Bekas Budak Nelayan Pulau Benjina Bergulat Melawan Trauma
11 Juli 2017
Dua tahun silam mereka dibebaskan oleh pemerintah Indonesia dari jaring perbudakan dan perdagangan manusia. Kini mereka masih bergulat melawan trauma dari tahun-tahun penuh penyiksaan di pulau Benjina
Iklan
Pada hari mereka dibebaskan dari perbudakan, para nelayan itu tenggelam dalam haru biru. Mereka berpelukan, tertawa dan sebagian meneteskan air mata. Dua tahun setelah aksi penyelamatan yang dipicu oleh laporan investigatif kantor berita Associated Press itu, kini sebagian beruntung bisa menemukan pekerjaan berupah rendah di kawasan kumuh Thailand atau di desa-desa terpencil di Myanmar, Kamboja dan Laos.
Namun yang lain bergulat menahan malu lantaran harus hidup bergantung dari bantuan orang.
Beberapa berkisah betapa mereka menderita trauma dan mimpi buruk tentang tahun-tahun penuh penyiksaan selama di kamp kerja paksa. Sejumlah korban lalu mencari ketenangan pada narkoba dan minuman keras.
Menurut penelusuran AP, setidaknya satu nelayan Kamboja berusaha bunuh diri. Seorang nelayan Thailand mencoba kembali bekerja di atas kapal. Ia mengalami musibah saat lengannya harus diamputasi setelah terjerat jaring ikan. Sebagai kompensasi ia ditawari duit senilai 40 ribu Rupiah dan selusin mie instan.
Kisah nestapa para lelaki naas ini berawal dari beberapa tahun silam ketika mereka meninggalkan desa karena dijanjikan pekerjaan berupah tinggi di Thailand. Realitanya mereka diculik dan dijual sebagai budak di pulau Benjina yang terletak tak jauh dari Papua Barat.
Daftar Laut Paling Beracun di Bumi
Aktivitas manusia membuat samudera bumi dipenuhi lautan sampah dan limbah beracun. Inilah daftar laut yang paling tercemar di dunia. Ironisnya sebagian besar berada di Eropa dan Amerika Utara.
Foto: Shutterstock
Teluk Meksiko
Selain bocornya anjungan minyak lepas pantai 2010 lalu, Teluk Meksiko disebut sebagai wilayah laut dengan zona kematian paling besar di dunia. Kandungan zat kimia pada air laut di kawasan ini mencakup nitrogen dan fosforus yang berasal dari area pertanian AS di tepi sungai Mississippi. Kandungan zat kimia tersebut menciptakan puluhan titik minim oksigen di bawah permukaan air.
Foto: Getty Images
Atlantik Utara
Sejak pertama kali didokumentasikan tahun 1976, sampah plastik yang mencemari utara Atlantik antara Eropa dan Amerika Serikat kian menggunung. Ilmuwan memperkirakan sekitar 200.000 potongan plastik memenuhi setiap satu kilometer persegi di Samudera Atlantik.
Foto: imago
Pasifik Utara
Berkat arus laut, sampah plastik dari Amerika Serikat dan Asia terjebak di utara Pasifik. Tidak ada yang tahu seberapa besar kawasan yang tercemar, tapi ilmuwan memperkirakan antara 700.000 hingga 15 juta kilometer persegi. Sampah yang mengambang kebanyakan berupa potongan plastik berukuran mikroskopik. Sampah ini terutama mengancam kehidupan satwa laut.
Foto: CC2.0/TheAnimalDay
Samudera Hindia
Menurut Indian Ocean Experiment, Samudera Hindia diliputi oleh lautan sampah plastik seluas 10 juta kilometer persegi. Selain itu limbah kimia yang mencemari laut menyebabkan hipoksia, yakni kondisi rendah oksigen. Tahun 2011 peneliti dari University of Virginia menemukan, tingginya tingkat polusi udara di Samudera Hindia menggandakan peluang terjadinya badai tropis.
Foto: MEHR
Laut Baltik
Penangkapan ikan berlebihan, pencemaran minyak dan polusi dari daratan menempatkan laut Baltik sebagai salah satu kawasan laut paling tercemar di bumi. Sejak lebih dari satu dekade komisi kelautan Swedia mewanti-wanti, populasi separuh jenis ikan di laut Baltik berada di bawah level kritis. Finlandia bahkan melarang warganya memakan beberapa jenis ikan dari laut Baltik atas alasan kesehatan
Foto: picture-alliance/ZB/Patrick Pleul
Laut Tengah
Program Lingkungan Hidup PBB memperkirakan, 650 juta ton limbah, 129.000 ton minyak mineral, 60.000 ton merkuri dan 36.000 ton fosfat dibuang ke Laut Tengah setiap tahunnya. Karena bentuknya yang tertutup dua benua, Laut Tengah membutuhkan waktu 100 tahun untuk regenerasi, demikian Greenpeace. Sebab itu pula perairan di antara Afrika dan Eropa ini termasuk yang paling tercemar di dunia
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online
Laut Karibia
Kerusakan terbesar pada ekosistem laut Karibia disebabkan oleh aktivitas manusia. Menurut penelitian yang dibuat National Centre for Ecological Analysis and Synthesis di AS, cemaran minyak, penangkapan ikan berlebihan, polusi dan perubahan iklim membunuh keragaman hayati di dalam laut. Berbagai jenis ikan, tiram, rumput laut dan terumbu karang perlahan dikabarkan mulai menghilang.
Foto: Shutterstock
7 foto1 | 7
Laporan AP kemudian menggerakkan pemerintah Indonesia melakukan aksi pembebasan. Jakarta juga melacak rantai distribusi produk ikan hasil perbudakan itu hingga ke Amerika Serikat dengan sejumlah perusahaan raksasa seperti Wal-Mart, Sysco, Kroger, Fancy Feast dan Lams sebagai konsumen terbesar. "Apa yang terjadi di Benjina membuka mata semua orang," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang mengkoordinir aksi penyelamatan.
Tapi meski berlimpah nestapa, nasib 2000 bekas budak nelayan di Indonesia itu juga menyimpan kisah inspiratif. Sejumlah nelayan mengaku sukses membuka usaha dan membangun keluarga. Beberapa kembali ke sekolah atau menemukan pekerjaan layak. Mereka juga ikut membantu dalam kasus hukum yang menjerat para tersangka pelaku perdagangan manusia.
Kebanyakan mengakui hanya waktu yang bisa membantu mereka berdamai dengan kenangan buruk tersebut. Tapi mereka tetap menyimpan marah atas ketidakadilan dan kehidupan yang hilang di Benjina. Meski begitu semua bersyukur bisa kembali ke rumah dan hidup sebagai pria bebas. Setidaknya mereka bukan lagi budak.
Nelayan Tumpuan Negara
Sektor perikanan memegang peranan penting bagi Vietnam. Tetapi sektor ini sekarang menghadapi masalah besar akibat adanya pertikaian wilayah laut dengan Cina.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Negara Nelayan
Pagi hari, pelabuhan kota Danang di Vietnam tengah mulai aktif. Sektor perikanan sejak dulu pegang peranan penting dalam perekonomian negara tersebut.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perusahaan Keluarga
Sebagian besar sektor perikanan merupakan bisnis keluarga. Awak kapal penangkap ikan ini baru saja menurunkan hasil tangkapan. Baru beberapa tahun belakangan ini industri penangkapan ikan berkembang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pasar Ikan
Dengan bantuan perahu kecil, hasil tangkapan dibawa ke darat dan diterima pedagang. Banyak pedagang membeli untuk restoran atau hotel besar di Danang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pedagang Besar
Pedagang besar, yang menerima tangkapan ikan dan mengangkutnya dengan truk besar tidak banyak di Danang. Tapi ekspor meningkat, misalnya ekspor makanan laut ke Uni Eropa.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Di Daratan
Di daratan, seperti di pelabuhan Sa Ky (foto) pedagang kecil menjual ikan dan udang terutama bagi warga setempat. Ketika pria melanjutkan pekerjaan di kapal, kaum perempuan kerap mengambil alih penjualan. Sebuah kapal bisa memberi makan bagi 15 keluarga.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Kerja Keras
Badan statistik Vietnam mencatat adanya 30.000 kapal nelayan. Di tiap kapal bekerja 10 sampai 15 pria, yang berada di laut sampai sebulan. Mereka hidup berdesak-desakan. Sebuah kamar besarnya hanya sekitar 15 meter persegi.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perbaikan
Dalam pekerjaan berupa perbaikan peralatan yang sangat diperlukan, misalnya memperbaiki jala, biasaya seluruh keluarga diikutsertakan. Tanpa kerja sama sumber mata pencaharian tidak mungkin terjamin.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Cekcok Teritorial
Penempatan anjungan pengeboran lepas pantai HD981 oleh Cina di daerah perairan yang dipersengketakan, jelas memperburuk situasi nelayan. Kapal Cina dan Vietnam semakin sering bentrok.
Foto: picture-alliance/dpa
Korbannya
Di dok pelabuhan Danang ditambat kapal Vietnam berkode 90152. Kapal itu ditenggelamkan tanggal 27 Mei 2014 ketika bertabrakan dengan kapal pengawas pantai Cina. Pemerintah Vietnam membelinya dari pemilik kapal sebagai bukti agresi Cina di wilayah mereka.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Patriotisme
Di daerah pantai Vietnam propaganda bisa dijumpai di mana-mana. Spanduk ini bertujuan jadi peringatan, bahwa pulau ini, yang berlokasi di dekat pantai Vietnam, adalah milik negara Vietnam. Akhir pertikaian sejauh ini belum terlihat.