Bekas Perwira Militer Suriah Mulai Diadili di Jerman
11 Januari 2022
Pekan ini pengadilan Jerman bakal membuka sidang kasus dugaan kejahatan kemanusiaan oleh seorang bekas perwira militer Suriah di Berlin. Dakwaan berkisar pada pelanggaran HAM di penjara rahasia milik rejim Bashar Assad.
Iklan
Di sebuah kedai kopi di pusat kota Berlin, Jerman, Wafa Mustafa sibuk menebar foto-foto ayahnya di atas meja. Dia menghilang sejak 2013 lantaran aktivisme melawan Presiden Suriah, Bashar Assad, kata perempuan berusia 31 tahun itu.
Kesaksiannya diperlukan dalam sidang dugaan delik penyiksaan oleh negara di Suriah yang akan dimulai pada Kamis, (13/1) mendatang. Dakwaan terhadap Anwar Raslan, bekas perwira Suriah berpangkat kolonel, adalah "langkah pertama," kata Wafa kepada AFP. "Tapi yang paling penting adalah bahwa kita tidak menganggap penjara rahasia di Suriah sebagai relik masa lalu."
"Kita harus menyelamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan," tukas Wafa. Matanya terlihat sembab ketika mengenang kehidupan lama di kampung halaman yang kini telah sirna oleh kerusakan perang. "Horor dan kebrutalan yang kami saksikan dan masih menghantui hingga saat ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan."
Puluhan ribu warga Suriah dilaporkan tewas akibat penyiksaan atau kelaparan di dalam penjara rahasia pemerintah Suriah. Klaim itu berasal dari "Caesar," seorang bekas fotografer kepolisian militer Suriah yang membelot keluar negeri dan hidup dengan identitas rahasia.
Pemilu di Suriah Tandai 50 Tahun Kekuasaan Dinasti Assad
Pemilu di Suriah akan berlangsung pada 26 Mei 2021 dan akan menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di negara yang terpecah dan hancur oleh peperangan.
Foto: Jalaa Marey/AFP
Hafez al-Assad, orang kuat Suriah selama puluhan tahun
Hafez al-Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970 setelah melancarkan kudeta. Dia membangun Suriah dengan tangan besi melalui partai hegemoni Ba'ath, dan meletakkan fundamen kekuasaan dinastinya. Hafez al-Assad meninggal 10 Juni 2000. Sebulan kemudian, anak lelakinya Bashar terpilih sebagai pemimpin baru setelah memenangkan 97 persen suara dalam referendum. Bashar adalah satu-satunya kandidat.
Foto: AP
Pupusnya harapan reformasi
Bashar al-Assad tadinya dipandang sebagai pemimpin muda yang berpandangan modern dan akan menggalang reformasi Suriah. Namun ketika gerakan protes "Musim Semi Arab" mulai melanda Suriah, Bashar mengerahkan pasukan dan menindas secara brutal aksi-aksi protes. Sebagian pasukan Suriah lalu bergabung dengan kalangan oposisi dan pertempuran pecah di banyak tempat.
Foto: Louai Beshara/AFP
Perang tak berkesudahan
Peperangan makin meluas, bahkan mendekat ke ibukota Damaskus. Menghadapi para pemberontak, Bashar al-Assad tidak segan mengerahkan segala kekuatan militer, termasuk serangan dengan senjata kimia.
Foto: picture-alliance/AA/H. Adnan
Rumah sakit jadi sasaran
Pasukan pemerintah Suriah menyerang rumah sakit untuk mencegah para gerilyawan dirawat. Foto: Rumah Sakit Arbin di kota Ghouta yang hancur setelah jadi sasaran serangan udara, Februari 2018.
Foto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance
Ratusan ribu pengungsi
Ratusan ribu orang melarikan diri dari kota-kota yang jadi sasaran pemboman. Kamp pengungsi di Idlib didirikan setelah kota Idlib hancur diserang pasukan pemerintah Suriah yang mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran.
Foto: picture-alliance/AA/M. Abdullah
Dukungan militer dari "saudara tua" di Iran
Bashar al-Assad bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Februari 2019. Khamenei menyebut Bashar sebagai "pahlawan dunia Arab". Iran mengirimkan bantuan ke Suriah karena ingin memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah untuk melawan Israel dan negara-negara Arab berhaluan Sunni seperti Arab Saudi. Sama dengan Iran, dinasti Assad berhaluan Syiah.
Foto: Leader.ir
Bantuan dari penguasa di Moskow
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin terpampang di Ghouta, setelah kota itu direbut pasukan pemerintah dari tangan pemberontak, dengan bantuan tentara Rusia, Februari 2018. Rusia terutama ingin mengamankan sumber daya alam Suriah dan sudah mendapat persetujuan dan kontrak untuk menambang minyak, gas dan phosphor.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah
Tanggal 26 Mei 2021 rezim di Damaskus kembali melangsungkan pemilihan umum dengan kandidat utama Bashar al-Assad, yang akan memasuki masa jabatan yang keempat, sekaligus menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah. (hp/gtp)
Foto: LOUAI BESHARA/AFP
8 foto1 | 8
Wafa sendiri mengungsi ke Jerman pada 2016, mengikuti kebijakan bekas Kanselir Angela Merkel yang membuka pintu bagi pengungsi perang pada 2015 silam.
Tidak semua pencari suaka dari Suriah merupakan korban perang. Sekelompok kecil bekas pejabat pemerintah atau perwira militer juga kedapatan meminta suaka. Mereka diidentifikasi oleh bekas tahanan politik yang ikut mengungsi, seperti dalam kasus Anwar Raslan.
Iklan
Penyelidikan digerakkan kesaksian
Informasi dari para korban menggerakkan gelombang penyelidikan di seluruh Jerman. Saat ini sejumlah warga Suriah sedang menjalani pemeriksaan dengan dakwaan kejahatan kemanusiaan. Raslan sendiri tercatat pernah memimpin penjara al-Khatib di pusat kota Damaskus.
Dia didakwa ikut membantu pembunuhan terhadap 58 tahanan dan penyiksaan terhadap 4.000 narapidana lain antara April 2012 hingga September 2012. Jika terbukti bersalah, Raslan terancam hukuman kurung seumur hidup.
Pekan depan, sebuah pengadilan di Frankfurt dijadwalkan membuka sidang perdana kasus dugaan kejahatan kemanusiaan terhadap seorang dokter Suriah.
Idlib Hadapi Bencana Kemanusiaan
Pasukan Suriah yang disokong Rusia lancarkan pemboman kawasan Idlib, Suriah. Aliran pengungsi kini bergerak ke perbatasan Turki. PBB peringatkan kemungkinan terjadinya "pertumpahan darah."
Foto: picture-alliance/AA/E. Hacioglu
Melarikan diri
Jalan-jalan dipenuhi kendaraan yang bergerak dari kawasan Idlib di Suriah Utara menuju perbatasan Turki. Pasukan rezim Assad maju dari selatan dan timur, disokong sekutu Rusia dan Iran. Sebagian kelompok pemberontak didukung Turki, yang juga menempatkan serdadunya di daerah itu.
Foto: Reuters7K. Ashawi
"Kengerian berlipat ganda"
Hampir satu juta orang sudah berada di pengungsian sejak Desember. Menurut petugas urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, "kengerian sudah berlipat ganda" dalam dua pekan belakangan ini. Pertempuran semakin sengit dalam beberapa hari terakhir. Tentara Presiden Assad desak warga keluar dari provinsi Idlib dalam upaya menguasai daerah terakhir yang masih di tangan pemberontak.
Foto: Reuters/K. Ashawi
Dibom hingga luluh lantak
Maaret al Numan dan daerah sekitarnya jadi kawasan yang paling didera serangan. Kota itu dibom hingga luluh lantak dan ditinggalkan penduduknya. Jalan bebas hambatan M5 dari Damaskus menuju perbatasan dengan Turki melewati kawasan ini dan Aleppo. Para pengungsi berusaha mencapai perbatasan, tapi perbatasan sudah ditutup.
Foto: picture-alliance/AA/M. Said
Menunggu di perbatasan
Sekitar 100 orang, di antaranya 35 anak, tewas dalam paruh pertama Februari saja. Demikian keterangan PBB, yang juga mengatakan bahwa keselamatan warga sipil dengan sengaja tidak dipedulikan. Keluarga ini lari ke perbatasan dengan Turki beberapa bulan lalu. Mereka tinggal di kamp pengungsi Kafr Lusin, dengan harapan Turki akan membiarkan mereka masuk.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
500.000 anak menderita
Dari sekitar satu juta orang yang melarikan diri, diperkirakan separuhnya anak-anak. Dan sebagian besar dari separuh lainnya perempuan. Di dekat perbatasan tidak cukup banyak gubug untuk menampung mereka, sehingga sebagian tinggal di tenda-tenda. Orang-orang tidur hanya beralas karton, kadang dalam suhu di bawah nol.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Hanya sedikit makanan dan obat-obatan
Yang memiliki tenda biasanya tinggal di sana bersama lusinan anggota keluarga. Di banyak kamp pengungsi obat-obatan tidak ada lagi, sementara makanan dan pakaian sudah semakin berkurang. Menurut dokter yang bertugas, anak-anak menderita kekurangan makanan, dan sebagian bahkan terancam mati kelaparan. Sebagian orang sudah mati kedinginan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Mengungsi di sekolah
Banyak anak di daerah itu tidak bisa bersekolah lagi. Jadi banyak bangunan sekolah sudah dialihfungsikan. Kadang, bahkan kamp pengungsi jadi sasaran pemboman.
Foto: Getty Images/B. Kara
Berusaha selamat
Jika ingin menyeberangi perbatasan lewat rute ilegal, orang harus membayar mahal. Tidak semua orang bisa membayar. Penyelundup manusia meminta uang sekitar 29 juta Rupiah. Dan mereka yang nekad mempertaruhkan nyawa, karena penjaga perbatasan Turki memiliki kamera pencitraan termal yang bisa membantu mereka melacak pengungsi yang berusaha melintasi perbatasan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Ingin hidup yang bermartabat
Menurut PBB, situasi di Idlib bisa jadi bencana kemanusiaan terbesar di abad ke-21. Tidak ada yang tahu apakan akan ada gencatan senjata. Sementara bagi para pengungsi, siapa yang yang mengakhiri perang tidak terlalu penting. Mereka memerlukan keamanan, dan ingin hidup secara terhormat, juga untuk anak-anak mereka. (Ed.: ml/ap)
Foto: Getty Images/B. Kara
9 foto1 | 9
Wafa sendiri mengalami trauma tersebut pada usia 20an tahun, ketika aparat keamanan menyeret ayahnya dari apartemen keluarga di Damaskus pada 2013. Sejak itu Wafa, ibu dan kedua saudara perempuannya menghabiskan waktu mencari sang ayah, menanyakan semua orang, menggedor pintu atau membayar uang suap untuk mendapat informasi. Tapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
"Ini adalah salah satu aspek yang paling sulit dari hilangnya anggota keluarga," kata dia. "Hal ini menguras uang, energi, kekuatan dan keyakinan Anda."
Dia sempat menulis surat kepada Raslan melalui kuasa hukumnya. Wafa berharap sang kolonel bisa menjawab teka-teki keberadaan ayahnya. Namun Raslan mengaku tidak mengetahui apapun. "Tidak seorangpun akan berhenti mencari anggota keluarga yang hilang. Hal itu adalah bagian dari penderitaan kami."
Baginya, dendam bukan yang ingin dicari. "Keadilan buat Suriah bukan berbentuk balas dendam. Apa yang kami perjuangkan sejak sepuluh tahun lalu adalah kebebasan, keadilan dan hukum." Dalam hal ini, Wafa mengaku menemukan sumber kekuatan pada trauma masa lalu. "Kenangan atas ayah saya, atas Suriah, adalah senjata utama saya," kata dia.