Teknologi pangan memiliki andil besar dalam pemanfaatan makanan, membuat produksi makanan menjadi lebih higienis dan lebih sehat. Apa yang bisa Indonesia pelajari dari Jerman?
Iklan
Edwin Hadiran adalah mahasiswa Indonesia asal Jakarta, yang kini sedang menempuh studi S2 di jurusan Teknologi Pangan, Universitas Bonn. Pada masa studi sebelumnya di Indonesia, ia juga mengambil jurusan teknologi pangan. Lalu, kenapa ia melanjutkan jenjang studi selanjutnya juga pada jurusan yang sama? Apa keunggulan Jerman dalam bidang studi ini? Simak bincang-bincang DW dengan Edwin berikut ini.
DW: Kenapa kamu tertarik untuk melanjutkan studi di jurusan yang sama di Jerman?
Edwin: Menurut saya, Jerman adalah negara yang maju dalam bidang science dan engineering. Dan teknologi pangan adalah ilmu yang menggabungkan kedua hal tersebut. Selain itu juga, Jerman memiliki sistem ketahanan pangan yang baik.
Apa kelebihan Jerman jika dibandingkan dengan Indonesia dalam bidang studi ini?
Orang-orang Jerman benar-benar menimbang risiko yang ada sebelum mengimplementasikan sebuah kebijakan atau teknologi baru, sehingga dampak negatif yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. Tidak hanya berkaitan dengan manusianya, namun juga segala aspek kehidupan. Dan juga mereka tidak mengabaikan aspek-aspek kecil. Contohnya profesor saya. Beliau membuat penelitian tentang cara mencuci piring yang baik, efektif dan tidak membuang-buang air. Hal-hal seperti ini, yang kadang diabaikan atau dianggap remeh, diteliti secara mendalam oleh mereka.
Kuliah Teknologi Pangan di Jerman
Teknologi pangan memiliki andil besar dalam pola makan manusia. Bidang studi ini dipelajari di universitas di Jerman, baik di jenjang S1 maupun S2. Apa saja yang dipelajari pada jurusan ini?
Foto: DW/N. Ahmad
Teknologi Pangan ala Jerman
Edwin Hadrian sedang menempuh kuliah S2 di jurusan Teknologi Pangan, Universitas Bonn. Ia menamatkan jenjang S1 di Indonesia juga pada jurusan yang sama. Banyak hal menarik yang Edwin pelajari di jurusan ini, yang berbeda dengan di Indonesia. Seperti misalnya, kurikulum studi yang sangat komprehensif dan ditujukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jerman.
Foto: DW/N. Ahmad
Akses air bersih
Salah satu hal yang paling menarik bagi Edwin tentang teknologi pangan di Jerman adalah akses air bersih yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Air keran dapat dikonsumsi langsung. Fokus riset para peneliti teknologi pangan di bidang ini adalah bagaimana mereka bisa mengembangkan teknologi pengolahan air yang selalu aman untuk masyarakat dan lingkungan.
Foto: DW/N. Ahmad
Konsep "zero waste"
Konsep teknologi pangan yang diajarkan di Jerman adalah konsep "zero waste" yakni dengan memanfaatkan seluruh sisa hasil produksi, sehingga tidak menghasilkan sampah. Limbah yang dihasilkan pun diolah sedemikian rupa hingga aman bagi lingkungan. Hal ini membuat teknologi pangan di Jerman sangat berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Foto: DW/N. Ahmad
Kebun Tanaman Pangan
Universitas Bonn memiliki kebun tanaman pangan, di mana hingga 2000 tanaman dikultivasi. Meskipun kebun ini milik universitas, kebun ini terbuka untuk umum. Di kebun ini bermacam tanaman dikultivasi untuk mencapai kriteria yang diinginkan, seperti misalnya buah yang lebih manis, tahan hama atau tahan serangga.
Foto: DW/N. Ahmad
Mesin pengolah bahan pangan
Di jurusan Teknologi Pangan, Edwin juga belajar tentang prinsip-prinsip penggunaan mesin agrikultur. Pengetahuan prinsip penggunaan mesin agrikultur bermanfaat untuk mengetahui mesin mana yang tepat untuk digunakan agar produksi pangan bisa lebih cepat dan efisien. (Ed:na/ts)
Foto: DW/N. Ahmad
5 foto1 | 5
Apa yang bisa Indonesia pelajari dari teknologi pangan di Jerman?
Teknologi pangan berkaitan erat dengan semua aspek kehidupan. Menurut saya ada beberapa aspek yang bisa Indonesia contoh dari Jerman. Pertama, perbaikan seluruh sistem, tidak hanya dari sisi teknologi pangan, namun juga aspek lainnya seperti ekologi, ekonomi dan sosial sehingga dapat tercipta lingkungan yang berkelanjutan. Sebenarnya banyak riset dari universitas, LIPI dan pusat studi lainnya yang sangat membantu perbaikan lingkungan, namun mungkin kurang mendapat perhatian masyarakat.
Kedua, perbaikan stigma masyarakat, terutama terhadap lingkungan dan makanan. Dari sisi makanan, misalnya, masyarakat di sini tidak malu untuk memesan makanan seadanya dan tidak mau membuang-buang makanan. Misalnya, orang akan membungkus dan membawa pulang makanan yang tidak habis dimakan di restoran. Jerman juga memiliki sistem pendidikan yang baik dan merata sehingga dapat memungkinkan segala lapisan memiliki akses. Hal ini terutama juga berdampak terhadap pola pandang mereka terhadap gizi sehingga mereka mampu menyediakan gizi yang baik terutama untuk anak-anak mereka. Dari sisi ekologi, kecenderungan mereka untuk merawat lingkungan juga dibantu oleh kebijakan yang diterapkan. Masyarakat dibiasakan untuk misalnya tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan daur ulang karena ada sistem yang jelas.
Yang ketiga, penerapan hukum yang lebih tegas di Indonesia. Misalnya, pencemaran air. Apabila limbah pabrik tidak memenuhi standar maka perusahaan bisa dikenai pajak atau denda. Ataupun bisa dilakukan public-private partnership, di mana di sini jika perusahaan swasta melakukan pengolahan limbah yang benar, maka itu bisa menurunkan pajak dan juga meningkatkan citra perusahaan tersebut di mata publik.
Bahan Pangan Berteknologi Tinggi
Susu bisa tahan berminggu-minggu. Ini tidak disediakan alam tapi dibuat oleh manusia. Manusia membuat penelitian. Hasilnya teknologi tinggi yang memungkinkan hal ini.
Foto: Fotolia/Lusoimages
Telinga juga Ikut Makan
Terlihat lezat, terasa enak dan terdengar renyah- sebuah biskuit harus bisa menarik panca indra. Untuk bisa mendapatkan bunyi renyah kue yang tepat, para pembuat biskuit mengerjakan semuanya sendiri. Seperti penciptaan suara pada motor mahal, dengan menggunakan alat-alat khusus para pembuat kue mencari bunyi paling sempurna untuk biskuitnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bubuk Susu Dalam Coklat
Cara pembuatan susu bubuk punya kontribusi terhadap rasa coklat yang khas. Reaksi yang sama yang membuat daging panggang atau remah roti terasa sangat enak. Bubuk susu yang dikeringkan dengan menggunakan pelindis akan memunculkan rasa karamel ringan. Para ahli saat ini masih terus melakukan penelitian terhadap reaksi Maillard atau reaksi pencoklatan non enzimatis.
Foto: Fotolia/larisabozhikova
Memperpanjang Daya Tahan Susu
Dahulu susu di kulkas akan rusak dalam hitungan 2 sampai 4 hari. Sekarang susu bermerek H bisa bertahan seminggu penuh pada suhu kamar. Akan tetapi, susu ini akan kehilangan rasanya. Berbeda dengan Susu bermerek ESL. Sebagian besar bakteri susu dibunuh dengan menggunakan kejutan panas. Akibatnya susu ESL bisa bertahan sampai tiga minggu dan tetap segar dalam kulkas dan rasanya hampir tak berubah.
Foto: DW/C. Bleiker
Jogurt Rasa Arbei tanpa Buah Arbei
Pada kemasan memang ada gambar buah arbei, tapi tidak di dalam yogurt. Potongan - potongan yang tampak seperti arbei biasanya adalah ampas jus atau gumpalan-gumpalan yang dikentalkan menggunakan rumput laut. Aroma buah alami dalam yogurt bisa diperoleh dengan cara pengembangbiakan jamur jenis tertentu. Sedangkan warna merah muda pada jogurt sebenarnya bukan berasal dari arbei tapi ubi bit merah.
Foto: imago
Buah Apel Setahun Penuh
Para peneliti menemukan bahwa jika apel disimpan dengan cara yang tepat maka proses pematangan apel bisa diperlambat. Ada cara pengawetan lain untuk apel bio yang tak boleh disuntik. Setelah dipanen, apel-apel itu harus dicelupkan dalam air panas agar jamur-jamur di kulit apel mati. Cara pengawetan ini tak akan menghilangkan vitamin apel sehingga apel juga akan terasa enak saat musim dingin.
Foto: DW/H. Sirat
Roti Tanpa Cacat
Roti di supermarket punya bentuk tanpa cacat dan bisa tahan lama. Enzim beteknologi tinggi atau zat putih telur yang dibuat dari jamur serta bakteri dan dirubah secara genetik, adalah zat yang memungkinkan pencetakan sempurna pada roti. Sekitar 200 jenis bahan tambahan lainnya kemudian dicampurkan dalam adoanan roti . Akan tetapi, soal rasa masih jadi perdebatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Pegembangbiakan Perkedel
Salami, ham dan daging cincang semua dibuat dari hewan yang disembelih. Dengan teknologi modern bisa dibuat bahan makanan yang rasanya seperti daging akan tetapi berasal 100 persen dari tumbuh-tumbuhan. Di Amerika Serikat bahan makan semacam ini sudah ada di supermarket. Para peneliti tahun ini telah mengembangkan teknologi lain. Dari pengembangbiakan sel induk sapi bisa dibuat perkedel.
Foto: picture-alliance / dpa / Stockfood
Alat Sortir Anggur
Minuman anggur yang enak tentunya dibuat dari anggur berkualitas baik. Untuk memudahkan proses seleksi, para peneliti Jermam mengembangkan sebuah tempat sortir khusus. Anggur-anggur yang diletakkan pada ban berjalan akan dipisah-dipisah berdasar kualitas. Anggur berkualitas baik akan berakhir menjadi minuman anggur sedangkan anggur berkualitas buruk akan berakhir di bak kayu.
Foto: dapd
8 foto1 | 8
Lalu, kontribusi apa yang bisa dilakukan masyarakat atau khususnya mahasiswa teknologi pangan untuk mengatasi masalah terkait pangan di Indonesia?
Kedua, khusus mahasiswa teknologi pangan, mungkin saat mengembangkan sesuatu jangan hanya mengutamakan profit, tapi juga rancang sistem yang berkelanjutan, dapat diperbaharui dan kalau bisa menunjang prinsip zero waste. Dan juga rancang bagaimana limbah pengolahan makan bisa digunakan kembali dan tidak berdampak negatif ke lingkungan. Dan untuk produsen makanan, hendaknya memberikan informasi yang edukatif dan tepat sasaran untuk masyarakat, sehingga masyarakat tidak punya persepsi yang salah tentang produk-produk makanan.
Apa rencana kamu ke depan setelah menyelesaikan studi di Jerman?
Pendidikan di Jerman ini mengedukasi saya untuk dapat melihat teknologi pangan dari seluruh aspek, sehingga dapat menciptakan sistem yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui dan berkelanjutan. Hal ini tentunya menjadi hal yang penting di Indonesia yang merupakan salah satu lumbung padi di Asia Tenggara. Oleh karena itu, setelah selesai studi saya ingin kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu saya di tanah air. Dan apabila memungkinkan, saya ingin mengaplikasikan pengetahuan saya di instansi pemerintahan agar dapat membantu masyarakat secara lebih luas. (na/ts)
*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal Youtube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.