim dari dinasti Kim.
Foto: picture alliance/dpa/robertharding
8 foto1 | 8
Gelar 'Putri yang dihormati'
Sebelumnya, Kim Ju Ae disebut sebagai putri Kim Jong Un "yang dihormati" dan difoto bersama ayahnya saat memberikan "bimbingan" di fasilitas industri, pangkalan militer, dan selama latihan militer oleh angkatan bersenjata.
Rezim Kim hampir tidak mengungkapkan apa pun terkait sang putri. Sedikit informasi yang diperoleh dari Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan menunjukkan kegemaran Kim Ju Ae berkuda, bermain ski, dan berenang.
Dalam laporan yang dikeluarkan pada bulan Januari 2024, NIS menyatakan untuk pertama kalinya bahwa Kim Ju Ae kemungkinan besar muncul penerus ayahnya, meski masih banyak hal yang belum dapat dipastikan.
Namun, beberapa orang mempercayai bahwa seorang perempuan menjadi pemimpin tertinggi masih terlalu sulit diterima oleh masyarakat Korea Utara, meskipun itu keinginan sang diktator.
"Terdapat banyak alasan mengapa Kim ingin putrinya terlihat dekat dengannya dan saya tetap berpendapat bahwa tidak mudah bagi Kim Ju Ae untuk menjadi pemimpin," kata Toshimitsu Shigemura, seorang profesor di Universitas Waseda Tokyo dan penulis sejumlah buku tentang dinasti Kim.
"Kim terkenal takut akan upaya pembunuhan, dan salah satu teori mengapa putrinya dekat dengannya akan membuat AS tidak berani menyerang atau membunuhnya," ujarnya. "Alasan lainnya adalah ia ingin menunjukkan kepada rakyat Korea Utara bahwa ia adalah ayah yang bangga akan putrinya dan ingin melakukan banyak hal bersama putrinya."
Kim Ju Ae yang kerap menemani ayahnya dalam kunjungan resmi termasuk ke fasilitas industri dan militer.Foto: YONHAPNEWS AGENCY/picture alliance
Akankah militer setuju?
Shigemura juga menekankan bahwa nilai-nilai Konfusianisme semakin menyulitkan perempuan untuk menjadi pemimpin nasional.
Ia yakin bahwa pria-pria senior dengan pangkat di militer Korea Utara akan menolak perintah dari seorang perempuan.
"Kim Ju Ae mungkin semakin kuat dan berpengetahuan di jajaran kepemimpinan Korea Utara, tetapi jika di masa depan ia mencoba menjadi pemimpin, berarti ayahnya telah meninggal dan ia telah kehilangan banyak dukungan," tegasnya.
Sejarah Perang Korea 1950-1953
Ambisi Kim Il Sung menguasai Semenanjung Korea tidak hanya merenggut jutaan nyawa, tetapi juga berakhir pahit untuk aliansi komunis di utara. Perang Korea gagal mengubah garis demarkasi yang masih bertahan hingga kini.
Foto: Public Domain
Korea Terbagi Dua
Selepas Perang Dunia II, Korea yang dijajah Jepang mendapat nasib serupa layaknya Jerman yang dibagi dua antara sekutu Barat dan Uni Soviet. Ketika AS membentuk pemerintahan boneka di bawah Presiden Syngman Rhee untuk kawasan di selatan garis lintang 38°, Uni Soviet membangun rezim komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung.
Foto: Getty Images/AFP
Siasat Kim Lahirkan Perang Saudara
Awal 1949 Kim Il Sung berusaha meyakinkan Josef Stalin untuk memulai invasi ke selatan. Namun permintaan itu ditolak Stalin karena mengkhawatirkan intervensi AS. Terlebih serdadu Korut saat itu belum terlatih dan tidak mempunyai perlengkapan perang yang memadai. Atas desakan Kim, Soviet akhirnya membantu pelatihan militer Korut. Pada 1950 pasukan Korut sudah lebih mumpuni ketimbang serdadu Korsel
Foto: Bundesarchiv, Bild 183-R80329 / CC-BY-SA
Peluang Emas di Awal 1950
Keraguan Stalin bukan tanpa alasan. Sebelum 1950 Cina masih tenggelam dalam perang saudara antara kaum nasionalis dan komunis, pasukan AS masih bercokol di Korsel dan ilmuwan Soviet belum berhasil mengembangkan bom nuklir layaknya Amerika Serikat. Ketika situasi tersebut mulai berubah, Stalin memberikan lampu hijau bagi invasi pada April 1950.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk
Kekuatan Militer Korut
Berkat Soviet, pada pertengahan 1950-an Korut memiliki 200.000 serdadu yang terbagi dalam 10 divisi infanteri, satu divisi kendaraan lapis baja berkekuatan 280 tank dan satu divisi angkatan udara dengan 210 pesawat tempur. Militer Korut juga dipersenjatai 200 senjata artileri, 110 pesawat pembom dan satu divisi pasukan cadangan berkekuatan 30.000 serdadu dengan 114 pesawat tempur dan 105 tank
Foto: AFP/Getty Images
Kekuatan Militer Korsel
Sebaliknya kekuatan militer Korea selatan masih berada jauh di bawah saudaranya di utara. Secara umum Korsel hanya berkekuatan 98.000 pasukan, di antaranya cuma 65.000 yang memiliki kemampuan tempur, dan belasan pesawat, tapi tanpa tank tempur atau artileri berat. Saat itu pasukan AS banyak terkonsentrasi di Jepang dan hanya menempatkan 300 serdadu di Korsel.
Foto: picture-alliance/dpa
Badai Komunis Mengamuk di Selatan
Pada 25 Juni 1950 sekitar 75.000 pasukan Korut menyebrang garis lintang 38° untuk menginvasi Korea Selatan. Hanya dalam tiga hari Korut yang meniru strategi Blitzkrieg ala NAZI Jerman merebut ibu kota Seoul dengan mengandalkan divisi lapis baja dan serangan udara. Pada hari kelima kekuatan Korsel menyusut menjadi hanya 22.000 pasukan
Foto: picture-alliance/dpa
Arus Balik dari Busan
Kendati AS mulai memindahkan pasukan dari Jepang ke Korsel, hingga awal September 1950 pasukan Korut berhasil menguasai 90% wilayah selatan, kecuali secuil garis pertahanan di sekitar kota Busan. Dari kota inilah Amerika Serikat dan pasukan PBB melancarkan serangan balik yang kelak mengubur impian Kim Il Sung menguasai semenanjung Korea.
Foto: Public Domain
September Berdarah
Di bawah komando Jendral Douglas MacArthur, pasukan gabungan antara AS, PBB dan Korea Selatan yang kini berjumlah 180.000 serdadu mulai mematahkan kepungan Korut terhadap Busan. Berbeda dengan pasukan Sekutu, Korut yang tidak diperkuat bantuan laut dan udara mulai kewalahan dan dipaksa mundur semakin ke utara.
Foto: Public Domain
Nasib Buruk Berputar ke Utara
Pada 25 September pasukan sekutu berhasil merebut kembali Seoul. Serangan udara dan artileri militer AS berhasil menghancurkan sebagian besar tank dan senjata artileri milik Korut. Atas saran Cina, Kim menarik mundur pasukannya dari selatan. Jelang Oktober hanya sekitar 30.000 pasukan Korut yang berhasil kembali ke utara.
Foto: Public Domain
Intervensi Mao
Ketika pasukan AS melewati batas demarkasi pada 1 Oktober, Stalin dan Kim mendesak Mao Zedong dan Zhou Enlai agar mengirimkan enam divisi invanteri Cina ke Korea. Soviet sendiri sudah menegaskan tidak akan menurunkan langsung pasukannya. Permintaan tersebut baru dijawab pada 25 Oktober, setelah serangkaian perjalanan diplomasi antara Beijing dan Moskow.
Foto: gemeinfrei
Mundur Teratur
Hingga November 1950 pasukan AS tidak hanya merebut Pyongyang, tetapi juga berhasil merangsek hingga ke dekat perbatasan Cina. Kemenangan AS terhenti setelah pasukan Cina yang berkekuatan 200.000 tentara mulai melakukan serangan balik. Intervensi tersebut menyebabkan kekalahan besar pada pasukan AS yang terpaksa mengundurkan diri dari Korea Utara pada pertengahan Desember.
Foto: Public Domain
Berakhir dengan Kebuntuan
Hingga Juli 1951 pasukan Cina dan AS masih bertempur sengit di sekitar perbatasan garis lintang 38°. Baru pada pertengahan tahun kedua pihak mulai mengendurkan serangan yang menyebabkan situasi buntu. Setelah kematian Josef Stalin, sikap Uni Soviet mulai melunak dan pada 27. Juli 1953 kedua pihak menyepakati gencatan senjata yang masih berlaku hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang Nyawa Terbuang
Pada akhir Perang Korea, sebanyak 33.000 pasukan AS dilaporkan tewas dalam pertempuran. Sementara Korsel melaporkan sebanyak 373.000 warga sipil dan 137.000 pasukan tewas. Sebaliknya Cina kehilangan 400.000 serdadu dan Korut 215.000 pasukan, serta 600.000 warga sipil. Secara umum angka kematian yang diderita kedua pihak mencapai 1,2 juta jiwa.
Foto: Public Domain
13 foto1 | 13
"Mungkin akan ada persaingan yang belum kita ketahui, dan semakin banyak bermunculan di masa depan. Pasti akan ada perlawanan dari para pemimpin politik dan militer. Kim Ju Ae akan menghadapi banyak tantangan ke depannya.
Meskipun menghadapi tantangan, Ahn mengatakan Kim Ju Ae kemungkinan akan mengikuti jejak ayahnya jika berhasil mewarisi kekuasaan ayahnya. Meskipun begitu, ada juga kemungkinan, Kim Ju Ae menjadi pemimpin yang lebih baik hati.
"Kim melatihnya untuk menjadi pemimpin yang kuat, sesuai dengan citranya, tetapi selalu ada kemungkinan putrinya bisa menjadi pemimpin yang lebih santai dan baik hati.”
Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris