Bekas jihadis yang terlibat dalam serangan bom Bali 2002 membangun sekolah buat merajut damai. Di hari kemerdekaan Indonesia mereka beramai-ramai mengibarkan bendera dan mengucap sumpah setia pada NKRI.
Iklan
Limabelas tahun setelah menggeluti dunia teror, Sumarno dan Ali Fauzi kini merajut damai lewat pendidikan. Keduanya membentuk insiatif untuk memerangi terorisme dengan mengajak mantan jihadis dan keluarganya terlibat dalam sekolah Lingkar Perdamaian di desa Tenggulun, Jawa Timur.
Di sekolah itu tiga eks teroris mengibarkan bendera di hari kemerdekaan Indonesia bersama 50 bekas jihadis lain, aparat kepolisian dan TNI. "Ini datang dari lubuk hati yang paling dalam. Acara ini menunjukkan kami ingin menjadi warga negara yang baik," kata Fauzi.
Ia mengakui sejumlah mantan jihadis lain menolak bergabung menghormati bendera. "Masih dalam proses," ujarnya. "Radikalisasi membutuhkan proses, begitu pula dengan deradikalisasi. Mereka belum siap menghadap masyarakat."
Ketika upacara bendera berlangsung di desa Tenggulun, seremoni serupa digelar di Lapas Porong Sidoarjo dengan Umar Patek sebagai pengibar bendera. Terpidana kasus bom Bali itu berinisatif mengajukan diri secara sukarela. "Bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Melainkan murni dari keinginan sendiri Umar Patek," kata Kepala Biro Humas Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Lilik Bambang kepada Kompas.
Serunya Lomba 17 Agustus-an
Kocak, seru, kadang penuh perjuangan. Tiap 17 Agustus, berbagai lomba tradisional digelar. Lomba apa yang paling Anda gemari saat 17 Agustus-an?
Foto: Getty Images/E. Wray
Lomba Makan Kerupuk
Jenis lomba ini sepertinya 'wajib' ada dalam setiap ajang lomba 17 Agustus-an. Kerupuk yang digantung ke seutas tali harus segera dihabiskan oleh peserta lomba yang matanya ditutup secarik kain. Kalau urusan makan, seharsnya tak sulit. Yang makannya paling cepat, dialah pemenangnya.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Lomba Balap Karung
Seperti jenis permainan lainnya, lomba balap karung mengandalkan kecepatan. Siapa cepat dia menang. Yang mengundang senyum penontonnya adalah, peserta lomba harus meloncat-loncat ke garis finish. Tapi kalau sampai jatuh, membuat kita jadi meringis. Awas jatuh!
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Lomba Pecahkan Balon Berisi Air
Memukul balon yang digantung hingga pecah -- mungkin mudah. Tapi melakukanya dengan mata tertutup? Kalau tak hati-hati bisa jadi rekan peserta lain bisa kena pukul. Jenis lainnya, memecahkan balon dengan jarum. Boleh dibilang, jenis lomba yang satu ini cukup sulit. Begitu balonnya pecah, air di dalam balon, muncrat kemana-mana dan tertawa penontonpun pecah, termasuk mereka yang kecipratan.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Lomba Tarik Tambang
Lomba ini melatih kekompakan dan persatuan. Setiap grup terdiri dari beberapa orang. Dua grup yang berlawanan adu menarik tali tambang hingga grup lainnya terseret ke wilayahnya. Ssssttt, ini triknya: Posisikan yang paling kuat tenaganya di bagian depan, bukan di belakang.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Lomba Perang Bantal di Atas Air
Pesertanya diharap bisa berenang, karena permainan ini dilakukan di atas bambu yang dipasang di atas air, kolam, atau sungai. Kadang-kadang juga di atas lumpur. Setiap peserta dimodali satu bantal atau guling yang telah dibasahi. Mereka saling memukul pakai bantal/guling, yang jatuh lebih dulu, kalah.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Main Bola di Lumpur
Main bola mungkin sudah biasa. Tapi untuk gelaran 17 Agustus-an ini biasanya main bolanya di genangan lumpur. Jadi kebayang bukan, hebohnya seperti apa?
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Panjat Pinang
Bagi banyak orang, yang spektakuler mungkin panjang pinang. Satu kelompok bekerjasama agar bisa mencapai pucuk tiang ini, guna mengambil berbagai hadiah yang dipasang di puncaknya. Penuh perjuangan, penuh taktik. Semoga beruntung.
Foto: Getty Images/E. Wray
Apapun Permainannya Yang Penting Kebersamaannya
Lihat, hadiah panjat pinangnya cukup heboh. Bahkan ada sepeda yang dipasang di puncaknya. Menang atau kalah, yang terpentinga adalah rasa suka cita terlepas dari penjajahan dan rasa kebersamaan berbangsa, tanpa membedakan suku agama ataupun ras. Dirgahayu Indonesia.
Foto: Getty Images/E. Wray
8 foto1 | 8
Fauzi adalah adik kandung Amrozi dan Ali Imron yang juga terlibat dalam serangan teror di Bali 2002 silam. Dilatih oleh Hambali yang kini mendekam di penjara Guantanamo, ia mengajari Amrozi dan Sumarno tentang cara membuat bom. Sumarno yang akhirnya membawa minibus berisikan bom ke Sari Club dan meledakannya.
"Saya sangat kacau," kisahnya. "Bali adalah tempat yang damai, bukan medan perang."
Fauzi mengaku mulai menyadari kesalahannya ketika bertemu bekas korban bom di hotel J.W. Mariott. "Namanya Max Boon, orang Belanda. Kakinya diamputasi. Dia beragama Katolik. Tapi dia mengampuni saya dan murid-murid saya. Lalu saya berpikir, apakah saya bisa melakukan hal yang sama jika saya berada di posisinya?"
Sebab itu ia kini serius membangun komunitas Linkar Perdamaian, di desa yang sama seperti tempat ia dan saudaranya dibesarkan. "Selama bertahun-tahun kami mengalami terorisme di Indonesia," ujar Fauzi. "Tapi kami juga punya pengalaman panjang menyembuhkan penyakit terorisme."
Buah Haram Wahabisme
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah.
Foto: Reuters/C. Barria
Wahabisme Telurkan Radikalisme?
Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan terhadap radikalisasi.
Foto: Reuters
Sumber Ideologi
Kebanyakan kelompok teror dari Nigeria, Suriah, Irak hingga ke Pakistan mengklaim Wahabisme atau Salafisme sebagai ideologi dasar. Al-Qaida, Islamic State, Taliban, Lashkar-e-Toiba, Front al Nusra dan Boko Haram adalah kelompok terbesar yang jantung ideologinya merujuk pada paham Islam puritan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Propaganda dari Riyadh
Hingga kini pemerintah Arab Saudi sudah mengucurkan dana hingga 100 miliar dolar AS untuk mempromosikan paham Wahabisme ke seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Uni Soviet cuma menghabiskan dana propaganda Komunisme sebesar 7 miliar dolar AS selama 70 tahun sejak dekade 1920-an. Pakar keamanan mencurigai, sebagian dana dakwah itu disalahgunakan untuk membiayai terorisme.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier
Dana Gelap di Musim Haji
Pada nota rahasia senat AS dari tahun 2009 yang bocor ke publik, calon presiden AS Hillary Clinton menyebut hartawan Arab Saudi sebagai "donor terbesar" kelompok terorisme di seluruh dunia. Biasanya teroris memanfaatkan musim haji untuk masuk ke Arab Saudi tanpa mengundang kecurigaan aparat keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Al-Shaikh
Bisnis Perang
Penyandang dana teror terbesar di Arab Saudi tidak lain adalah hartawan berkocek tebal. Dengan mengandalkan uang minyak, mereka secara langsung atau tidak langsung menyokong konflik bersenjata di Pakistan atau Afganistan. Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor di Wikileaks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Karimi
Sumbangan buat Laskar Tuhan
Kelompok teroris tidak jarang menggunakan perusahaan atau yayasan untuk mengumpulkan dana perang. Lashkar-e-Toiba di Pakistan misalnya menggunakan lembaga kemanusiaan Jamaat-ud Dakwa, untuk meminta sumbangan. Kedoknya adalah dakwah Islam. Salah satu sumber dana terbesar biasanya adalah Arab Saudi.
Foto: AP
Senjata dari Emir
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Islam yang menyokong terorisme. Menurut catatan Pentagon yang dipublikasikan majalah The Atlantic, Qatar membantu Jabhat al-Nusra dengan perlengkapan militer dan dana. Kelompok teror tersebut sempat beroperasi sebagai perpanjangan tangan Al-Qaida di Suriah. Jerman juga pernah melayangkan tudingan serupa terhadap pemerintah Qatar ihwal dana untuk Islamic State
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jebreili
Dinar untuk al Nusra
Tahun 2014 silam Washington Post memublikasikan laporan yang mengungkap keterlibatan Kuwait dalam pembiayaan kelompok teror di Suriah, seperti Jabhat al Nusra. Laporan yang berlandaskan kesaksikan perwira militer dan intelijen AS itu menyebut dana sumbangan raksasa senilai ratusan juta dolar AS.
Foto: Reuters/H. Katan
Dukungan "tak langsung"
Harus ditekankan tidak ada bukti keterlibatan kerajaan al-Saud dalam berbagai aksi teror di seluruh dunia. Namun pada serangan teror 11 September 2001 di New York, AS, komite bentukan senat menemukan bahwa pelaku memiliki hubungan "tidak langsung" dengan kerajaan dan "mendapat dukungan dari kaum kaya Saudi dan pejabat tinggi di pemerintahan."
Foto: AP
Pencegahan Setengah Hati
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi terkesan setengah hati membatasi transaksi keuangan gelap untuk pendanaan terorisme dari warga negaranya. Dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor ke publik, Riyadh misalnya aktif melumat sumber dana Al-Qaida, tapi banyak membiarkan transaksi keuangan untuk kelompok teror lain seperti Taliban atau Lashkar-e-Toiba.
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
Bantahan Riyadh
Namun Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, membantah hubungan antara ideologi Wahabi dengan terorisme. "Anggapan bahwa Saudi membiayai ekstremisme atau Ideologi kami menyokong ekstremisme adalah omong kosong. Kami aktif memburu pelaku, uang dan dalang di balik tindak terorisme," tukasnya.