Buku memoar yang ditulis bekas Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengungkap rahasia dapur Gedung Putih terkait perang di Afghanistan. Obama disebut meragukan strateginya sendiri dan "cuma ingin keluar" dari medan perang
Iklan
Ketika Presiden Barack Obama mengangkat Robert Gates sebagai menteri pertahanan 2008, sebagian besar mengira punggawa Demokrat itu sedang mendekati Partai Republik. Tidak ada yang menyangka bahwa Gates suatu saat bakal membidik Gedung Putih - ironisnya, justru itulah yang sekarang terjadi.
Sepekan menjelang terbit, buku autobiografi milik Gates sudah melancarkan bola panas ke arah Obama. Di dalamnya ia menggambarkan orang nomer satu di Amerika Serikat itu sebagai seorang presiden yang menyangsikan strategi sendiri. Obama disebut meragukan perang Afghanistan yang telah merenggut nyawa ribuan prajurit Amerika.
Pada sebuah pertemuan, Maret 2011, Gates mendapat kesan, Obama tidak mempercayai kemampuan Jendral David Patreus, panglima perang AS di Afghanistan. Selebihnya orang nomer satu di Washington itu merasa, "bahwa perang ini bukan miliknya." Menurut Gates, "ia cuma ingin keluar" dari Afghanistan, tulisnya seperti yang dikutip New York Times dan Washington Post.
Buku milik Gates yang berjudul " Duty: Memoirs of a Secretary of War" itu sejatinya baru akan terbit pekan depan. Namun beberapa kutipan lolos ke publik melalui sejumlah media.
Catatan hitam politikus lintas zaman
Gates adalah dinosaurus terakhir di Washington. Ia tidak cuma mengabdi pada presiden Republik, melainkan juga Demokrat. Mulai dari Nixon, Carter, Reagan, Bush I, Bush II hingga akhirnya Obama.
Bekas Direktur CIA di era George Bush itu kemudian diangkat sebagai Menteri Pertahanan oleh Bush junior. Ketika Obama 2009 menang pemilu, ia membiarkan Gates berada di posisinya.
Kutipan dari memoar itu pun bisa dipastikan bakal menggoyang Gedung Putih. Untuk pertama kalinya seorang pejabat tinggi dari pemerintahan Obama berkoar-koar ke publik soal rahasia dapur Washington.
Buku tersebut juga unik, karena sang empunya tidak menunggu masa jabatan Obama berakhir. "Saya tida meragukan dukungan Obama buat serdadu kita," tulis Gates, "cuma saya meragukan dukungannya untuk misi," di Afghanistan.
Tulisan Gates kebanyakan berpusar pada perang di Irak dan Afghanistan. Soal Bush junior, ia nyebut sasaran bekas Presiden dari Partai Republik itu "ambisius dan memalukan, serta naif secara sejarah." Gates merujuk pada dana dan perlengkapan yang disediakan pemerintah AS untuk operasi militer di Irak.
Gedung Putih "Berterimakasih"
Menurut Bob Woodward, wartawan tersohor Washington Post yang menulis resensi buku tersebut, Gates kendati kritis, menilai Obama sebagian besar membuat keputusan yang tepat terkait perang di Afghanistan.
Reaksi Gedung Putih tidak menunggu lama. Presiden Obama, kata Jurubicara Dewan Keamanan Nasional Caitlin Hayden, berterimakasih atas pengabdian Gates sebagai Menteri Pertahanan terhadap keamanan negara.
Obama katanya menyambut keragaman opini di antara anggota kabinetnya, karena hal tersebut dinilai memperluas pandangan dan mengasah kebijakan yang dibuat. Cuma terkait kritik tajam terhadap wakilnya, Joe Biden saja Obama keras kepala. Jika Gates menuding Biden sebagai negarawan yang selalu "salah di berbagai isu politik dalam dan luar negeri," Obama sebaliknya menilai wakilnya itu sebagai "salah seorang negarawan terdepan di generasinya."
rzn/hp (dpa,rtr,afp,ap)
Irak - 10 Tahun Setelah Perang
Sepuluh tahun setelah invasi AS, bagaimana kehidupan di Irak?
Foto: DW/K. Zurutuza
Mimpi buruk terus berlangsung
Sekalipun miliaran Dollar AS disalurkan untuk pembangunan kembali, situasi bagi warga Irak masih buruk. Air dan listrik tetap langka. Selain infrastruktur yang sangat buruk, Irak juga menghadapi korupsi yang merajalela, kemiskinan yang meluas dan pengangguran tinggi.
Foto: DW/K. Zurutuza
Dalam pengungsian
Bertahun-tahun perang dan instabilitas politik mengakibatkan pengungsian besar-besaran. Menurut laporan badan pengungsi PBB, UNHCR, tahun 2012 banyak pengungsi Irak di Suriah yang kembali lagi ke negaranya karena di Suriah terjadi perang. Menurut UNHCR, di Irak sendiri ada 1,2 juta pengungsi.
Foto: DW/K. Zurutuza
Ritual sehari-hari
Hampir seperlima dari 33 juta penduduk Irak tinggal di Bagdad. Ibukota Irak penuh dengan kawasan tertutup dan zona keamanan. Penduduk Bagdad harus melewati banyak pos pengawasan setiap hari. Walaupun begitu, tetap saja terjadi serangan bunuh diri. Sehari sebelum peringatan 10 tahun Perang Irak, bom mobil meledak di kawasan yang dihuni kalangan Syiah di Bagdad. 50 orang tewas.
Foto: DW/K. Zurutuza
Kematian dan kehancuran
Bank data "Iraq Body Count“ menghitung semua korban tewas dalam aksi kekerasan sejak invasi Amerika Serikat tahun 2003. Tahun lalu, data itu mencatat ada 4.568 korban sipil yang tewas. Tahun 2012 menjadi tahun pertama jumlah korban sipil yang tewas meningkat setelah 2009. Menurut "Iraq Body Count” tahun 2011 ada 4.144 warga sipil yang tewas.
Foto: DW/K. Zurutuza
”Bukan negara untuk perempuan”
Hanya 40 persen perempuan Irak saat ini bisa membaca dan menulis. Tahun 1970 angka ini masih mencapai hampir 100 persen. Irak dulu memuji dirinya sebagai negara pertama di Timur Tengah yang punya perdana menteri dan hakim perempuan. Sekarang banyak janda yang harus berjuang mempertahankan hidup. Makin banyak anak gadis yang dipaksa menikah.
Foto: DW/K. Zurutuza
Hidup di atas Ranjau
Perang dan konflik internal selama sepuluh tahun meninggalkan warisan berbahaya. Di Irak banyak sekali ranjau darat dan bom yang tidak meledak. Menurut keterangan PBB, ada sekitar 2,7 juta orang di Irak yang hidup di kawasan ranjau.
Foto: DW/K. Zurutuza
Kematian pelahan-lahan
Berbagai laporan medis memberitakan tentang meningkatnya penderita kanker dan angka kematian anak-anak. Peningkatan ini bahkan disebut jauh lebih tinggi dari angka di Hiroshima dan Nagasaki setelah bom atom dijatuhkan. Penyebab utama adalah bahan uranium yang digunakan untuk memperkuat daya tembus bom.
Foto: DW/K. Zurutuza
Sons of Irak
Kelompok "Sons of Irak“ dibentuk tahun 2005 oleh para pimpinan Sunni untuk menjaga keamanan di kawasan mereka. Kelompok ini sekarang menjadi pasukan paramiliter, yang beroperasi bersama-sama dengan aparat keamanan resmi di seluruh Irak. Karena persenjataan mereka buruk, mereka sering jadi sasaran serangan teror Al Qaida.
Foto: DW/K. Zurutuza
Musim semi Arab di Irak?
Di kawasan yang mayoritas penduduknya warga Sunni, sejak Desember 2012 sering terjadi aksi demonstrasi yang diikuti ribuan orang. Aksi demonstrasi ini merupakan lanjutan dari rangkaian protes yang dimulai tahun 2011, sehubungan dengan gerakan yang disebut Musim Semi Arab.
Foto: DW/K. Zurutuza
Demi masa depan yang lebih baik?
Brigade "Revolusi 1920“ adalah kelompok bersenjata kalangan Sunni. Kelompok ini memerangi pemerintah Irak. ”Mereka yang bertanggung jawab untuk perang ini, harus punya kewajiban moral untuk membantu pembangunan kembali negara kami,” kata komandan brigade Saad kepada DW. ”Invasi ini dilaksanakan dengan kebohongan besar, bahwa ada senjata pemusnah massal di sini.”