Belanda hari Rabu (15/3) akan menggelar pemilihan parlemen. Partai PM Marc Rutte VVD besaing ketat dengan Partai Geert Wilders PVV. Lalu apa kaitan pemilu Belanda dengan Indonesia?
Iklan
Jajak pendapat terakhir menunjukkan persaingan ketat antara partai liberal konservatif Perdana Menteri Marc Rutte VVD dan partai ultra konservatif PVV dari politisi anti Islam Geert Wilders.
PVV sempat lama memimpin dalam jajak pendapat, namun dalam beberapa jajak pendapat terakhir, VVD kembali ke posisi puncak dengan perkiraan 23 sampai 27 kursi. Sedangkan partai Geert Wilders diperkirakan berada sedikit di bawahnya.
Sekalipun di atas angin, VVD tetap saja akan kehilangan banyak dari 41 kursi yang dimilikinya saat ini di parlemen yang beranggotakan 150 orang. Marc Rutte masih tetap harus berjuang keras merebut kursi Perdana Menteri untuk ketiga kalinya.
Di belakang kedua figur itu kini muncul satu nama baru di kancah politik Belanda: Jesse Klaver, pimpinan partai ekologis kiri Groenlinks. Politisi muda berusia 30 tahun itu oleh media disebut-sebut sebaai "Trudeau dari Belanda" karena tampangnya yang ganteng dan pembawaannya yang mantap dan penuh percaya diri.
Jesse Klaver pandai menggunakan media sosial dan pertemuan-pertemuan kecil untuk menyebarkan gagasannya. Dia kini dilihat sebagai "kuda hitam" dalam pemilu hari Rabu. Menurut jajak pendapat, Klaver kemungkinan bisa merebut 16 kursi untuk partainya, berarti empat kali lebih banyak dibanding pemilu sebelumnya.
Lalu apa hubungan semua ini dengan Indonesia? Marc Rutte, 50 tahun, dikabarkan sangat senang masakan Indonesia. Hampir setiap malam minggu dia menyantap makanan Indonesia bersama ibunya yang sudah berusia lanjut.
Rutte adalah tipikal politisi sederhana yang berasal dari kelas menengah yang punya profesi sebagai guru sekolah atas. Dia masih menggunakan mobil dan telpon genggam tua, dan tetap tinggal di apartemen yang diberlinya setelah lulus dari Universitas Leiden.
Jesse Klaver berasal dari keluarga imigran. Ibunya masih setengah berdarah Indonesia, ayahnya berasal dari Maroko. Para pendukungnya juga menyebzut dia "Obama Belanda". Mereka getol meneriakkan slogan "Jesse We Can!"
"Di Belanda, kita harus menunjukkan bahwa populisme kanan bisa dihentikan, dan ada alternatinfya. Alternatifnya adalah kita," kata Klaver yang berulangkali menegaskan pentingnya keterbukaan dan toleransi.
Geert Wilders, 53 tahun, biasa membakar semangat pendukungnya dengan slogan-slogan anti imigran dan anti Islam. Sejak pembunuhan sutradara Belanda Theo van Gogh oleh seorang Islam militan, Wilders selalu dikawal polisi. Dia sering sekali menerima ancaman pembunuhan.
"Saya tidak tahu lagi, bagaimana rasanya menyeberang jalan sendirian," kata Geert Wilders mengenai pengawalannya yang sudah berlangsung 13 tahun. "Misi saya adalah menjamin agar Belanda, berbeda dengan saya, tetap bisa merasakan kebebasan" kata dia.
Ibu Geert Wilders adalah anak seorang serdadu Belanda yang lahir di Indonesia. Geert tumbuh sebagai anak bungsu di kota Limburg, yang merupakan persimpangan perbatasan dengan Belgia dan Jerman.
Sebagai remaja, Geert pernah magang di Israel. Dia sering melakukan perjalanan menyusuri Eropa Timur dan beberapa kali berkunjung ke Iran. Istrinya keturunan imigran asal Hungaria. Sampai sekarang mereka sering mengunjungi keluarganya di Budapest.
Banyak partai lain yang sudah menyatakan tidak akan bekerjasama dengan partai Geert Wilders, karena retorika anti imigran dan anti Islamnya.
Pemilihan parlemen di Belanda diikuti oleh 28 partai politik yang memperebutkan hampir 13 juta suara pemilih.
Seradikal Apa Ekstrem Kanan Eropa?
Perkembangan ekonomi yang terseok-seok, ketidakpuasan akan kebijakan Uni Eropa dan krisis imigran menyebabkan partai ekstrem kanan Eropa meraih sukses besar. Inilah para tokohnya serta politik mereka:
Foto: picture-alliance/dpa
Frauke Petry, Partai Alternative (Jerman)
Ketua Alternative für Deutschland AfD, Frauke Petry, menyarankan penjaga perbatasan menggunakan senjata terhadap pelintas perbatasan ilegal. AfD awalnya partai yang skeptis terhadap Uni Eropa. Sekarang mereka sudah menjadi kekuatan anti Eropa dan anti pemerintah. AfD berhasil meraih suara cukup besar dalam pemilu di sejumlah negara bagian Jerman Maret 2016.
Foto: Reuters/W. Rattay
Marine Le Pen, Front National (Perancis)
Banyak orang khawatir, bahwa Brexit dan kemenangan Donald Trump di AS bisa menjadi dorongan baru bagi partai ekstrem kanan Perancis, Front National. Partai itu didirikan 1972, dan kini dipimpin Marine Le Pen, yang 2011 mengambilalih kepemimpinan dari ayahnya, Jean-Marie Le Pen. Partai nasionalis ini menggunakan retorika populis untuk mendorong sikap anti imigran dan anti Uni Eropa.
Foto: Reuters
Geert Wilders, Partai Kebebasan (Belanda)
Pemimpin Partij voor de Vrijheid Belanda ini adalah salah satu politisi ektrem kanan paling penting di Eropa. Ia dinyatakan bersalah atas komentar penuh kebencian yang dilontarkan 2014 terhadap warga Maroko. Partainya dianggap anti UE dan anti Islam. Hadapi pemilu Maret 2017, jajak pendapat tunjukkan, partainya yang menduduki 15 kursi di majelis rendah, dapat dukungan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Koning
Nikos Michaloliakos, Chrysi Avgi (Yunani)
Partai Golden Dawn adalah partai neo fasis Yunani. Pemimpinnya, Michaloliakos ditangkap September 2013 bersama sejumlah anggota lainnya, dan dituduh membentuk organisasi kriminal. Michaloliakos dibebaskan Juli 2015. Golden Dawn memenangkan 18 kursi dalam pemilu parlemen September 2016. Partai itu bersikap anti imigran dan mendukung kesepakatan dengan Rusia mengenai pertahanan.
Foto: Angelos Tzortzinis/AFP/Getty Images
Gabor Vona, Partai Jobbik (Hongaria)
Partai Jobbik yang anti imigrasi, anti LGBT, populis dan dukung proteksi ekonomi berusaha masuk dalam parlemen Hongaria tahun 2018. Sekarang mereka sudah jadi partai ketiga terbesar di Hongaria. Dalam pemilu terakhir tahun 2014, partai ini mendapat 20% suara. Partai inginkan referendum keanggotaan negara dalam Uni Eropa. Jobbik dipimpin Gabor Vona.
Foto: picture alliance/dpa
Jimmie Akesson, Sverigedemokraterna (Swedia)
Nama partainya berarti Demokrat Swedia. Setelah kemenangan Trump di AS Akesson menyatakan, di Eropa, seperti di AS, ada gerakan yang melawan "establishment" dan pandangan yang selama ini berlaku. Partai Demokrat Swedia menyerukan restriksi imigrasi, dan menentang keanggotaan Turki dalam UE juga menginginkan referendum keanggotaan Swedia dalam UE.
Foto: AP
Norbert Hofer, Freiheitliche Partei (Austria)
Hofer dari Partai Kebebasan FPÖ yang nosionalis hanya kalah 30.000 suara dalam pemilu presiden terakhir. Mantan pemimpin Partai Hijau, Alexander Van der Bellen mendapat 50,3% suara, sementara Hofer 49,7%. Pemimpin FPÖ itu menyerukan penguatan perbatasan Austria dan pembatasan sokongan finansial bagi imigran.
Foto: Reuters/L. Foeger
Marian Kotleba, ĽSNS (Slovakia)
Pemimpin partai ekstrem kanan, Partai Rakyat-Slovakia Milik Kita mengatakan, "Satu imigranpun sudah terlalu banyak." Dalam kesempatan lain ia menyebut NATO organisasi kriminal. Partai Slovakia ini ingin negaranya meninggalkan Uni Eropa dan zona mata uang Euro. Mereka menang 8% suara dalam pemilu Maret 2016, dan mendapat14 kursi dari total 150 mandat parlemen. (ml/as)