Bekraf RI-Tatino Film Bangun Kerjasama di Bidang Perfilman
13 Februari 2019
Badan Ekonomi Kreatif RI (Bekraf) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Tatino Film di Berlin. Tatino Film akan menawarkan rangkaian pelatihan penulisan skenario, pengambilan gambar dan penyuntingan di Jakarta.
Iklan
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Tatino Film yang berlangsung di KBRI Berlin, hari Selasa (12/02) itu, dilakukan antara Wakil Kepala Bekraf RI, Ricky Joseph Pesik dan CEO Tatino Film, Matthieu Darras. Turut menyaksikan penandatanganan, Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno. Perusahaan Prancis ini bergerak di bidang editing sinematografi.
Ricky Joseph Pesik memaparkan pengembangan industri perfilman Indonesia menjadi salah satu prioritas Bekraf RI saat ini. Dalam tiga tahun terakhir, produksi film Indonesia meningkat sekitar 300 persen. Begitu pula jumlah penonton bioskop di Indonesia melonjak dari sekitar 16 juta pada tahun 2015, menjadi sekitar 50 juta pada tahun 2018. Oleh sebab itu menurutnya, statistik tersebut menunjukkan animo tinggi dari masyarakat dan insan perfilman Indonesia. Ia meyakini, potensi besar bisa dikembangkan.
"Kita perlu menyiapkan pelaku perfilman yang lebih handal untuk dapat mengimbangi peningkatan ini. Untuk itulah kita sepakati kerja sama dengan Tatino Film di Berlin”, jelas Ricky dalam sambutannya, sebagaimana dilansir dari keterangan pers dari KBRI Berlin.
Pemutaran Film Aruna dan Lidahnya di Festival Film Berlinale jadi contoh
Dubes RI di Jerman, Havas Oegroseno menyatakan peluang kerja sama perfilman perlu diperluas. Selain peningkatan kapasitas, ia mengusulkan sebuah paket komplet dalam kegiatan misi perfilman Indonesia di Jerman khususnya dan Eropa pada umumnya..
"Seperti kegiatan yang sempat saya hadiri kemarin, yakni pemutaran perdana Film Aruna dan Lidahnya di Festival Film Berlinale 2019. Ke depan perlu kita rancang kegiatan yang lebih lengkap. Tidak cuma menghadirkan para aktor/aktris, sutradara dan penulis film saja, tetapi juga kita buatkan paket kegiatan untuk dapat menggaet para investor untuk industri perfilman tanah air. Dengan potensi besar seperti disebutkan Pak Ricky tadi, tentunya menjadi magnet bagi para investor”, ujar Dubes Havas.
Sehari setelah pemutaran perdana di gedung Gropius Bau Berlin yang terkenal untuk karya seni kontemporer, film "Aruna & Lidahnya” diputar untuk kedua kalinya di bioskop Berlin dalam rangka Berlinale 2019.
Matthieu Darras menuturkan, kerja sama dengan Bekraf RI ini sebenarnya telah dimulai sejak pertengahan 2017. Hingga akhirnya kedua pihak sepakat untuk menandatangani MoU di awal tahun 2019 ini guna meningkatkan kerjasama itu.
Nonton Aruna & Lidahnya Bersama Para Bintang
Berlinale 2019 berlangsung di sekitar 20 gedung bioskop di Berlin. Film Aruna & Lidahnya ditayangkan kedua kali di gedung bioskop Cubix Filmpalast yang terletak di salah satu kawasan paling ramai di Berlin.
Foto: DW/A. Gollmer
Hubungan antara makanan, budaya dan politik
“Aruna & Her Palate” adalah salah satu dari dua film fiksi yang tampil dalam kategori Culinary Cinema. Kategori film kuliner menampilkan seluruhnya 10 film dari berbagai negara, kebanyakan film dokumenter. Kategori ini tidak hanya ingin menunjukkan makanan saja, melainkan juga hubungan antara makanan, budaya dan politik.
Foto: DW/A. Gollmer
Tim yang hadir di Berlin
Tim yang mendampingi pemutaran “Aruna & Lidahnya” di Berlin, dari kiri ke kanan: Muhammad Zaidy (produser), Hannah Al Rashid (Nadezhda), Edwin (sutradara), Dian Sastrowardoyo (Aruna), Nicholas Saputra (Bono) dan Meiske Taurisia (produser). Oka Antara (Farish) tidak bisa hadir di Berlinale karena kesibukannya dalam film terbaru.
Foto: DW/A. Gollmer
Sutradara diapit para produser
Edwin (tengah) dan kedua produser dari Palari Films, Muhammad Zaidy (kiri) dan Meiske Taurisia (kanan) merasa sangat bangga, bahwa “Aruna & Lidahnya” berhasil masuk program Culinary Cinema di Berlin tahun ini. Sebelum di Berlinale, film ini sudah ditayangkan di Macau Festival.
Foto: DW/A. Gollmer
Tiga pemeran utama: Hannah, Nico, Dian
Dalam film, tiga sekawan Nadezhda, Bono dan Aruna sangat bersemangat berburu kuliner nusantara yang unik. Pada Berlinale kali ini, selain sibuk dengan penayangan film dan acara-acara di seputarnya, mereka juga ingin mencoba dua makanan khas dari Berlin: Curry Wurst dan Döner Kebap.
Foto: DW/A. Gollmer
Keragaman budaya dan kuliner
Tokoh utama Aruna diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Menurutnya film “Aruna & Lidahnya” pada awalnya saja terlihat ringan, namun sebenarnya banyak topik-topik tabu yang dijadikan bahan perbincangan selagi makan bersama. Bagi Dian, film ini merefleksikan betapa orang Indonesia sangat berbeda-beda namun tetap bisa berteman dan menikmati bersama-sama.
Foto: DW/A. Gollmer
Chef Bono
Nicholas Saputra memerankan Chef Bono. Ini bukan pertama kali Nico datang ke Berlinale. Tahun 2012, film Kebun Binatang yang dia bintangi juga diputar di Berlinale untuk berkompetisi. Ada kesan tersendiri kali ini, setelah mencicipi menu khusus yang terinspirasi makanan Indonesia dalam acara special dinner setelah pemutaran perdana “Aruna & Lidahnya”.
Foto: DW/A. Gollmer
Nadezhda
Hannah Al Rashid memerankan Nadezhda. Dia mengakui tertarik pada karakter kompleks ini: Seorang perempuan mandiri di tengah masyarakat Indonesia yang penuh tabu. Setelah penayangan film, tim Aruna & Lidahnya menjawab pertanyaan penonton dalam sesi tanya jawab singkat.
Foto: DW/A. Gollmer
Berbaur dengan penonton dan fans
Usai sesi tanya jawab, para pemain, sutradara dan kedua produser film Aruna & Lidahnya masih berbaur dengan para penonton. Banyak orang Indonesia yang tinggal di Berlin dan sekitarnya mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang, berfoto dan minta tanda tangan dari para bintang dan pelaku film. (Teks & Foto: Anggatira Gollmer/hp)
Foto: DW/A. Gollmer
8 foto1 | 8
Apa saja bentuk kerjasamanya?
Matthieu Darras yang sebelumnya pernah kuliah di Belanda mengaku sangat tertarik dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia, yang menurutnya semakin menguatkan potensi besar Indonesia.
Dalam MoU disepakati beberapa bidang kerja sama, antara lain pelatihan film fiksi dan dokumenter untuk produser film, penulisan skenario, pengambilan gambar, dan penyuntingan. Setelah penandatanganan MoU, direncanakan rangkaian kegiatan pelatihan oleh Tatino Film yang akan dimulai pada bulan Agustus 2019 di Jakarta.